Anda di halaman 1dari 29

TUGAS FINAL

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

DISUSUN OLEH :
Kadek Nurlina
196601224

BAB 9.INFLASI DAN PENGANGGURAN

1.Inflasi(inflation)
a. Definisi dan pengertian inflasi
inflasi adalah sebuah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
terus0menerus ,dari definisi Ini ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan
telah terjadi inflasi:
 Kenaikan harga
 Bersifat umum
 Berlangsung terus-menerus
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya .

b. inflasi:permintaan agreget dan penawaran agreget


merupakan permintaan dan penawaran perekonomian,maka dapat dianggp merupakan
permintaan dan perekonomian .sehingga jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan
pada kondisi keseimbangan merupakan output keseimbangan atau PDB,umumnya
dinotasikan.

1. Permintaan agreget
Permintaan agreget adalah total permintaan barang dan jasa dalam suatu
perekonomian selama satu periode tertentu.perbandingan harga juga bisa dilakukan
berdasarkan partokan mesin.
2. Bersifat umum
Kenaikan harga suatu kuantitas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut
tidak menyebabkan harga secara umum naik.kenaikan harga BBM juga membuat harga
jual produk-produk ,khusunya kebuthan pokok,merambat naik.
3. Berlangsung terus-menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi,jika
terjadinya hanya sesaat.karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentag waktu
minimal bulanan.
4. Inflasi tekanan permintaan
5. Inflasi tekanan permintaan adalah inflasi yang terjadi karena dominanya tekanan
permintaan agreget.
6. Inflasi dorongan biaya
Inflasi dorongan biaya terjadi karena kenaikan biaya produksi.biasanya menyebabkan
penawaran agreget berkurang.

2. Indeks harga perdagangan besar


Jika IHK melihat inflasi dari konsumen,maka indeks harga perdagangan besar melihat inflasi
dari sisi produsen.

Akhir periode HPB Perubahan HPB


1995 240 11,42
1996 256 7,52
1997 282 8,88
1998 568 101,42
3. Indeks harga impisif
Walaupun sangat bermanfaat,IHK dan HPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat
terbatas.angka delegator ini telah diperkenalkan dalam dlam pembahasanproduk domestic
bruto.berdasarkan harga berlaku dan kosntan .sama halnya dengan dua indicator
sebelumnya,perhitungan inflasi berdsarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan
angka indeks:

4. Alternative dari indeks harga implisif


Mungkin saja terjadi,pada saat ingin meghitung inflasi dengan menggunakan IHI tidak
dapat dilakukan karena tidak memiliki data IHI.Hal ini bisa di atasi.sebuah prinsip dasar
perhitungan implasi berdasakan delator PDB.

a. Biaya social dan inflasi


Ada beberapa masalah social (biaya sosial) yang muncul dari inflasi yang tinggi .yang akan
dibutuhkan dalam bagian ini adalah:
 Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat
 Memburuknya distribusi pendapatan
 Terganggunya stabilitas ekonomi

1. Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat


Tingkat kesejehatrean masyarakat ,sederhanya diukur dengan tingkat daya beli
pendapatan yang diperoleh.Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makin
rendah,khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap kecil.

2. Makin buruknya distribusi pendapatan


Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan
tingkat pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi.jika inflasi 20% pertahun.

3. Terganggunya stabilitas ekonomi


Pengertian yang paling sederhana dari stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya
tindakan spekulasi dalam perekonomian.produsen berproduksi pada kapasitas penuh
konsumen juga memakai barang dan jasa optimal dengan kebutuhan mereka.

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesafe Price Index)

Jika IHT melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi
dari sisi produsen . Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai Indeks Harga Produsen (producer
price indeks). IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.

Tabel 9.2

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), Tahun 1995-1998 (1983=100)

Akhir Periode IHPB Perubahan IHPB (%)


1995 240` 11,62
1996 258 7,92
1997 282 8,68
1998 668 101,42
Sumber: didapat dari Statistika Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Bank Indonesia)
Prinsip perhitungan inflansi berdasarkam data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK:

Inflasi = (IHPB-IHPB-1) x 100%

IHPB-1

3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflofor)

Kegiatan ekonomi terjadi tidak hanya dibeberapa kota saja, melainkan seluruh plosok wilayah. Untuk
mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya,ekonomi menggunakan indeks
harga implansi, disingkat IHI.

Inflansi =(IHI-IHI-1) x 100%

IHI-1

Tabel 9.3

Indeks Harga Implisit (IHI) Tahun 1990-1996

(1990-100)

Akhir Periode IHI Perubahan IHI (%)


1990 100 9,06
1991 106,70 8,70
1992 110,7 7,30
1993 130 19,10
1994 149,9 7,84
1995 163,9 9,34
1996 177,5 5,48

4. Alternatif Dari Indeks Harga Implisitb

Perhitungan inflansi berdasarkan deflator PDB (GDB deflator) adalah membandingkan tingkat
pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan rill. Selisih keduanya merupakan inflansi.
Pernyataan diatas dapat dibuktikan dengan persamaan matematika sederhana dibawah ini.

Inflansi = Pertumbuhan Nominal – Pertumbuhan rill.

Karena itu, angka inflansi dapat dihitung jika memiliki data PDB menurut harga berlaku (PDB nominal)
dan PDB berdasarkan harga konotan (PDB rill).

Tabel 9.4

Cara Perhitungan Inflasi, Tahun 1990-1996

Tahun PDB PDB Rill Pertumbuhan Pertumbuhan Inflansi


Nominal (Th.Dasar 1990) Nominal (RN) Rill (RR)
1990 195.597 195.597 17.00 7.24 9.78
1991 227.450 209.192 16.29 11.95 9.34
1992 259.884 222.705 14.25 11.46 7.80
1993 329.776 237.172 26.09 6.50 20.93
1994 382.220 256.055 15.00 7.54 8.36
1995 452.381 278.003 18.36 8.2 10.14
1996 528.958 297.579 16.83 7.82 9.11

d. Biaya Sosial Dari Inflasi

Ada beberapa masalah sosial (biaya sosial) yang muncul dari inflasi yang tinggi (>10% pertahun). Yang
akan dibahas dalam bagian ini adalah:

1. Menurunnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat


Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat daya beli pendapatan
yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi
masyarakat yang berpenghasilan kecil dan tetap (kecil). Makin tinggi tingkat inflasi , makin cepat
penurunan tingkat kesejahteraan.
2. Makin Buruknya Distribusi Pendapatan
Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat
pendapatan lebih tinggi dari tingkat inflasi. Jika inflasi 20% per tahun, pertumbuhan tingkat
pendapatan harus lebih besar dari 20% pertahun. Persoalannya adalah jika inflasi mencapai
angka 20% per tahun, dalam masyarakat hanya segelintir orang yang mempunyai kemampuan
meningkatkan pendapatan >20% pertahun. Akibatnya, ada sekelompokmasyarakat yang mampu
meningatkan pendapatan ril ( pertumbuhan pendapatan nominal dikurangi laju inflasi lebih
besar 0% pertahun). Tetapi sebagian besar masyarakat mengalami penurunan pendapatan rill.
Distribusi pendapatan, dilihat dari pendapatan rill, makin memburuk.
3. Terganggunya Stabilitas Ekonomi
Stabilitas ekonomi adalah sangat kecilnya tindakan spekulasi dalam perekonomiaan. Produsen
terproduksi pada kapasitas penuh (optimsl). Konsumen juga memakai barang dan jasa optimal
dengan kebutuhan mereka. Kondisi nyaman ini mulai terganggu bila inflasi yang relative tinggi
telah menjadi kronis. Inflasi mengganggustabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang
masa depan para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis membutuhkan perkiraan bahwa harga-
hargabarang dan jasa akan terus naik. Bagi konsumen perkiraan ini mendorong pembeli barang
dan jasa lebih banyak dari yang seharusnya/biasannya. Tujuan untuk lebih menghemat
pengeluaran konsumen. Akibatnya, permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat.
Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka menunda
penjualan, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Penawaran barang dan jasa
berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju inflasi. Tentu sja,
kondisi ekonomi akan menjadi semakin memburuk.

Tabel 9.5
Jumlah Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk

Tahun 1971,1980,1990 Berdasarkan Usia

(Dalam Juta Jiwa)

Struktur Penduduk Tahun

1971 1980 1990


Penduduk 119.2 147.5 179.3
A. Bukan usia kerja 55.4 06.1 72.4
A.1 0-14 Tahun 52.4 60.3 66.4
A.2 >65 Tahun 3.0 4.6 7.0
B. Usia Kerja (15-64 Tahun) 63.8 112.4 106.9
B.1 Bukan Angkatan Kerja 22.6 30.0 29.1
B.2 Angkatan Kerja 41.2 52.4 77.6
B.2.1 Bekerja 37.5 51..5 75.9
B.2.2 Menganggur 3.6 0.5 1.9
Tingkat Pengangguran 8.7 1.5 2.4

Rumus Tingkat Pengangguran;

Tingkat Pengangguran = Jumlah Yang Menganggur x 100%

Jumlah Angkatan Kerja

Tetapi memang besar kecilnya angka pengangguran sangat bergantung pada definisi atau
mengklasifikasikan pengangguran. Setidak-tidaknya ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran,
yaitu:

1. Pendekatan Angkatan Kerja (Labou Force Appraach)

Pendekatan ini mendefinisikan pengangguran sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
Perhitungan tingkat pengangguran dalam Tabel 9.8 menggunakan definisi ini.

2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Lobour Force Appraach)


Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
 Menganggur , yaitu meraka yang ama sekali tidak bekerja atau sedang mencari
pekerjaan.
 Setengah menganggur, yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara
penuh.
 Bekerja penuh, yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35
jam per minggu.

b. Jenis-Jenis Pengangguran
pengangguran sukarela adalah pengangguran yang bersifat sementara, karena seseorang ingin mencari
pekerjaan yang lebih baik atau lebih cocok. Pengangguran dukalara adalah pengangguran yang terpaksa
diterima oleh seseorang, walaupun sebenarnya dia masih ingin bekerja. Pengangguran sukarela dan
dukalara erat kaitnya dengan jenis-jenis pengangguran berikut ini.

1. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)


Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus-menerus mengalami perkembangan yang
pesat, jumlah dari tingkat pengangguran akan menjadi semakin rendah. Pada akhirnya
perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu pengangguran tidak
melebihi 4% . pengangguran ini dinamakan pengangguran friksional.
Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh
pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari keinginan untuk mencari kerja yang lebih baik.
2. Pengangguran Struktural
Dikatakan pengangguran struktual karena sifatnya mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam
perekonomian yang berkembang pesat.
3. Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)
Pengangguran siklis atau pengangguran koonjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam tingakat kegiatanperekonomian.
4. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fhuktual kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi
disektor pertanian,.

c. Biaya Sosial Dari Pengangguran


1. Tanggulan Stabilitas Perekonomian
Pengangguran stuktural dan atau kronis akan mengganggu stabilitas perekonomian dilihat dari
sisi permintaan dan penawaran agregat.
a. Melemahnya Permintaan Agregat
Jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat struktual, maka daya beli akan menurun, yang
pada gilirannya menimbulkan penurunan permintaan agregat.
b. Melemahnya Penawaran Agregat
Dampak pengangguran terhadap penawan agregat makin terasa dalam jangka panjang.
Makin lama seseoranga menganggur, keterampilan, produktivitas maupun etika kerjanya
akan mengalami penurunan.
2. Terganggunya Stabilitas Sosial Politik
Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial politik.
Sebsb dampak sosial dari pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa sebelumnya.
Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas,baik berupa kejahatan
pencurian,perampokan , peyalahgunaan obat-obatan terlarang maupun kegiatan-kegiatan
ekonomi illegal lainnya. Biaya ekonomi yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah
sosial ini sangat besar dan susah diakhirin tingkat efisional dan efektivitasnya.
3. Inflasi Dan Pengangguran: Kurva Phillips (Phillips Curve)
Sejak dibahas oleh Profesor A.W Phillips (1958), hubungan antara inflasi dan pengangguran
menjadi salah satu tema sentral ekonomi makro. Hasil penelitian Profesor Phillips tentang
perekonomian. Inggris periode 1861-1937 menunjukkan adanya hubungan negatif antara
kenaikan tingkat upah/inflasi tingkat upah dengan pengangguran , seperti dalam diagram 9.9.
Dari diagram tersebut terlihat biaya dari pengangguran tingkat pengangguran adalah inflasi
(naiknya tingkat upah). Misalnya, komdisi awal yang dihadapi awal yang dihadapi adalah titik B,
dimana tingkat upah W2 dan tingkat pengangguran U2 . Jika tingkat pengangguran dikurangi
adalah penurunan inflasi, secara grafis yang harus dilakukan adalah mengubah titik B ke titik C,
karena W3 < W2. Namun harga yag harus dibayar adalah meningkatnya pengangguran, karena U 3
> U2.
a. Adaptasi Kaum Keyneslon Kurva Phillips Jangka Pendek (Short Run Phillips Curve)
Hubungan inflasi pengangguran seperti yang diungkapkan Phillips dan diadopsi kaum Keyneslan,
sebenarnya juga dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis kurva AD-AS .
Asumsi dari analisis kurva AD-AS dalam diagram diatas adalah analisis jangka pendek. Faktor
produksi umumnya bersifat tetap (fixel infut). Karena itu, pertumbuhan penawaran agregat
(kurva AS) tidak bisa secepat pertumbuhan permintaan agregat (kurva AD). Tenaga kerja juga
merupakan input tetap. Dalam jangka pendek, jumlahnya tidak mudah ditambah.
Diagram 9.10 amenunjukkan apa yang terjadi jika perekonomiaan terus bertambah. Karena
penawaran agregat (kurva AS) tidak bisa bertumbuh lebih cepat daripada permintaan agregat
(kurva AD), maka pertumbuhan ekonomi jangka pendek diikuti oleh inflasi. Dalam diagram 9.10 a
titik-titik keseimbangan A,B,C menunjukan bahwa output menjadi lebih besar (Y 2>Y1>y3), tetapi
harga-harga umum juga menjadi lebih tinggi (P 2>p1>P3).
Jika dianggap ada hubungan yang tetep antara kesepakatan kerja (N) dengan tingkat output (Y),
misalnya N = Ay, di mana a>0, maka bertambahnya output akan menambah kesepakatan kerja
(N2>N1>N3). Karena jumlah tenaga kerja juga dianggap tetap, maka penambahan kesempatan
kerja akan mengurangi pengangguran (U), sehingga U 3<U1<U2. Untuk menderifasi kurva Phillips,
yang perlu dilihat adalah hubungan antara P dan U. Jika P naik maka U berkurang.
b. Adopsi Kaum Klasik: Kurva Phillips Jangka Panjang( Long Run Phillips Curve)
Analisis kaum Keynesian seperti diuraikan diatas mengundang keberatan kaum Klasik. Menurut
mereka, kelemahan analisis diatas adalah dimensi waktu yang berjangka pendek. Hasil analisis
jangka pendek akan berbeda bila dengan menggunakan analisis jangka panjang. Menurut kaum
Klasik, dalam jangka panjang perekonomian berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh.
Bentuk kurva AS menjadi tegak lurus sehingga seperti ditunjukkan oleh Diagram 9.11,
peningkatan permintaan agregat hanya akan menyebabkan inflasi (P 2>P1>P3) Sementara output
tidak bertambah. Karena itu pula,kurva Phillips jangka panjang (LPC) berbentuk tegak lurus. Jadi
menurut kaum Klasik, dalam jangka panjang tidak ada trade off antara inflasi dan
pengangguran.

