Anda di halaman 1dari 19

UJI TEMPEL (PATCH TEST)

Oleh :

Nadia Annisa Ratu

Pembimbing:

dr. Imawan Hardiman, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

RSUD BANGKINANG

2019
Definisi
• Tes yang dilakukan dengan mengaplikasikan sedikit produk pada area
kulit tertentu untuk mengevaluasi apakah ada tanda-tanda iritasi atau
alergi yang muncul akibat pemakaian produk tersebut.
Indikasi
• Dermatitis kontak alergik dengan penyebab tidak diketahui.

• Dermatitis kontak alergik dengan penyebab utama telah diketahui


namun perjalanan penyakitnya berlarut-larut.
• Dermatitis tangan, wajah, tungkai dan laki yang tidak sembuh dalam
waktu singkat.
• Dermatitis kontak dengan penyebab yang sukar dihindari misalnya
berhubungan dengan pekerjaan.
Prasyarat
• Keadaan kulit bebas dari dermatitis

• Pada bekas dermatitis sebaiknya dilakukan sebulan setelah sembuh

• Tidak terlalu dekat dengan dermatitis yang ada, sebab daerah tersebut
lebih peka hingga dapat menimbulkan reaksi positif palsu
• Bebas dari kelainan kulit yang lain terutama yang dapat menyulitkan
pembacaan atau akibat lain yang tidak kita harapkan.
• Bebas dari kosmetik, salep-salep. Kortikosteroid topikal harus
dibebaskan pula paling sedikit 2 minggu sebelumnya.
Macam prosedur patch test :
Patch test tertutup
Uji tempel tertutup meliputi penempelan bahan alergen yang dicurigai sebagai
penyebab pada kulit yang intak, tidak meradang dan dalam konsentrasi non
iritan.
Penempelan dapat dilakukan dengan menggunakan thin-layer rapid-use
epicutaneus (TRUE) test atau dengan wadah aluminium (Finn chamber) yang
diletakan pada perekat scanpor. Setelah 48 jam lembaran uji diangkat dan
dilakukan pembacaan dengan sistem skoring tertentu.
Patch test terbuka
• Uji tempel terbuka dilakukan untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan
pada penderita yang reaksi kepekaanya kuat terhadap suatu alergen kontak. Jika
dilakukan secara tertutup maka bahan tersebut akan bersifat iritan primer.
• Contohnya parfum, semprotan rambut, penyegar kulit, larutan setelah bercukur
dan tonik rambut.
• Dilakukan dengan cara uji pakai (usage test) dan repeated open application test
(ROAT).
• Daerah aplikasinya biasanya di daerah belakang telinga, dapat juga di lipat
lengan dan lipat kaki. Bahan yang dicurigai dioles langsung ke kulit normal di
daerah tersebut seluas setengah inci persegi dan biarkan terbuka.
• Selama 24 jam jangan dicuci atau terkena bahan lain. Setelah 24 jam jika tidak
ada reaksi, dilakukan uji lagi dengan cara yang sama dan dibaca kembali setelah
24 jam. Jika tidak ada reaksi setelah tiga kali pengulangan maka uji dapat disebut
negatif.
Uji Tempel Sinar (Photo Patch Test)

• Digunakan untuk bahan yang bersufat fotosensif.

• Pelaksanaan uji ini sama dengan uji tempel tertutup hanya


dilaksanakan secara duplo (menggunakan dua set tes, satu set sebagai
kontrol).
• Sebagai sumber sinar ultra violet yang ideal adalah sinar matahari.
Namun bisa juga digunakan lampu xenon, merkuri dan Kromayer yang
disaring dengan kaca jendela sehingga menghasilkan sinar ultra violet A
dengan panjang gelombang > 320 nm.
• Dapat juga digunakan lampu Woods, Westinghouse dan Philips dengan
panjang gelombang 280-320 nm atau 320-420 nm
Daerah tempat tes
• Pilihan utama: punggung, oleh karena:

• Lapisan tanduk cukup tipis sehingga penyerapan bahan cukup besar

• Tempatnya luas sehingga banyak bahan yang bisa diteskan secara serentak
(bisa sampai 50 bahan atau lebih)
• Tempatnya terlindung hingga tidak mudah lepas, baik disengaja maupun
tidak
• Bahan yang menempel tidak banyak mengalami gerakan, lepas atau kendor,
sehingga kontaknya dengan kulit cukup terjamin
• Jika terjadi dermatitis atau sampai terjadi sikatriks tidak tampak dari luar
oleh karena terlindung.
• Pilihan lain: a. Lengan atas bagian lateral b. Lengan bawah bagian volar.
CARA PELAKSANAAN
• Unit uji tempel terdiri dari chamber, plester dan alergen. Yang perlu
diperhatikan :
1. Chamber hrs sdh terstandarisasi (Finn chamber, gamma chamber)
2. Plester perekat hrs bersifat non alergenik dan dpt merekatkan kuat
chamber ke kulit
3. Alergen yg digunakan sdh terstandarisasi (TRUE, TROLAB)
4. Alergen non standar dpt dipersiapkan beberapa jam seblm
pelaksanaan dlm btk vaselin album dan beberapa menit dlm btk cairan
• Yang perlu diperhatikan dlm pengisian dan penempelan chamber :

1. Chamber hrs terisi penuh sesuai kapasitasnya


2. Perekat chamber dpt mengalami penurunan daya rekat  antisipasi
fiksasi chamber
3. Pencukuran rambut pd lokasi uji tempel jika diperlukan
4. Pengusapan alkohol satu arah (desinfeksi dan pd kulit yg terlalu
berminyak) sebelum penempelan
5. Setelah semua chamber tertempel perlu dilakukan mapping posisi agar
tdk terjadi kesalahan lokasi chamber saat pembacaan hasil
TROLAB, TRUE test Chamber
(Finn chamber, gamma chamber)
Lamanya tes
• Penempelan dipertahankan selama 24 jam untuk memberi kesempatan
absorbsi dan reaksi alergi dari kulit yang memerlukan waktu lama.
Meskipun penyerapan untuk masing-masing bahan bervariasi, ada yang
kurang dan ada yang lebih dari 24 jam, tetapi menurut para peneliti
waktu 24 jam sudah memadai untuk kesemuanya, sehingga ditetapkan
sebagai standar.
Interpretasi atau Pembacaan
Setelah 48 jam bahan tadi dilepas. Pembacaan dilakukan 15-30 menit
kemudian, supaya kalau ada tanda tanda akibat tekanan, penutupan dan
pelepasan dari Unit uji tempel yang menyerupai bentuk reaksi, sudah hilang.
Cara penilaiannya :
+ : eritem, infiltrasi (edema), papul: reaksi lemah
++ : edema atau vesikel: reaksi kuat
+++ : bula atau ulkus: reaksi sangat kuat
± : meragukan : hanya macula eritematosa (?)
IR : iritasi: seperti rasa terbakar, pustul, atau purpura (IR)
- : tidak ada kelainan : iritasi
NT : tidak diteskan
• Pembacaan kedua dilakukan pada 72 jam setelah aplikasi. Pembacaan
kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respons alergik
atau iritan.
Reaksi Positif Palsu
Reaksinya sendiri betul-betul positif, tidak palsu. Yang dimaksud “palsu”
disini yaitu apabila tidak mencerminkan reaksi alergi terhadap bahan
yang diteskan itu, tetapi reaksi timbul oleh karena adanya faktor-faktor
lain, misalnya:
• Dalam bahan tes maupun unit uji tempel terdapat unsurunsur yang
iritatif.
• Bahan tes dengan konsentrasi yang terlalu tinggi atau jumlahnya terlalu
banyak.
• Kulit dalam keadaan terlalu peka, misalnya bekas dermatitis, sedang
menderita dermatitis yang akut atau luas dan sebagainya.
Reaksi Negatif Palsu
• yaitu yang semestinya positif, tetapi oleh karena beberapa kesalahan
teknik, reaksinya negatif. Ini disebabkan antara lain oleh karena:
• Nilai ambang konsentrasi belum tercapai.

• Bahan tersebut bersifat photo-sensitiser, yang untuk terjadinya reaksi


positif diperlukan sinar matahari atau sinar ultra violet.
• Bahan sudah rusak.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai