Ekuivalensi Dengan
Mempertimbangkan Inflasi
Lecture Note # 3
sew @ 2010
Teknik Industri
Pengantar (1)
Inflasi adalah “kenaikan harga barang dan jasa – daya beli uang
menurun”
Secara sederhana inflasi dapat diartikan meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan
dari inflasi disebut deflasi.(www.bi.go.id)
Penyebab inflasi:
1. Supply (cost push inflation); disebabkan oleh depresiasi nilai tukar,
dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang,
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah
(administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat
bencana alam dan terganggunya distribusi
2. Demand pull inflation: tingginya permintaan barang dan jasa relatif
terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini
digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau
permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian
RI-1504 Ekonomi Teknik/sew/2007/#3 2
Teknik Industri
Pengantar (2)
2. Ekspektasi inflasi: perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam
menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan
ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung
bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku
pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama
pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan
tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR).
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual
consumption by purpose - COICOP), yaitu :
1. Kelompok Bahan Makanan
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3. Kelompok Perumahan
4. Kelompok Sandang
5. Kelompok Kesehatan
6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Pengantar (3)
Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini
juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya
yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut
dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih
menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau
persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
Interaksi permintaan-penawaran
Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional,
inflasi mitra dagang
Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
Pengantar (4)
2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi
volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
Komponen inflasi non inti terdiri dari :
Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) :
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau
faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik
maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered
Prices) :
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa
kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif
listrik, tarif angkutan, dll.
Pengantar (5)
Pengantar (6)
Inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada
kondisi sosial ekonomi masyarakat.
1. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil
masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari
masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama
orang miskin, bertambah miskin.
2. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian
(uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil
akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan
konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
3. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan
tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga
domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan
tekanan pada nilai rupiah.
Pengantar (6)
Inflasi dalam studi ekonomi teknik difokuskan pada
metode yang dibutuhkan untuk menentukan tingkat
perubahan harga dan bagaimana perubahan ini
digambarkan dalam studi engineering economy
CPIt+1 CPIt
Annual inflation rate for year t+1 =
CPIt
CPIt 1 f CPIt n
n
97.21 f 246.8
14
0.4051 f 1.029
14
f 10.4%
RI-1504 Ekonomi Teknik/sew/2007/#3 23
Teknik Industri
f 9.4%
CPIt 1 f CPIt n
n
dimana,
f : tingkat kenaikan harga per tahun
k : tingkat kehilangan dalam purchasing power
per tahun
n : jumlah tahun
1 f n
1
1 k
n
Contoh
Didasarkan pada data CPI dan data Purchasing
Power of dollar, average annual inflation rate dan
rate of loss of purchasing power dari 1967 sampai
1980
f 0.07196 k 0.06713
1
constant dollars = (actual dollars)
( 1 + f )n
P/F, f , n
( )
Contoh:
Konversikan actual dollar ke constant dollar dari
$1 pada tahun 1985 dengan base year 1967
Dengan menggunakan CPI Index
Pada contoh
di atas terdapat hubungan
3.222=(1+f) 18 dimana f adalah rata-rata
geometrik tingkat inflasi selama 18 tahun dari
1967 sampai 1985, sedangkan tingkat inflasi
pada masing-masing tahun tersebut berbeda-
beda. Jadi nilai f dapat dihitung dengan
persamaan :
Actual dollars
1 i n F
1
1 i n
n
1 f n
0 1 2 3 n1
1
Constant dollars F 1 f n
1 in
1
1 in
0 1 2 3 n1 n
$344,920
$319,360
$434,500
$372,500
$402,300
0 1 2 3 32 33 34 35
36 37 38 39 40
A=$3,075
RI-1504 Ekonomi Teknik/sew/2007/#3 44
Teknik Industri
P/F,8,36
36 66 $20,000 ( 15.968 ) = $319,360
P/F,8,37
37 67 $20,000 ( 17.246 ) = $344.920
P/F,8,38
38 68 $20,000 ( 18.625 ) = $372,500
P/F,8,39
39 69 $20,000 ( 20.115 ) = $402,300
P/F,8,40
40 70 $20,000 ( 21.725 ) = $434,500
1 0.12
g 1 0.0275
1 0.09
$20,000 $130,170
P/A,2 .75 ,8
P
1.09
RI-1504 Ekonomi Teknik/sew/2007/#3 51
Teknik Industri
i
1 i
1
1.14
1 0.0755 g
1.0755
1 0.0243
1 f 1.06 1.05
P / A, 2.43,15
(12.4492)
P $3,000 $35,569
1.05
f 8.92%
Deflasi (1)
1.387
1+ Inflation rate (1949) = = 0.99
1.401
Inflation rate (1949) = 0.99 1 = 0.01 atau 1%
Deflation rate (1949) = 1%
Deflasi (2)
246.8
$1,067 $1,420
328.3
Interest rate dari investasi tersebut adalah
P/A , i , 7
80,000 krons = (20,000 krons) ( )
Latihan Soal
Sebuah keluarga merencanakan pendanaan sekolah bagi
anaknya yang sekarang berusia 5 tahun di suatu bank
dengan tingkat suku bunga 8% per tahun dimajemukkan
setiap triwulan. Asumsikan anak tersebut akan masuk
kuliah pada usia 18 tahun dengan estimasi biaya yang
dibutuhkan $30,000 per tahun dalam terminologi dollar saat
ini dengan masa studi 4 tahun. Biaya kuliah diestimasikan
meningkat sebesar 6% per tahun. Tentukan deposit
triwulanan dalam jumlah seragam yang harus disimpan
oleh keluarga ini sampai sebelum anaknya kuliah
(asumsikan deposit dilakukan sampai anak tersebut
mencapai usia 17 tahun). Anak tersebut akan mulai kuliah
pada usia 18 tahun, dan biaya kuliah tahunan dibayarkan
pada setiap awal tahun kuliah.