BAB 10
ANALISIS KESEIMBANGAN

( BAGIAN 1):

MODEL KESEIMBANGAN KLASIK

1. Karakterisktik analisis keseimbangan klasik


Karakterisik analisis klasik dapat dilihat dari beberapa aspek:asumsi-asumsi,fondasi
mikronya,fokus perhatian pada sisi penawaran,dan dimensi waktu.
a. Asumsi-asumsi
Konsekuensi dari asumsi ini adalah harga bersifat fleksibel ( price plexibility) dalam arti
mampu melakukan penyesuaian (seketika itu juga).dengan demikian pasar akan
senantiasa berada dalam keseimbangan.
b. Pentingnya pondasi analisis keseimbangan mikro
Analisis kesseimbangan makro klasik merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis
keseimbangan mikro.artinya,setiap konsumen telah mencapai kondisi kepuasan/kegunaan
maksimum,sedangkan setiap produsen telah mencapai lebih maksimum.
c. Pentingnya analisis sisi penawaran
Pentingnya analisis sisi penawaran pada waktu itu masyarakat barat baru dalam tahap
awal perkembangan. teknologi belum begitu maju,tingkat kelahiran dan kematian
penduduk sangat tinggi,sehingga masih berada dalam tahapnuntuk pemenuhan kebutuhan
sendiri.pertukaran terjadi jika dapat pertemuan kebutuhan antara kedua pihak. Proses
pertukaran langsung muka berhadapan muka,sehingga proses penawaran terjadi tanpa
perantara(auction market).
Di era modern sekarang in,analisis sisi penawaran masih cukup telawan,baik dinegara-
negara maju (eropa barat,amerika utara, dan jepang) maupun di NSB termasuk indonesia.
Sebab tanpa insetif dan stimulasi di sisi penawaran perekonomian sulit berkembang.
d. Analisis jangka pendek dan jangka panjang
Analisis jangka pendek umumnya berdemensi waktu kurang lebih 5 tahun.dalam jangka
panjang semua input berupa variable.sementara itu juga, dilihat dari sisi penawaran,
dalam jangka penjang pereonomian dianggap berada dalam kondidi di
manfaatkan/dikaryakan secara penuh (full-employment).
2. Fungsi produksi agregat
Dalam model klasik, produksi merupakan fungsi dari jumlah barabf modal yang
tersedian(K) dan jumlah tenaga kerja(L).
Y=f(K,L)........................................................................................................(10,1)
Dimana:
Y=output atau produksi agregat(PDB)
K=stok barang modal
L=tenaga kerja
Dalam jangka pendek, stok barang barang modal dianggap tetap sehingga fungsi produksi
menjadi:
Y=f(K,L)........................................................................................................(10.2)
Di mana:
K= stok barang modal dengan jumlah konstan
Karena itu tingkat produksi agregat semata-mata ditentukan oleh jumlah tenaga kerja
yang digunakan:
Y=(f,L)...........................................................................................................(10.3)
Di mana:
aY a 2Y
> 0 atau <0
aL a2 L
Artinya, pada awal penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi agregat, tetapi
karena berlakunya hukum bertambahan hasil yang semakin menurun,sampai jumlah
tertentu penambahan tenaga kerja akan menurun output agregat. Dalam analisis mikro,hal
tersebut divisualisasikan dalam grafik sebagai kurva produksi total dan kurva produks
marijinal dibawah ini.

Diagram 10.1
Fungsi produksi agregat

TP

TP

0 L
-0 -1
MP (a)
0 L0 L1 MPL L

Diagram 110.1 adalah fungsi produksi agregat jangka pendek, dengan input variable
adalah tenaga kerja. Bentuk kurva yang seperti huruf S ( kurva S) menunjukkan
berlakunya hukum penambahan hasil yang makin menurun. Hukum tersebut lebih terlihat
pada kurva produksi marjinal (diagram 10.1 b) yang menunjukkan penurunan produksi
marjinal setekah jumlah tenaga kerja yang digunakan >L1. kurva MPL dalam analisis
ekonomi mikro merupakan permintaan tenaga kerja.

3. kesempatan kerja dalam keseimbangan


kesempatan kerja dalam keseimbangan adalah jumlah kesempatan kerja yang tersedia
pada saat pasar tenaga kerja dalam keseimbangan.kesempatan kerja dalam keseimbangan
tidak mencerminkan kesempatan kerja yang sebenarnya tersedia.
a. Permintaan tenaga kerja
Permintaan tenaga kerja adalah keseimbanga adalah jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan perusahaan untuk mencapai laba maksimum.untuk mencapai laba maksimum
perusahaan harus mencapai menyamakan MR dengan MC(MR=MC).
Pada saat belajar tentang teori biaya,anda diajarkan bahwa biaya marjinal atau marginal
cost (MC) adalah tambahan biaya yang harus dikeluarkan karena menambah output
sebanyak 1 unit. Juga telah diajarkan bahwa MC mempunyai hubungan terbaik dengan
produksi marjinal tenaga kerja (MPL) sehingga jika upah perorang tenaga kerja adalah
W, maka biaya marjinal MC adalah:
W
MC= .....................................................................................................(10.4)
MPL
Karena laba maksimum tercapai pada saat MR=P=MC,maka:
W
P= ..........................................................................................................(10.5)
MPL
Dan
W
MPL= ..........................................................................................................(10.6)
P
Persamaa(10.6) menggambarkan fungsi permintaan tenaga kerja,yang secara umum dapat
ditulis sebagai:
W
DL= f ( )........................................................................................................(10.7)
P
(W/P) disebut sebagai upah riil(real waget).upah ril akan berubah jika nominal dan atau
harga berubah.misalnya, awalnya upah nominal adalah Rp 10.000.00 per hari,sedangkan
harga jumlah per unit output ada;ah Rp 1,000,00, maka upah ril tenaga kerja adalah
10.bila harga jual perunit menjadi Rp 2.000..00 maka upah riil menjadi 5.dengan asumsi
upah nominal tetap maka kenaikan harga jual output menyebabkam upah riil menjadi
lebih murah.
Tingkat upah riil juga akan turun harga jual barang tetap,tetapi tingkat upah nimonal
turun.bila harga jual per unit output adalah Rp 1.000.00 maka upah riil pada saat upah
nominal Rp 10.000.00 atau sama dengan 10 adalah lebih mirah dibandingkan dengan bila
upah nominal Rp 20.000.00 per hari (sama dengan 10).
aL
W ≤ 0 .....................................................................................................(10.8)
a( )
P
Jika upah riil turun,permintaan terhadap tenaga kerja mneningkat.

Diagram 10.2
Permintaan tenaga kerja
Pada kondisi laba maksimum

MP LW/P

MP L >W/P

MP L=W/P

W/P

0 L1 L0 L2 Y

MP L

Sumbu vertical pada diagram diatas menunjukan besarnya MPL dan upah riil (W/P).perusahaan
akan mencapai laba maksimum jika jumlah tenaga kerja yang digunakan sebesar L*.sebab pada
ssaat itu (M/P)=MPL. Jika perusahaan mengunakan tenaga kerja lebih banyak ataau lebih sedikit
dari pada L*.keuntungan yang di capai tidaklah maksimum.

b. Penawaran tenaga kerja


Penawaran tenaga kerja adalah jumlah jam kerja yang di tawarkan oleh individu
(konsumen) pada berbagai tingkat upah(nominal),dalam upaya memaksimumkan utilitas
hidupnya,jadi dalam analisis makro klasik,penawaran tenaga kerja merupakan konsep
keseimbangan konsumen.
Dalam kondisi nominal konsumen tidak ingin menambah jam kerjanya jika upah riil
tidak meningkat.misalnya, upah nominal per hari naik dari Rp 10.000.00 menjadi Rp
20.000.00 perunit,dalam kondisi seperti ini,besar kemungkinan komsumen tidak akan
menambah jam kerja,sebab upah riil tetap(10).sehingga hubungan posotif antara upah riil
dengan penawaran tenaga kerja(jam kerja) adalah:
a
W >0
S L= f ( ); W ...................................................................................(10.9)
P a( )
P

Dimana :

SL= penawaran tenaga kerja

(W/P)= upah riil

Hubungan positif antara penawaran tenaga kerja dengan tingkat upah riil dapat divisualisasikan
dalam kurva penawaran tenaga kerja berikut ini.

Diagram 10.3

Kurva penawaran tega kerja

W/P

SL

1 L

c. Keseimbangan pasar tenaga kerja dan tingkat output


Keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai ketika permintaan tenga kerja sama dengan
tingkat penawarannya.ketika itu,baik produsen maupun tenaga kerja telah mencapai
kondisi optimal,produsen mencapai keuntungan maksimum,tenaga kerja
mencapaimutilitas maksimum.
Padaa digram 10.4 keseimbangan pasar tenaga kerja tercapai saat jumlah kesempatan
kerja adalah L*, dengan tingkat upah riil adalah (W/P)*.
Diagram
Kesempatan kerja dan output dalam keseimbangan
W/P

SL

(W/P)*

DL

0 L¿ L

(a)

Y¿ Y=f(L)

0 L* L

(b)

Pada diagram dibawahnya (diagram 10.4.b) terlihat jika jumlah tenaga kerja yang digunakan
sebesar L*, maka tinggal produksi pada kondisi keseimbangan adalah Y*. besarnya Y* dapat
dihitungkan dengan berdassarkan fungsi produksi, Y=f(L) atau persamaa (10.3).

4. Jumlah uang beredar,keseimbangan ekonomi, dan tingkat harga


a. Pengaruh jumlah uaang beredar terhadap permintaan agregat
Karena fungsi uang hanya sebagai alat tukar,maka uang dapat memengaruhi tingkat
output. Uang memengaruhi permintaan agregat.penambahan uang beredar akan
meningkatkan permintaan agregat.
Diagram 10.5
Jumlah uang beredar dan permintaan agregat
P

AD 3( M S =625)
AD 2 ( M S =500)

AD 1 ( M S =400)

0 Y

(a)

AS

0 Y F = 2,000 Y

(b)

Jika jumlah uang beredar terus ditambah(25% per tahun) permintaan agregat juga makin besar.
Hal itu ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan agregat(AD) ke kanan.

b. Penawaran agregat
Konsekuensi dari asumsi ini adalah tingkat penawaran tidak dapat bertambah
lagi.secara grafis hal itu ditunjukan dengan tegak lurusnya kurva penawaran agregat
(AS) seperti dampak pada diagram 10.5 b. misalkan saja,full-employment
menghasilkan output riil sebesar 2.000 unit,yang dapat juga dinotasikan sebagai Y f .
c. Pengaruh proposional jumlah uang beredar terhadap inflasi
Keseimbangan ekonomi dalam kasus di atas akan tercapai jika AD=AS. Analisis
grafis tentang pengaruh penambahan jumlah uang beredar terhadap tingkat output
keseimbangan dan tingkat harga dapat dilakukan dengan menggunakan digram 10.5 a
dan 10.5 b menjadi diagram 10.6 berikut ini.
Diagram 10.6
Jumlah uang beredar dan inflasi
P
AS

50

40 AD 3=( M S =625)

32 AD 2=( M S =500)

AD 1=¿ ¿=400)

0 Y f = 2.000 Y

Yang berubah tingkat harga jika jumlah uang ditambah,perminaan agregat bertambah,sehingga
harga keseimbangan meningkat dari p1(32) ke p2(40) dan ke p3(50).pembuktian sederhananya
ditunjukan dibawah ini dengan menggunakan persamaan kualitas uang dengan telah dibahas di
bab 6.

Persamaan kuatitas uang menyatakan bahwa:

MV=PT…………………………………………………………….(10.10)

Dimana : M= jumlah uang beredar

V= kecepatan perputaran uang per tahun (velositas uaang)


P= tingkat hatga umum
T= kuatitas produksi atau output(PDB) riil.
Nilai V ditentukan berdasarkan pada kecepatan perputaran satu unit yang digunakan untuk
transaksi dalam suatu tahun tertentu.T adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam
perekonomian dalam satu periode tertentu.maka persamaan full-employment,maka T adalah
konstan (6.2) dapat ditulis juga ssebagai berikut:
aM aP
= …………………………………………………………….(10.11)
at at
aM
Dimana: = perubahan jumlah uaang beredar per tahun
at
aP
= perubahan harga atau inflasi per tahun
at
Dengan demikian,tingkat inflasi(perubahan nilai P) semata-mata ditentukan oleh
perubahan jumlah uang beredar (perubahan M).

BAB 12

ANALISIS KESEIMBANGAN
(BAGIAN III) : Model Keseimbangan Sintesis Klasik-Keynesian

1. ASUMSI-ASUMSI POKOK

Kurva IS-LM dikatakan sebagai sintesis klasik biru e diam atau ada juga yang mengatakan sebagai
sintesis Neo klasik-keynesian, karena digabungkannya ide-ide klasik dan Keynes dalam pembentukan
modelnya. Dari penjelasan alinea diatas, secara implisit tercermin asumsi-asumsi pokok yang mendasari
model IS-LM.

a. Pasar akan selalu berada dalam kondisi keseimbangan, sehingga kita dapat mengatakan bahwa
kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana disetiap pasar permintaan telah sama dengan
penawaran.

b. Fungsi uang adalah sebagai alat transaksi dan spekulasi.

c. Berlakunya hukum Walras.

d. Perekonomian adalah perekonomian tertutup. Dengan demikian perekonomian tidak melakukan


transaksi dengan dunia internasional. Karena itu pengeluaran agrerat, AB = C + I +G.

e. Model komparatif statis. Model IS-LM yang dibahas dalam bab ini adalah komparatif statis yang
mengabaikan dimensi perubahan dari waktu ke waktu.

