Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

DYSPEPSIA SYNDROME DENGAN TB


PARU
Ellsa Anggun Karantika, S. Ked
I4A012049

Pembimbing:
dr. Enita Rakhmawati K., M. Sc, Sp.PD

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Agustus , 2016
Pendahuluan
Berdasarkan konsensus International Panel of Clinical Investigators,
dispepsia didefi nisikan sebagai rasa nyeri atau tidak nyaman yang
terutama dirasakan di daerah perut bagian atas, sedangkan menurut
Kriteria Roma III terbaru, dispepsia fungsional didefi nisikan sebagai
sindrom yang mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala berikut:
perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau rasa terbakar
di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan
awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis. Dispepsia
merupakan keluhan klinis yang sering dijumpai dalam praktik klinis sehari-
hari.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko tersering pada pasien
tuberkulosis (TB) paru. Saat ini, prevalensi terjadinya TB paru meningkat seiring
dengan peningkatan prevalensi pasien DM. Patofisiologi yang terjadi pada pasien
DM turut mempengaruhi patogenesis terjadinya TB paru di mana pada pasien DM
terjadi defek pada fungsi sel-sel imun.
Laporan Kasus
Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Belitung darat gg. Simpang
rahmat
MRS : 7 Juli 2016
Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri perut sejak 10 hari SMRS, nyeri perut perlahan-lahan muncul
dan sifatnya hilang timbul, nyeri perut terasa seperti tertusuk tusuk terletak pada perut
bagian atas dari kanan hingga kekiri. Nyeri biasanya muncul dipagi hari.pasien juga
mengeluh mual dan muntah dalam 10 hari terakhir pada bulan puasa dipagi hari.
Muntah berisi makanan. Saat makan , nyeri perut semakin bertambah. Pasien juga
mengeluhkan batuk yang sudah dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Menurut pasien
batuknya jarang-jarang namun memberat sejak 3 hari SMRS. Batuk disertai dahak
berwarna hijau kekuningan dan menurut pasien dahal sulit dikeluarkan sehingga ia
sesak. Pasien mengaku badan terasa tidak nyaman dan sedikit demam terutama jika
malam. Karena keluhannya ini pasien menjadi tidak nafsu makan dan berat badan
pasien menurun. Batuk tidak sembuh dengan minum obat dari warung. Di sekitar
lingkungan pasien tidak ada yang sakit serupa atau keluarga maupun tetangga yang
minum obat 6 bulan.
Pasien sudah lama menderita kencing manis dengan rutin mengkonsumsi
methformine 3 kali sehari dan pernah memakai obat suntikan. Menurut pasien ia tidak
ada mengeluhkan gejala seperti mudah haus, mudah lapar atau sering BAK. Hanya
semenjak pasien didiagnosis menderita kencing manis pasien menjadi mudah lelah
dan sering sakit-sakitan. Penglihatan pasien sedikit kabur. Tidak ada luka di kaki
pasien. Pasien mengeluh sering pusing dan kepala serta tengkuk terasa sering tegang,
Untuk mengurangi keluhan pasien meminum paracetamole atau obat warung lainnya.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami Riwayat Penyakit Keluarga :
keluhan serupa dan penyakit Tidak ada keluarga pasien yang
lain yang diderita adalah memiliki riwayat penyakit yang
diabetes melitus dan hipertensi serupa dengan pasien.
dengan pengobatan terkontrol.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
■ Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
■ Kesadaran : Composmentis, GCS = E4 V5 M6
■ Antropometri : BB = 45 kg, TB = 150 cm
■ Status Gizi : Baik, IMT = 20kg/m2 (normal)
■ Tanda Vital
■ Tekanan Darah : 140/70mmHg
■ Denyut Nadi : 80 kali permenit
■ Frekuensi Nafas : 24 kali permenit
■ Temperatur Aksila : 36,2oC
Pemeriksaan Fisik
Serumen minimal, membran timpani dbn, tanda-
Telinga
tanda infeksi(-/-). nyeri tekan (-/-), massa (-/-)
Septum di tengah, mukosa lembab, sekret (-),
Hidung
perdarahan(-) nyeri tekan(-)
gigi lengkap, gusi kemerahan, leukoplakia (-), ulkus (-
Rongga Mulut
), tumor (-), pembengkakan gusi (-), gigi goyang (-)
dan tenggorokan
Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (+/+), mata
Mata sejajar, eksoftalamus (-/-), perdarahan (-/-), palpebra
edema (-/-), produksi air mata cukup, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+).

Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat


Jantung Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi: Pekak, batas kanan di ICS III linea parasternalis
dextra, batas kiri ICS IV linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, irama reguler, murmur (-),
gallop (-)

linea midclavicularis sinistra, thrill (-)


Ins :Dada datar, gerakan dada simetris; tarikan
Toraks - paru nafas simetris; tumor (-), irama reguler,
ginekomasti (-), spider nevi (-)
Pal :Fremitus vokal simetris, fremitus vocal
menurun
Per :Sonor di seluruh lapang paru
Aus : ronki + + wh - -
++ - +
++ - +
Ins : Cembung, sikatrik (-), venektasi (-), kaput
Abdomen medusa (-), merah(-), luka(-)
Aus : Bising usus (+) normal, bruit (-)
Pal : Turgor baik dan kembali cepat
Nyeri tekan abdomen + + +
- - -

- - -

Per : Pekak (P) Timpani (T) T T T

T T T

T T T

ascites, nyeri ketok ginjal (-/-), splenomegali (-) Massa (-)


Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), nyeri (-), tumor (-)
Punggung Nyeri (-), gybus(-), tumor(-)

Atas :
Ekstremitas Akral hangat, gerak sendi normal, atrofi otot (-/-),
pembengkakan (-/-), deformitas (-/-), edema (+/+), palmar
eritem (-/-), pucat (-/-), sianosis (-/-), varises(-/-), nyeri (-/-),
denyut nadi perifer kuat – reguler

Bawah :
Akral hangat, gerak sendi normal, atrofi otot (-/-),
pembengkakan (-/-), deformitas (-/-), edema (+/+), pucat (-/-),
sianosis (-/-), varises(-/-), nyeri(-/-).
Pemeriksaan Penunjang Hasil
Pemeriksaan
Pemeriksaan Darah Rutin dan Kimia Darah Laboratorium
Tanggal 7 Juli
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI 2016
Hemoglobin 8,0 12,5 – 16,7 g/dL
Leukosit 17,5 4.650 – 10.300 /uL
Eritrosit 2,61 4,10 – 6,00 juta/uL
Hematokrit 25,1 42,00 – 52,00 vol%
Trombosit 730 150.000 – 356.000 /uL
RDW-CV 16,7 12,1 – 14,0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 96,3 75,0 – 96,0 Fl
MCH 30,6 28,0 – 32,0 Pg
MCHC 31,8 33,0 – 37,0 %
HITUNG JENIS
Gran% 63,2 50,0 – 70,0 %
Limfosit% 14,7 25,0 – 40,0 %
MID% 22,1 3,0 – 9,0 %
Gran# 11,20 2,50-7,00 ribu/ul
Limfosit# 2,6 1,25-4,0 ribu/ul
MID# 3,9 0,30-1,00 ribu/ul
KIMIA
HATI
SGOT 33 0 – 46 U/I
SGPT 20 0 – 45 U/I
GINJAL
Ureum 116 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 4,1 0,7 – 1,4 mg/dL
Gula darah
GDS 89 <200 Mg/dl
Hasil pemeriksaan USG Abdomen pada tanggal 9 juli 2016 (RSUD
Ulin Banjarmasin)

Kesimpulan :
■ Kesimpulan :
■ Chronic kidney disease
■ USG hepar, kandung empedu, pankreas, spleen, vesika
urinaria tak tampak kelainan.

Hasil pemeriksaan foto thorax pada tanggal 9 juli 2016 (RSUD Ulin
Banjarmasin)
• TB paru, pneumonic type

Morfologi darah tepi ( juli 2016)


• Anemia Defisiensi besi
1. Abdominal
DAFTAR Pain
MASALAH
1.1 dyspepsia
sindrome

2. DM type II
3. TB paru
3.1 pneumonia

4. Gagal Ginjal
1. syndrome dyspepsia
Planning :
Diagnostik : Endoskopi, urea breath test, EKG.
Terapeutik : IVFD NS 20 tpm, inj. Omeprazole 3x40mg, dan inj. Metoclopramide 3x10mg,
Monitoring: keadaan umum,ttv, subjektif
Edukasi : Pola makan teratur, Tirah baring
2. DM type II
Planning :
Diagnostik : Cek GDS, GDP, G2JPP, Hba1c
Terapeutik : inj. Levemir 0-0-8 unit Rencana
Monitoring : ttv, Gula darah awal
Edukasi : pola makan
3. TB paru
Planning
Diagnostik : LED, kultur sputum, sputum BTA SPS, Gen expert.
Terapeutik : Rifastar 0-0-3
Monitoring : TTV, KU,
Edukasi : KIE, menggunakan masker
4.Gagal Ginjal
Planning :
Diagnostik : USG, albumin urin
Terapeutik : Haemodialisa
Monitoring : KU, TTV , Albumin urin, Ureum, Creatinin
Edukasi : tirah baring, diet
Pembahasan
TEORI
Dispepsia Syndrome KASUS

• Berdasarkan konsensus International • Berdasarkan anamnesia pada


Panel of Clinical Investigators, pasien, pasien mengeluhkan rasa
dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit diperut yang ia rasakan di
nyeri atau tidak nyaman yang bagian atas. Selain itu, pasien juga
terutama dirasakan di daerah perut mengeluhkan mual dan muntah.
bagian atas.
• Dispepsia Organik: disebabkan oleh • Jika dilihat pada kasus, tidak ada
berbagai macam penyakit seperti penyakit lain yang mendasari
tukak peptic, gastritis, batu saluran pasien seperti tukak lambung
empedu atau penyakit lainnya.
maupun batu saluran empedu.
• Dispepsia Fungsional :
Sehingga klasifikasi dyspepsia
a) dispepsia mirip ulkus {ulcer-like
dyspepsia) bila gejala yang dominant pada kasus ini dapat dimasukkan
adalah nyeri ulu hati kedalam kelompok dyspepsia
(b) dispepsia mirip dismotilitas fungsional tipe ulcer like
(dysmotility-likedyspepsia) bila gejala dyspepsia karena gejala yang
dominant adalah kembung, mual, dominan adalah nyeri ulu hati,
cepat kenyang walaupun disertai dengan mual
(c) dyspepsia non-spesifik yaitu bila dan muntah.
gejalanya tidak sesuai dengan (a)
maupun (b).
TEORI KASUS

Individu dengan karakteristik berikut ini pasien mengaku sering konsumsi obat
lebih berisiko mengalami dispepsia: warung untuk mengatasi keluhan nyeri
- konsumsi kafein berlebihan, perut seperti paracetamol. Mengingat
- minum minuman beralkohol, usia pasien 62 tahun serta kebiasaan
merokok, konsumsi OAINS, hal ini menjadi factor
- konsumsi steroid dan OAINS, resiko dyspepsia pada pasien.
- serta berdomisili di daerah dengan
prevalensi H. pylori tinggi.
TEORI KASUS

Tatalaksana Non Farmakologi


-berhenti merokok -Pasienmenghentikan konsumsi
-perhatikan faktor makanan paracetamole
-support keluarga
-mencari faktor penyebab
-Pada kasus pasien diberikan injeksi
Tatalaksana Farmakologi omeprazole 3x40 mg. Omeprazole
-Antasid merupakan salah satu penghambat
-H2 blocker (ranitidine, etc) pompa proton dan dosis yang lazim
-Proton Pump Inhibitor (omeprazole, etc) digunakan adalah 20 mg 1 kali sehari
-Prokinetik (metoklopramide, dengan dosis pemeliharaan yang sama.(
domperidone, etc) Farmako UI)
-Sitoproteksi (sulcrafat, etc) -Pasien juga diberikan injeksi
metoclopramide 3x10 mg yang
termasuk dalam golongan prokinetik
dan terbukti dapat mengurangi keluhan
nyeri epigastrium pada pasien dyspepsia
selain fungsinya untuk menghilangkan
nausea.
Diabetes Melitus Type 2
TEORI KASUS

-Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit -Berdasarkan anamnesis yang dilakukan


metabolik yang penyebabnya pada tanggal 07 Juli 2016 saat pasien
multifaktor, ditandai dengan kadar gula berada di IGD RSUD Ulin Banjarmasin,
darah tinggi (hiperglikemi) dan terjadi diketahui bahwa pasien menderita
gangguan metabolisme karbohidrat, diabetes mellitus tipe 2.
lemak dan protein.
-Pasien tidak mengeluhkan adanya
-Gangguan metabolisme ini disebabkan gejala yang berhubungan dengan
karena adanya defek pada sekresi diabetes seperti mudah lapar, sering
insulin, kerja insulin, maupun keduanya. buang air kecil, atau sering haus karena
pasien rutin mengkonsumsi obat.
TB Paru