2. KESEIMBANGAN PASAR BARANG-JASA: KURVA IS

Keseimbangan pasar barang jasa akan tercapai bila total produksi sama dengan total pengeluaran.

Y = AB

C + S = C +I atau keseimbangan pasar barang jasa tercapai bila S = I


Dengan demikian kurva IS dapat di definisikan sebagai kurva yang menunjukkan hubungan antara
berbagai tingkat bunga dengan pendapatan nasional yang menjamin (memungkinkan) pasar barang dan
jasa berada dalam keseimbangan.

a. Penurunan Kurva IS

Untuk menurunkan kurva IS dibutuhkan dua kurva, yaitu kurva keseimbangan keynesian dan
kurva permintaan investasi. Agar proses penurunan derivasi kurva IS dapat lebih mudah diikuti, fungsi
konsumsi dan investasi diasumsikan linier.

b. Sudut Kemiringan Kurva IS

Jika pengaruh kebijakan fiskal pemerintah diabaikan, maka faktor yang memengaruhi sudut
kemiringan kurva IS adalah sudut kemiringan kurva investasi. Keinginan investasi yang makin sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga ditunjukkan oleh kurva I yang makin mendatar. Ceteris paribus,
kurva I yang makin mendatar akan menghasilkan kurva IS yang makin mendatar. Begitu juga
sebaliknya.

c. Pergeseran Kurva IS

Seandainya pengaruh kebijakan fiskal pemerintah diabaikan , maka kurva is akan bergeser jika
pengeluaran investasi otonomus berubah.

3. KESEIMBANGAN KURVA LM

Kurva LM adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat bunga dengan
pendapatan nasional yang menjamin (memungkinkan) pasar uang-modal berada dalam keseimbangan.

a. Penurunan Kurva LM

Untuk menurunkan kurva LM dibutuhkan kurva penawaran uang dan kurva permintaan uang.
Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya, penawaran uang ditentukan oleh pemerintah
(bersifat eksogen), sehingga kurva penawaran uang adalah tegak lurus. Sedangkan kurva permintaan
uang bersudut kemiringan negatif, sebab selain ditentukan oleh tingkat pendapatan juga ditentukan
oleh tingkat bunga.

b. Sudut Kemiringan Kurva LM

Bila pengaruh kebijakan fiskal pemerintah diabaikan, sudut kemiringan kurva LM ditentukan
oleh tingkat sensitivitas permintaan uang (spekulasi) terhadap perubahan tingkat bunga. Jika makin
sensitif maka kurva permintaan uang (Md) makin mendatar. Hal ini akan menyebabkan kurva LM
makin mendatar. Begitu juga sebaliknya.

c. Pergeseran Kurva LM
Kurva LM akan bergeser apabila permintaan dan atau penawaran uang berubah.

1). Perubahan penawaran uang

Jika permintaan uang tetap, penambahan uang beredar akan menggeser kurva LM ke kanan.
Sebaliknya. Pengurangan jumlah uang yang beredar akan menggeser kurva LM ke kiri.

2). Perubahan permintaan uang

Perubahan uang dikatakan berubah bila pada tingkat pendapatan yang sama, jumlah
permintaannya bertambah atau berkurang. Perubahan permintaan aung ini akan menggeser kurva
LM. Jika permintaan uang bertambah besar, kurva LM bergeser ke kanan. Begitu juga sebaliknya.

4. KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN ( KESEIMBANGAN UMUM )

Perekonomian dikatakan telah mencapai keseimbangan (keseimbangan umum), bila baik pasar
barang-jasa telah berada dalam kondisi keseimbangan. Secara grafis, keseimbangan tersebut tercapai
apabila kerja IS berpotongan dengan kurva LM.

5. PERUBAHAN TITIK KESEIMBANGAN

Keseimbangan ekonomi dikatakan berubah jika secara grafis titik keseimbangan berubah. Ada tiga
penyebab perubahan keseimbangan, yaitu :

a. Kurva LM bergeser, kurva IS tetap

b. Kurva IS bergeser, kurva LM tetap

c. Kurva IS dan LM bergeser bersamaan

APENDIKS

Cara lain untuk menurunkan kurva LM dan kurva IS akan disampaikan dalam apendiks ini. Kendati
sedikit lebih rumit, cara ini amat berguna bagi mahasiswa tingkat intermediate dan lanjutan.

1. Penurunan Kurva IS

Untuk menurunkan kurva IS diperlukan tiga kurva. yaitu kurva permintaan investasi, kurva
tabungan dan kurva investasi = tabungan.

a. Kurva permintaan investasi ( kurva I )

Kurva permintaan investasi (kurva I) menggambarkan hubungan negatif antara tingkat investasi
dengan tingkat bunga, karena memiliki slope negatif.

b. Kurva tabungan ( kurva S )


Berdasarkan definisinya bahwa tabungan adalah pendapatan dikurangi konsumsi, maka fungsi
tabungan diturunkan dari fungsi konsumsi. Bila fungsi konsumsi : C = 100 + 0,8Y, maka fungsi tabungan
menjadi :

S = Y-C = Y(100+0,8Y) = Y-100-0,8Y

= -100+0,2Y

c. Kurva I = S

Kurva ini berbentuk garis lurus bersudut kemiringan 45 derajat yang menggambarkan investasi =
tabungan. Fungsi kurva ini adalah sebagai garis penolong untuk menemukan besarnya investasi (I) agar
sama dengan tingkat tabungan (S).

2. Penurunan Kurva LM

Untuk menurunkan kurva LM dibutuhkan tiga kurva, yaitu kurva permintaan uang untuk transaksi
(Mt), kurva permintaan uang untuk spekulasi (Msp), dan kurva total permintaan uang (Md).

a. Kurva permintaan uang untuk transaksi ( kurva Mt )

Karena merupakan proporsi tertentu dari tingkat pendapatan, maka permintaan uang untuk
transaksi makin banyak bila output makin besar. Kurva Mt berbentuk garis lurus bersudut positif.

b. Kurva permintaan uang untuk spekulasi ( kurva MSP )

Permintaan uang untuk spekulasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga, karenanya memiliki
sudut kemiringan negatif sebagaimana halnya kurva I.

c. Kurva total permintaan uang ( Kurva Md )

Kurva total permintaan uang merupakan penjumlahan dari kurva Mt dan kurva Msp (Md = Mt +
Msp ).

3. Menurunkan Kurva Permintaan Agrerat dari Kurva IS dan LM

Permintaan agrerat merupakan permintaan dalam kondisi keseimbangan, karenanya dapat


diturunkan dari kurva IS dan LM.

4. Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Permintaan Agrerat

Kebijakan moneter ekspansif akan meningkatkan jumlah uang beredar, yang berarti menaikkan
nilai rill kasih ( rill chas belances ) dan menggeser kurva LM ke kanan. Akibatnya tingkat bunga turun dan
output keseimbangan naik.

5. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Permintaan Agrerat


Kebijakan fiskal anspansif melalui peningkatan penularan pemerintah atau potongan pajak akan
menggeser kurva IS ke kanan. Akibatnya output keseimbangan naik dan tingkat bunga juga naik. Bila di
asumsikan tingkat harga tidak berubah, maka kurva AD akan bergeser ke kanan. Dampak kebijakan fiskal
kontraktif adalah sebaliknya.

BAB 13

KEBIJAKAN MONETER
1. Definisi dan Pengertian
Yang dimaksud dengan kebijakkan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik)dengan mengatur dengan
jumlah uangberedar. Yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatnya output
keseimbangan dan atau terpeliharannya stabilitas harga ( inflasi terkontrol). Melalui kebijakan
moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang
beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus
mengendalikan inflasi.
2. Instrumen Kebijakan Moneter
Ada tiga instrument utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar: operasi pasar
terbuka, fasilitas diskonto, dan rasio cadangan wajib. Diluar tiga instrument tersebut (yang
merupakan kebijakan moneter bersifat kuantatif) pemerintah dapat melakukan imbauan mora.
a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Yang dimaksud dengan operasi pasar terbuka adalah pemerintah mengendalikan jumlah
uang beredardengan cara menjual atau membuat surat-surat berharga milikpemerintah.
Di Indonesia, operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Jika ingin mengurangi jumlah uang
yang beredar, pemerintah menjual SBI dan atau SPBU. Melalui penjualan SBI/SPBU uang
yang ada dalam masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang beredar berkurang. Biasanya
penjualan SBI/SPBU dilakukan bila jumlah uang beredar dianggap sudah menganggu
stabilitas perekonomian.
b. Fasillitas Diskonto (Discount Rate)
Yang dimaksud dengan tingkat bunga diskonta adalah tingkat bunga yang ditetapkan
pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam kebank sentral.
Bila pemerintahan ingin menambah jumlah uang beredar, maka pemerintah menurunkan
tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih
murah maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih
besar, sehingga jumlah uang beredar bertambah.
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ration)
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang beredar, jika rasio
cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil
dibandingkan sebelumnya.
Bila rasio cadangan wajib diperbesar menjadi 20% maka untuk setiap unit deposito yang
diterima, system perbankan hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 80%. Angka
multiplikasi uang dari system perbankan menurun menjadi 5, dengan demikian jumlah uang
yang beredar masyarakat akan berkurang. Sebaliknya jika pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Sebab penurunan rasio tersebut akan memperbesar angka multiplikasi
uang, yang berarti akan meningkatkan jumlah uang beredar.
d. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Dengan himbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan
jumlah uang beredar. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia dapat member saran agar
perbankan berhati-hati dengan kreditnya atau membatasi keinginannya meminjam uang
dari bank sentral (berhati-hati menggunakan fasilitas diskonto)
3. Kebijakan Moneter Dan Keseimbangan Ekonomi: Analisis IS-LM
Kebijakan moneter dikatakan efektif bila mampu mengendalikan tingkat output dan atau harga.
Untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan moneter, peralatan analisis yang paling sederhana
namun komfebresif adalah kurva IS-LM.
a. Pengaruh Kebijakkan Moneter Terhadap Keseimbangan Pasar Uang-Modal
Pengaruh jumlah uang beredar dapat mempengaruhi kondisi keseimbangan pasar uang
modal.
Diagram 13.11 menunjukkan kurva LM0 yang diturunkan dari M22. Seandainya pemerintah
menambah jumlah uang beredar menjadi M 21 pada diagram 13.1 a, maka untuk membuat
pasar uang-modal berada dalam keseimbangan pada tingkat Y 2 tingkat bunga harus
diturunkan dari r1 ke r2. Demikinan juga bila ingin membuat pasar uang-modal berada dalam
kondisi keseimbangan pada tingkat Y1, tingkat bunga juga harus diturunkan dari r 2 ke r4.
Dalam diagram 13.1b hal ini terlihat pergeseran titik keseimbangan (dari F 1 ke F2 dan dari F2
ke F4), sehingga kurva LM bergeser kekanan (dari LM 0 ke LM2).
Seandainya pemerintah mengurangi jumlah uang beredar dari M 30 ke M42 maka untuk
membuat pasar modal-uang berada dalam keseimbangan pada tingkat Y 2 tingkat bunga
harus dinaikan dari r1 ke r2. Sedangkan untuk mencapai keseimbangan pada tingkat Y 1,
tingkat bunga harus dinaikan dari r2 ke r4. Kurva LM bergeser kekiri ( dari LM 0 ke LM2).
Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengidenkasikan telah terjadinya
kelebihan permintaan investasi. Akibatnya dilihat dari dua sisi:
 Sisi Output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang
dibatalkan. sebagai akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi lebih kecil.
 Sisi Biaya
Kenaikan tingkat bunga akan menaikkan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya
modal.
Bila pemerintah mengurangi jumlah uang beredar, yang terjadi sebaliknya. Pergeseran
kurva LM kekiri ( dari LM0 ke LM2) menyebabkan titik keseimbangan bergeser ke E 0. Pada
saat itu output keseimbangan adalah Y02 yang lebih kecil daripada Y20 sedangkan tingkat
bunga naik (dari r0 ke r2), yang berarti telah menjadi inflasi.
4. Efektivita Kebijakan Moneter
Secara grafik hasil dari kebijakan moneter pemerintah sangat ditentukan oleh kondisi pasar
barang-jasa dan pasar uang-modal, yang digambarkan oleh sudut kemiringan kurva IS dan kurva
LM.
a. Sudut Kemiringan Kurva IS
Kurva IS2, lurus sejajar dengan sumbu vertical. Kurva IS yang seperti ini terjadi karena
permintaan investasi tidak sensitive terhadap perubahan tingkat bunga (kurva 1 tegak lulus).
Sedangkan kurva IS2 terbentuk dari kurva 1 yang mendatar sejajar dengan sumbu horizontal.
Artinya kurva investasi elastis sempurna. Sedangkan kurva IS 3 terbentuk dari kurva investasi
yang bersudut negatif.
b. Sudut Kemiringan Kurva LM
- Kurva LM berbentuk tegak lurus sejajar sumbu vertical. Kurva ini diturunkan dari kurva
permintaan uang untuk spekulasi (M ap) yang tegak lurus. Artinya, permintaan uang
untuk spekulasi tidak sensitive terhadap perubahan tingkat bunga. Dapat juga dikatakan
bahwa permintaan uang , semata-mata ditentukan oleh permintaan uang untuk
transaksi yang merupakan fungsi pendapatan. Oleh karena kurva LM, sesuai dengan
Hipotensi Klasik, maka kurva ini disebut LM versi Klasik
- Kurva LM2 adalah kebalikan dari kurva LM 1. Karena kurva LM2 diturunkan dari kurva
permintaan uang untuk spekluasi (M ap), maka kurva ini datar dan sejajar dengan sumbu
horizontal. Artinya, permintaan uang untuk spekulasi sangat sensitive (sensitive
sempurna) terhadap perubahan tingkat bunga. Menurut Keynes, kondisi inilah yang
disebut sebagai perangkap likulditas atau jerat likulditas dan biasanya terjadi pada
tingkat bunga yang lebih rendah. Karena bentuk kurva LM 2 sesuai dengan teori
Keynesian, maka kurva ini disebut juga kurva LM versi Keynesian.
Kurva LM2 adalah kurva LM yang telah anda kenal, yang terbentuk dari kurva permintaan
uang untuk spekulasi yang bersudut negative.
Seringkali ketiga kurva LM tersebut diatas digambarkan dalam satu kurva seperti yang
terlihat dalam diagram 13.4.b. Daerah kurva LM yang mendatar disebut daerah
Keynesian , sedangkan daerah kurva LM yang tegak lurus disebut daerah Klasik. Daerah
yang berada diantara kedua ekstrem tersebut dinamakan daerah antara ( entermediate
range).
c. Berbagai Kemungkinan Hasil Kebijakan Moneter.
Evaluasi terhadap efektivitas kebijakan moneter dapat dilakukan dengan melihat titik-titik
potong kurva-kurva IS dan LM. Karena kurva IS dan LM masing-masing memiliki minimal tiga
kondisi, maka minimal ada Sembilan kombinasi titik potong kurva IS-LM. Dari Sembilan
kombinasi tersebut, dua diantaranya tidak terdefinisikan. Yang pertama, adalah titik potong
antara kurva IS mendatar (IS2) dengan kurva LM mendatar (LM3). Yang kedua adalah titik
potong antara kurva IS tegak lurus (IS 2) dengan kurva LM tegak lurus (LM 1).
Kita hanya memperhatikan empat kondisi ekstern yang terjadi terhadap output
keseimbangan dan tingkat bunga, bila yang ditempu adalah kebijakan moneter. Karena yang
dievaluasi adalah kebijakan moneter, maka secara grafik yang digeser adalah kurva LM.
Diagram 13.5.a dan 13.5.b kondisinya adalah kurva LM vertical. Diagram 13.5.a
menunjukkan jika kurva IS datar,kebijakan moneter sangat efektif sebab dapat menambah
output atau mengurangi output keseimbangan tanpa mengganggu tingkat harga. Diagram
13.5.b menunjukkan jika kurva IS mempunyai dlope negative, kebijakan moneter ekspansif
akan menaikan output keseimbangan, sementara tingkat harga turun. Sebaliknya dengan
kebijakan kontratif, karena output keseimbangan turun, sementara tingkat bunga (harga)
meninggi.
Pada diagram 13.5.c dan diagram 13.5.d kurva LM adalah mendatar artinya perekonomian
berada dalam perangkap likuiditas. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan moneter sama sekali
tidak efektif, sebab tidak mempunyai kemampuan mempengaruhi output dan tingkat bunga.
Anda dapat mencoba-coba berbagai kemungkinan lain dan bandingkan hasilnya dengan
tabel 13.1 dibawah ini.

Tabel 13.1
Efektivitas Kebijakan Moneter Terhadap Output
Dan Tingkat Harga (Bunga)

Kurva IS Datar Elastis Kurva IS Inelastis Kurva IS Negatif


Sempurna Sempurna
Kurva Tidak Terdefinisi Moneter Ekspansi atau Moneter Ekspansif atau
LM Kontraktif tidak efektif, Kontraktif tidak efektif,
Elastis Y” dan tingkat bunga Y” dan tingkat bunga
Sempur tetap tetap
na
(Interval
Keynes)
Kurva 1. Moneter Tidak Terdefinisi 1. Moneter
LM Ekspansif: Y” Ekspansif:Y”
Inelastis naik,tingkat turun,tingkat
Sempur bunga tetap bunga turun
na 2. Moneter 2. Moneter
(Interval Kontraktif: Y” Kontraktif:Y”
Klasik) turun, tingkat turun, tingkat
bunga tetap bunga naik
Kurva 1. Moneter 1. Moneter 1. Moneter
LM Ekspansif: Y” Ekspansif: Y” Ekspansif:Y” naik,
Positif naik, tingkat tetap,tingkat tingkat bunga
(Interval bunga tetap bunga turun turun
Antara) 2. Moneter 2. Moneter 2. Moneter
Kontraktif: Y” Kontratif: Y” Kontraktif: Y”
turun, tingkat tetap,tingkat turun, tingkat
bunga tetap bunga naik bunga naik
Dari Diagram 13.5 dan Tabel 13.1 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebijakan moneter adalah efektif sempurna bila kurva IS datar.
2. Kebijakan moneter adalah tidak efektif sempurna bila kurva LM datar.

BAB 14

KEBIJAKAN FISKAL

1. DEFINISI DAN PENGERTIAN

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan peemerintah untuk


mengelola/mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau diinginkan secara dengan cara
berubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

a. Pajak

Tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman tentang kebijakan fisika dan pengaruhnya
terhadap keseimbangan perekonomian. Sebab, berbeda dengan pengeluaran pemerintah (G) yang
dapat di asumsikan otonomus, maka pajak tidaklah demikian, besarnya pajak yang diterima pemerintah
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, sebaliknya pajak dapat memengaruhi pola laku produksi dan atau
konsumsi.

Secara hukum, pajak dapat didefinisikan sebagai iyuran wajib kepada pemerintah yang bersifat
memaksa dan legal (berdasarkan undang-undang), sehingga pemerintah mempunyai kekuatan hukum
untuk menindak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya.

Secara ekonomi, pajak dapat di definisika. sebagai pemindahan sumber daya yang ada disektor
rumah tangga dan perusahaan ke sektor pemerintah melalui mekanisme penmungutan tanpa wajib
memberi balas jasa langsung.

1). Klarifikasi pajak

Ada beberapa ke b klarifikasi dan pajak yang umumnya digunakan, yaitu pajak objektif dan pajak
subjektif serta pajak langsung dan pajak tidak langsung.

a). Pajak objektif

Pajak objektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi para wajib pajak.
Misalnya pajak penambahan nilai (PPN) dikenakan kepada mereka yang membeli barang dan jasa kena
pajak.
b). Pajak subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang dipungut dengan melihat kemampuan wajib pajak. Biasanya bila
kemampuan wajib pajak makin besar, beban pajaknya makin besar. Salah satu indikator yang digunakan
adalah pendapatan.

c). Pajak langsung

Pajak langsung adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat di geser kepada wajib pajak yang lain
(no tax incidence). jadi membayar pajak langsung adalah pembayaran pajak terakhir (last tax payer).
Contoh pajak langsung di indonesia adalah pajak penghasilan (pph) serta pajak bumi dan bangunan
(PBB). Karena Pajak langsung mempunyai banyak kesamaan dengan pajak subjektif, umumnya pajak
langsung adalah pajak subjektif.

d. Pajak tidak langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang beban pajaknya dapat digeser kepada wajib pajak yang lain
(tax incidence). contoh paling terkenal dari pajak tidak langsung adalah pajak penjualan yang dalam
konteks indonesia dikenal dengan PPn dan PPnBM. Pajak ini disebut sebagai pajak tidak langsung, sebab
jika yang dikenakan pajak adalah produsen, maka produsen dapatenggeser sebagian atau seluruh beban
pajaknya kepada konsumen.