TEORI KASUS

Gejala TB pada orang dewasa: - Pasien mengeluhkan batuk yang


sudah dirasakan sejak 2 minggu
•batuk dan berdahak terus-menerus SMRS. Menurut pasien batuknya
selama 3 minggu atau lebih, jarang-jarang namun memberat
•batuk darah atau pernah batuk darah. sejak 3 hari SMRS.
sesak nafas dan nyeri dada, - Batuk disertai dahak berwarna hijau
badan lemah, kekuningan dan menurut pasien
•nafsu makan dan berat badan dahal sulit dikeluarkan sehingga ia
menurunn rasa kurang enak badan sesak.
(malaise), - Pasien mengaku badan terasa tidak
•berkeringat malam, walaupun tanpa nyaman dan sedikit demam
kegiatan, terutama jika malam.
•demam meriang lebih dari sebulan - Karena keluhannya ini pasien
menjadi tidak nafsu makan dan
berat badan pasien menurun
TEORI KASUS

-Diagnosis TB paru melalui anamnesis, -Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan


pemeriksaan fisik (suara napas bronkial, pada pasien pada tanggal 07 Juni 2016,
melemah, ronki basah, dan retraksi ditemukan adanya ronkhi pada seluruh
interkostal atau diafragma), lapang pandang paru, disertai adanya
wheezing. Tidak ada retraksi interkostal
-pemeriksaan penunjang berupa maupun diafragma
pemeriksaan bakteriologi dan radiologi.
-Pada tanggal 09 Juli dilakukan
-Diagnosis utama ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi berupa rontgen
ditemukannya kuman TB (BTA) melalui thorax dan didapatkan hasil TB paru
pemeriksaan penunjang. pneumonic type. Kemudian dilakukan
pemeriksaan sputum pada tanggal 12
Juli 2016 dan didapatkan hasil BTA
negative
Tatalaksana Pasien

- Pasien mendapatkan terapi rifastar 1x3


pada malam hari.
- Rifastar mengandung :
- Rifampicin 100 mg
- INH 75 mg
- Pirazinamid 400 mg
- Ethambutol 275 mg
Gagal ginjal kronis

TEORI KASUS

-Gejala GGK: -Gejala yang ditemukan pada pasien


adalah pasien mengeluhkan mual
-sesuai penyakit yang mendasari sampai muntah. Hal ini bisa disebabkan
karena sindrom uremia itu sendiri, atau
-sindrom uremia (lemah, letargi, karena dyspepsia karena pasien juga
anoreksia, mual, muntah, nokturia, mengeluhkan nyeri ulu hati.
kelebihan volume cairan atau volume
overload, neuropati perifer, pruritus, -Pada pemeriksaan fisik ditemukan
uremic frost, perikarditis, kejang- tekanan darah pasien 140/70 mmHg
kejang sampai koma) dan kadar haemoglobin pasien 8.0
g/dL. Pasien mengalami hipertensi dan
-Gejala komplikasinya seperti anemia yang dapat disebabkan karena
hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, komplikasi gagal ginjal.
payah jantung, asidosis metabolik,
gangguan keseimbangan elektrolit
yaitu: sodium, kalium, khlorida
TEORI KASUS

-Target tekanan darah pada nefropati


diabetik adalah <130/80 mmHg. Obat -Pada pemeriksaan fisik ditemukan
antihipertensi yang dianjurkan adalah tekanan darah pasien 140/70 mmHg
ACE-I atau ARB, sedangkan pilihan
lain adalah diuretika, kemungkinan
beta-blocker atau calcium-channel
blocker.
- Direncanakan hemodialisa
Terapi :
Lifestyle modification
Pengobatan faktor penyebab
Hemodialisis
Cangkok ginjal
Penutup

Telah dilaporkan kasus pasien atas nama Ny.


N usia 62 tahun yang dirawat di RSUD Ulin
Banjarmasin sejak tanggal 07 Juli 2016.
Pasien didiagnosis dengan diabetes mellitus
tipe 2 dengan komplikasi tuberculosis paru
dan gagal ginjal krinik + sindrom dyspepsia
melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

Anda mungkin juga menyukai