2). Tarif pajak

Dua jenis tarif pajak yang paling terkenal adalah pajak nominal dan pajak persentase.

a). Pajak nominal

Pajak nominal adalah pajak yang pengenaannya berdasarkan sejumlah nilai nominal tertentu. Notasi
untuk pajak nominal adalah T. Misalnya, bila pengenaan pajak pendapatan sebesar 50, maka ditulis T =
50.

b). Pajak persentase

Pada pajak persentase, beban pajaknya ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari dasar
pengenaan pajak. Notasi untuk pajak persentase adalah t (huruf kecil). pajak persentase dapat
dibedakan berdasarkan pajak porposional, progresif dan regresif.

Pajak proporsional, tarif persentasenya tetap.

Pajak progresif, tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan pajaknya makin tinggi.

Pajak regresif adalah kebalikan dari pajak progresif, tarif pajak justru makin rendah pada saat
penghasilan meningkat.

2. PENGARUH PAJAK TERHADAP PENDAPATAN DAN KONSUMSI


a. Pajak Nominal

Pajak nominal pertama kali memengaruhi pendapatan disposabel. Jika pendapatan adalah Y dan pajak
nominal adalah T, maka pendapatan disposabel :

Yd = Y - T

Fungsi konsumsi menurut model Keynes adalah :

C = Co + Byd

Dengan adanya pajak nominal, maka Yd = Y - T, sehingga fungsi konsumsi menjadi :

C = C0 + Byd

= C0 + b(Y-T)

= C0 + bY-bT

=C0 - BT + BY

Dari persamaan diatas terlihat bahwa pajak nominal tidak mengubah nilai MPC. Artinya pajak nominal
tidak mengubah sensitivitas konsumsi akibat perubahan pendapatan.

b. Pajak Proporsional

Jika pajak penghasilan yang dikenakan adalah proporsional (t), maka pendapatan disposabel menjadi:

Yd = Y-tY = Y(I-t)

Akibatnya fungsi konsumsi berubah menjadi:

C = C0 + bYd = C0 + b(Y(I-t))

= C0 + BY -btY = C0 + (b-bt)Y

Ternyata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b-bt) atau lebih kecil sebesar bt, sedangkan
konsumsi otomatis tetap.

3. PENGARUH PAJAK TERHADAP KESEIMBANGAN EKONOMI

Karena kebijakan fiskal bertujuan mengarahkan perekonomian kekondisi yang lebih baik, maka
dampaknya terhadap keseimbangan ekonomi harga dipahami. Salah satu cara paling mudah melihatnya
adalah dengan melihat pengaruh pajak terhadap output keseimbangan.

4. POLITIK ANGGARAN

Di lihat dari perbandingan nilai penerimaan (T) dan pengeluaran (G), politik anggaran dapat dibedakan
menjadi anggaran tidak berimbang dan anggaran berimbang. Hasil yang dicapai dari kebijakan fiskal
merupakan interaksi dari dampak pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap output keseimbngan.
Pengaruh perubahan pengeluaran pemerintah terhadap pengeluaran pendapatan keseimbangan,
seperti yang telah dibahas sebelumnya, adalah:

∆Y = ∆G/ (1-b)

Sedangkan pengaruh pajak terhadap pendapatan adalah :

∆Y = - b∆T/(1-b)

a. Anggaran Defisit (Deficit Bugdet)

Anggaran tidak berimbang dapat dibedakan lagi menjadi anggaran defisit dan anggaran surplus.
Anggaran defisit adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran
pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah (T < G atau G > T).

∆Y karena ∆C = b∆G/(b-1)

∆Y karena ∆T = - b∆T/(b-1)

b. Anggaran Surplus (Surplus Budget)

Kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah merencanakan penerimaan lebih
besar dari pengeluaran (T>G atau G<T). Karena itu juga politik anggaran surplus sering diidentikkan
dengan kebijakan fiskal kontraktif. Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang dalam
tahap ekspansi dan terus memanas (overheating). Melalui anggaran surplus pemerintah mengeram
pengeluarannya untuk merununkan tekanan pemerintah atau mengurangi daya beli dengan menaikkan
pajak. Pengaruh anggaran surplus terhadap output keseimbangan adalah kebalikan dari pengaruh
anggaran defisit.

c. Anggaran Berimbang (Balanced Bugdet)

Pemerintah dikatakan menempuh politik anggaran berimbang apabila pengeluaran direncanakan akan
sama dengan penerimaan (G = T dan atau ∆G = ∆T). Tidak ada ketentuan pokok dalam kondisi ekonomi
seperti apa politik anggaran berimbang ditempuh. Namun bila pemerintah memilih politik anggaran
berimbang, dua hal utama yang ingin dicapai adalah peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.

Karena ∆G = ∆T, maka pengaruh anggaran terhadap keseimbangan ekonomi adalah :

∆Y karena ∆G = ∆C/(b-1)

∆Y karena ∆T = - b∆T/(b-1)

5. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan fiskal dikatakan efektif bila mampu mengubah tingkat bunga (r) dan atau output sesuai
dengan yang diinginkan pemerintah. Pengaruh kebijakan fiskal terhadap output keseimbangan,
pertama-tama terjadi melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar barang dan jasa.

a. Dampak Keseimbangan Fiskal Terhadap Keseimbangan Pasar Barang-Jasa

Dampak kebijakan fiskal terhadap keseimbangan barang dan jasa lebih dijelaskan secara matematis
dalam bagian sebelumnya.

b. Dampak Kebijakan Fiskal Ekspansif Terhadap Inflasi

Jika tambahan pengeluaran pemerintah akan menghasilkan tambahan output keseimbangan yang
beberapa kali lipat, bukankah lebih baik pemerintah terus-menerus meningkatkan anggarannya ?
Pertanyaan tersebut baru benar bila didalam perekonomian hanya terdiri atas pasar barang dan jasa.
Dalam analisis IS-LM, perekonomian baru dikatakan berada dalam keseimbangan jika pasar yang modal
juga berada dalm keseimbangan. Karenanya, untuk melihat lebih buruknya anggaran ekspansif kita
masukkan kurva LM dalam analisis.

Ternyata penambahan pengeluaran pemerintah lebih menyebabkan naikknya pengeluaran agraret.


Naikknya pengeluaran agraret menyebabkan keinginan sektor swasta melakukan investasi semakin
besar. Hal tersebut memang diharapkan pemerintah. Menurutnya investasi swasta yang menyebabkan
tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi dari kebijakan fiskal ekspansif disebut sebagai crowding
out effect. Cara mengatasi crowding out effect secara teoritis sederhana saja yaitu meningkatkan jumlah
uang beredar.

c. Slope Kurva IS dan LM

Secara grafis, slope LM akan memengaruhi efektivitas kebijakan fiskal. Bila slope kurva LM mendatar
sejajar sumbu horizontal (internal keynesian), maka kebijakan fiskal efektif sempurna, karena mampu
memengaruhi output keseimbangan tanpa menimbulkan inflasi. Menurut para ekonom keynesian, kurva
LM yang mendatar menggambarkan perekonomian berada dalam kondisi lesu karena perangkap
likuiditas, dimana sekalipun tingkat bunga sudah sedemikian rendah, tingkat investasi tidak meningkat.
Hal ini terjadi karena begitu lemahnya ekspektasi masyarakatm. Agar perekonomian pulih kembal, maka
ekspektasi harus dipulihkan. Untuk itu diperlukan campur tangan pemerintah melalui peningkatan
pengeluaran pemerintah yang akan mendorong kegiatan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai