OLEH
BAMBANG PURWONO
DEFINISI
PERMEN NO 16 TAHUN 2012
• Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RKL adalah upaya penanganan dampak
lingkungan yang ditimbulkan dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
• Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RPL adalah upaya pemantauan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
EPA, 2005
Rencana pengelolaan lingkungan (environmental management plan) adalah tindakan yang dilakukan oleh
organisasi (usaha/kegiatan) untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan , mematuhi peraturan
perundangan dan harus dapat memenuhi sasaran dan target yang ditentukan.
PENGERTIAN UMUM
Rencana pengelolaan lingkungan (environmental management plan) adalah rencana atau program yang
dilakukan oleh project proponent untuk memitigasi, mengendalikan dan memantau dampak lingkungan
selama masa pra-konstruksi, konstruksi, commissioning, operasi (normal dan abnormal), pemeliharaan dan
decommissioning.
SEJARAH PERKEMBANGAN RKL-RPL
PERKEMBANGAN KA ANDAL
AMDAL DARI PP (SCOPING)
NO 29 TAHUN
LAYAK
1986 SAMPAI
(EIS)
DENGAN PP27
TAHUN 1999
BASELINE DATA,
PREDIKSI DAN PROYEK
MITIGASI
EVALUASI DAMPAK DITOLAK
PENTING
TDK
LAYAK
PP 27 TAHUN
2012
IZIN
LINGKUNGAN
Sumber : Permen no 16/2012
NO SIGNIFICAN IMPACT
1 SCREENING NO SPESIFIC ASSESSMENT
ESMP IFC
IMPACT LIKELY
VERSION
2 SCOPING PUBLIC CONSULTATION
5 MITIGATION
DISCLOSURE OF E & SA
DECISION TO PROCEED OR NOT
7 ENV’L & SOCIAL MANAGEMENT
PLAN PUBLIC CONSULTATION
• Sejak NEPA diundangkan oleh Amerika Serikat pada tahun 1969 AMDAL mulai berkembang;
• Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, Metodologi AMDAL juga mengalami
perkembangan. Sampai tahun 1990an metoda Matriks untuk evlauasi dampak penting digunakan.
Sekarang metoda tersbut sudah mulai ditinggalkan.
• Tahun 1980an risk assessment baru merupakan gagasan, wacana yang perlu diintegraskan dalam
AMDAL. Saat ini Risk Assessment di beberapa negara dan IFC (World Bank, EBRD, ADB dll) sudah
memasukan RA kedalam AMDAL. Bahkan IFC sudah mengembangkan Risk Based untuk setiap
kegiatan yang berdampak penting (ISO 31000), terutama untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat
high risk (petrokimia, MIGAS, semen, pupuk dan industry-industry lain yang menggunakan highly
hazardous substance sebagai bahan baku dan bahan penolongnya.
• AMDAL berevolusi sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman, sementara kita masih belum
banyak mengalami perubahan.
• Process safety menjadi penting untuk dipelajari, karena merupakan factor penting yang dapat memicu
risiko tinggi dalam operasi kegiatan industry tertentu yang bahan baku dan bahan penolongnya
menggunakan highly hazardous substance. Dalam AMDAL process safety perlu dikaji seberapa jauh
risikonya terhadap lingkungan dan manusia, ini berkaitan dengan risiko yang bersifat katastrophik dan
mejadi reputasi yang perlu dipertimbangkan dalam investasi. IFC dan world Bank sudah menerapkan risk
based untuk amdal.
• Process safety ditetapkan sebagai suatu kewajiban oleh US Department of Labor pada 1992, dan pada 1994
diadopsi oleh USEPA dengan focus kajian pada aspek lingkungan di luar tapak kegiatan, dan USEPA
menetapkan standar Accidental Release Threshold (kondisi abnormal) sendiri untuk bahan kimia berbahaya
terhadap lingkungan dan manusia.
• Di dalam RKL juga memungkinkan pemrakarsa membuat ERA (ecological risk assessment dan human health
risk assessment) untuk memastikan ketelitian dan ketepatan perkiraan dampak penting terhadap ekosistem
dan kesehatan masyarakat pada saat amdal dalam proses pembuatan. Contoh PT Freeport Indonesian telah
menyusun ecological risk assessment dan human health risk assessment sebagai kewajiban yang diminta
oleh RKL-RPLnya. Hasil analisis risiko tersebut digunakan sebagai koreksi dan kelengkapan pengelolaan
lingkungan hidup perusahaan.
• Metoda Evaluai Dampak Penting juga mengalami perubahan. Metoda matriks seperti Leopold,
Lohani & Than, Fisher and Davis dan metoda matriks lainnya mulai ditinggalkan, karena metoda
ini tidak dapat digunakan untuk melakukan analisis residual impact, cumulative residual impact
dan induced impact.
Catatan :
• Pertanyaan bila kita tidak mengikut perubahan. Siapa yang akan memperoleh manfaat, siapa
yang merugi?
• Jangan menjadikan factor harga sebagai kendala dan alasan untuk tidak mau maju.
IFC, Word Bank dan beberapa negara lain menyebut RKL-RPL sebagai environmental and social
management plan sesuai dengan nama ANDALnya (Environmental and Social Impact Analysis)
AMDAL
AMDAL KEGIATAN PERLUASAN/EKSPANSI
DELH / DPLH
BARU KEGIATAN ATAU
AMDAL ADENDUM
PRACTICAL MEASURES TO
PREVENT/CONTROL RKL-RPL MEASURES TO
ENVIRONMENTAL REDUCE/CONTROL
DAMAGE/POLLUTION ENVIRONMENTAL RISK
(TECHNOLOGY/TECHNICAL) (TECHNOLOGY/TECHNICAL)
Dampak
Mitigasi sisa/dampak baru Mitigasi
Dua manfaat utama Risk Assessment dalam AMDAL adalah :
• secara sistematis mengidentifikasi potensi bahaya dari proposal dan cakupan investigasi terperinci yang diperlukan
untuk AMDAL; dan,
• menetapkan prioritas AMDAL dan mengelola ketidakpastian.
Risk Assessment digunakan untuk membantu proses pelingkupan AMDAL untuk melakukan investigasi lapangan:
• Fase pelingkupan adalah fase awal dari proses AMDAL yang biasanya melibatkan identifikasi bahaya utama yang
terkait dengan proyek dan pengembangan desain studi secara keseluruhan. Fase scoping dalam KA adalah untuk
menentukan seberapa luas dan kedalaman AMDAL ditentukan.
• Bahaya diidentifikasi dengan mengeksplorasi kegiatan yang berinteraksi dengan lingkungan. Penilaian risiko
selama fase pelingkupan yang memfokuskan interaksi kunci untuk mengidentifikasi prioritas bahaya untuk studi
lebih terperinci dibandingkankan dengan masalah lain yang hanya membutuhkan perhatian terbatas.
• Metoda risk assessment kualitatif seperti HAZOP, FMECA, check lis tidak digunakan, meskipun
kenyataannya pada saat ini banyak perusahaan masih menggunakan HAZOP sebagai metoda
untuk process hazard analysis.
• Managemen risiko menjadi bagian tak terpisahkan dari RKL.
SUBJECT TO BE
RKL-RPL INSPECTED
MENGAPA RKL-RPL
TERUKUR, MUDAH
HARUS
DILAKSANAKAN,
IMPLEMENTATIF ? MENJADI ISI SEBAGIAN BESAR AUDITABLE
IZIN LINGKUNGAN
DUE DILIGENCE
LEGAL DEFENCE TO
REDUCING ENVIRONMENTAL
PROSECUTION / LEGAL COMPLIANCE
SANKTION
DPH/DTPH yang diprakirakan adalah DPH/DTPH tanpa penanganan dampak atau DPH/DTPH
dengan penanganan dampak yg built in dalam design rencana kegiatan (project proposal) atau yang sudah
memiliki panduan /prosedur/SOP yang jelas.
minimisasi
Alternatif
penanganan/mitigasi mengendalikan
dampak lingkungan
dari studi ANDAL
menanggulangi
Mengoptimalkan
dampak positif
PERTANYAAN : POSISI AMDAL DALAM BEBERAPA PROJECT PROPOSAL
SEBERAPA RINCIKAH BENDUNGAN Pra-FS; FS; Basic Design
RKL-RPL ?
PANDUAN PENYUSUNAN ANDAL DAN RKL-RPL BERSIFAT UMUM, TIDAK SPESIFIK, SANGAT
2
TERLALU MENGIKAT, TDK MEMBERIKAN KELELUASAAN BERINOVASI KEPADA PENYUSUN
PENYUSUN TERLALU FOKUS PADA PREDIKSI DAN EVALUASI DAMPAK PENTING DAN
5 KURANG FOKUS DALAM MERUMUSKAN MITIGASI DAMPAK KEGIATAN TERHADAP
PERILAKU EKOSISTIM DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI BUDAYA KESMAS
• Mendorong praktik manajemen lingkungan yang baik melalui perencanaan dan komitmen
terhadap pengelolaan isu-isu lingkungan;
• Mengevaluasi kinerja pengelolaan lingkungan secara berkala;
• Memberikan pedoman pengelolaan lingkungan yang rasional dan praktis yang akan
membantu dalam meminimalkan potensi dampak lingkungan terhadap rencana kegiatan
yang akan dibangun;
• Membantu meminimalkan gangguan terhadap lingkungan (fisik, biologis dan ekologis, sosial
ekonomi, budaya, kesmas dan arkeologi);
• Mengendalikan semua bentuk pencemaran/kerusakan lingkungan melalui pemantauan
kualitas udara, kebisingan, tanah, air, limbah, energi, sumber daya alam (perubahan
ekosistem), flora fauna dan lingkungan sosekbudkesmaslalin;
Lanjutan
• Nyatakan dengan jelas setiap batasan ketentuan (peratura perundangan, seperti PP,
Perpres, Permen, Pergub, Perda ttg prosedur, kriteria, standar yang diacu atau diterapkan
baik dalam pengelolaan lingkungan maupun pemantauan lingkungan. Catatan : satu dan
lain technologi tunduk pada batasan ketentuan;
• Untuk kegiatan Manufaktur seperti : Kilang/Refinery, Pupuk, Petro Kimia, Pestisida dimana
bahan baku dan bahan penolongnya adalah B3 (risiko tinggi), maka selain teknologi yang
digunakan dalam mitigasi dampak/risiko harus menguraikan pengelolaan lingkungan
kedaruratan (cermati teknologi proses, risiko proses termasuk pengamanan lapis
lindungnya);
• Hal yang sama untuk kegiatan Jasa, Tambang, Eksploitasi MIGAS;
• RKL-RPL harus auditable, terukur dan menjelaskan lokasi, jangka waktu pengelolaan dan
pemantauannya;
• Memastikan bahwa terdapat unit kerja dan posisiya dengan jelas yang melaksanakan
implementasi RKL-RPL. Unit kerja ini bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
pengelolan dan pemantauan lingkungan (legal and environmental impairment liability);
LANDING AGENCIES
Perubahan Perubahan
REQUIREMENTS
kebijakan standar/kriteria
Perubahan daya
dukung/daya Perubanahan /
tampung lingkungan kemajuan
/kerusakan MARKET DRIVEN
teknologi
lingkungan
CATATAN : KARENA RKL-RPL MENJADI ISI SEBAGIAN BESAR IZIN LINGKUNGAN MAKA PERUBAHAN RKL DAN RPL MENJADI
TERKENDALA DISEBABKAN MEKANISME REVISI ATAU PENYEMPURNAANNYA MENJADI BERKEPANJANGAN
PERBAIKAN
RKL BESIFAT
BERKELANJU
DINAMIS TAN
PLAN : TENTUKAN KEBIJAKAN DAN TUJUAN PLH; KEMBANGKAN MITIGASI (DPH/DPTH) DAN PENGENDALIAN
OPERASIONALNYA TERHADAP DAMPAK DAN RISIKO LINGKUNGN YANG DITIMBULKAN OLEH
RENCANA KEGIATAN; KEMBANGKAN RENCANA MITIGASI AGAR TUJUAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN TERCAPAI
DO : IMPLEMENTASI, LAKSANAKAN MITIGASI THD DAMPAK DAN RISIKO LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
OPERASIONALNYA TERMASUK MELAKUKAN CAPASITY BUILDING (ORGANISASI, MEMBANGUN
KOMPETENSI SDM, PELATIHAN )
CHECK : LAKUKAN PENGUKURAN / PEMANTAUAN THD KINERJA PLH (MEMERIKSA, MENGAUDIT DAN
REVIEW) BHW MITIGASI DAN OPERASIONAL CONTROL EFEKTIF DIJALANKAN BERDASARKAN PERUBAHAN
KETENTUAN, KRITERIA, STANDAR YANG BERLAKU DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
ACT : LAKUKAN TINDAKAN PERBAIKAN (CORRECTIVE) TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN RKL
DAN RPL YANG IMPLEMENTATIF &
EFEKTIF
A. KERANGKA PERATURAN PERUNDANGAN DAN KEBIJAKAN
Peraturan perundangan seperti PP, Perpres, Permen, Perda, Pergub, best environment practice, panduan
hrs menjadi acuan utama yang berisi ttg kewajiban dan persyaratan serta larangan yang harus
dilakukan oleh project proponent dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Ini sebenarnya bagian
dari pendekatan institusi.
Pelajari dengan seksama kandungan atau isi peraturan perundangan tersebut, krn berisi kewajiban,
persyaratan dan larangan serta kriteria, prosedur dan standar yang harus dilaksanakan dan dapat
dicapai oleh pemrakarsa dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan.
Catatan :
Pedoman penyusunan RKL pada Permen 16 tahun 2012 secara eksplisit tidak menyebut rujukan
(peraturan, pedoman, best practice) yang harus diacu sebagai indicator/tolok ukur/ performance
standard, sehingga penyusun AMDAL sering merumuskan pengelolaan lingkungam berdasarkan
logika saja (kecuali aspek sosial budaya);
Bandingkan dengan matriks Asdam/Identifikai Aspek Lingkungan pada Sistem Managemen
Lingkungan yang secara eksplisit menyebut acuannya sehingga indicator kinerja terukur;
Pedoman umumnya diartikan sebagai sebuah check list yang hrs digunakan sepenuhnya, sehingga
kurang memberikan inovasi yang bermakna;
Pedoman umum (Lampiran III Permen 16 tahun 2012) kurang menggambarkan jenis-jenis kegiatan
pada berbagai sector yang sangat bervariasi;
B. PERTIMBANGAN TEKNOLOGI (TECHNOLOGICAL
APPROACH)
a. Pelajari/review teknologi/teknik/metoda yang akan digunakan untuk pencegahan /
pengendalian dampak;
b. Jangan melakukan “templet” tanpa dikaji/review terlebih dahulu, karena pengelolaan
lingkungan bersifat “site specific”, baik teknologi mitigasi yang sudah built in dalam design
proyek maupun yang belum;
c. Bila dalam deskripsi proyek secara eksplisit belum menjelaskan teknik/ cara mitigasi, maka
apabila penyusun menawarkan teknik mitigasi, pertimbangkan “cost effective” dan
apakah teknologi tersebut merupakan “the best available technology” atau “the best
achievable technology”;
d. Contoh alat pengendali pencemaran udara (partikulat) : ESP, Cyclone, Wet/dry scrubber,
Gravity Settling Chamber, Fabric filters dll
Lanjutan…..
e. Contoh alat pengendali emisi gas : Absorbsi, Adsorbsi, Spray Scrubber, Kondensasi, Gas
combastion dan lain-lain;
f. Pelajari fungsinya, kelebihan dan kekurangannya serta efektifitasnya terkait dengan kondisi
kualitas udara di tapak proyek (daya dukung dan daya tampung);
g. Pelajari aspek-aspek yang terkait dengan abnormalitas (gangguan, kegagalan proses
kedaruratan) baik dalam proses produksi maupun dalam proses mitigasi dampak;
h. Pelajari langkah-langkah atau prosedur mitigasi dalam kondisi abnormal dan darurat;
i. Pelajari aspek (preventif) maintenance dan overhaul, limbah –limbah apa saja yang
dihasilkan selama proses maintenance dan overhaul ( limbah tank cleaning, sludge IPAL,
kemungkinan lepasan minyak waktu penggantian pipa bawah laut, perawatan pipa minyak
bawah laut, dll);
CATATAN :
Aspek Pemeliharaan (Non Rutin Operation) dan Accidental Events (Kejadian Tidak Sengaja) :
• Kegiatan pemeliharaan sebagai operasi non rutin dapat mengakibatkan dampak pada kualitas
lingkungan (udara, air, kesmas) melalui suatu peningkatan konsentrasi kontaminan di udara
atau kebisingan. Kegiatan tersebut untuk setiap pabrik bisa berdampak moderat tetapi jika
ketiga pabrik melakukan kegiatan pemeliharaan secara bersamaan dapat menghasilkan
dampak kumulatif dan signifikan. Selama start-up dan commissioning, udara emisi dan
kebisingan jauh lebih tinggi dari pada selama operasi rutin.
• Kejadian yang tidak disengaja, seperti kebocoran, kebakaran dan ledakan juga dapat
menyebabkan dampak yang signifikan komunitas lokal, termasuk kematian manusia. Kejadian
yang tidak disengaja adalah masalah yang paling penting ketika menilai dampak kumulatif
karena, misalnya operasi dari tiga pabrik secara bersamaan .
• Potensi untuk kejadian tidak disengaja meningkat karena peningkatan aktivitas berisiko tinggi,
namun demikian peningkatan efek kumulatif bisa jauh lebih tinggi daripada peningkatan
kemungkinan kejadian tidak disengaja.
Design Proyek, temasuk Design
Teknologi Pengendalian Deskripsi Rencana Kegiatan
Dampak (built in) Alur Pendekatan
Teknologi dalam Proses
Pemilihan Teknologi
Baseline Studi Rona Lingkungan Ramah Lingkungan
Untuk Mitigasi Dampak
Penting
Evaluasi
Mitigasi
Pemilihan Teknologi
RKL-RPL
Contoh Proses Review dan Pemilihan Teknologi
AMDAL
Design IPAL Built-in dalam
Pembangunan/Perluasan Design Proyek
Pabrik Kertas XXX
Daya Dukung
BOD = 80 ppm
Dalam konteks pemenuhan Lingkungan Sungai
COD = 250 ppm
Regulasi, pembuangan Penerima Limbah
efluen layak lingkungan
EIS :
Layak Rekomendasi dan IZIN
Lingkungan RKL-RPL Persetujuan LINGKUNGAN
Kelayakan
“ Pemilihan teknologi IPAL dengan sistim recovery fiber (CROFTA) dan memperluas fasilitas proses aerob dapat
menghasilkan BOD 40 s/d 50 ppm, COD 80 ppm.
C. PENDEKATAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA DAN KESEHATAN
PERSYARATAN URAIAN TENTANG PERSYARATAN KONTRAKTOR DAN TENAGA KERJA YANG MEMENUHI
SPESIFIKASI PEKERJAAN DISESUAIKAN DENGAN JENIS DAN SIFAT PEKERJAAN UNTUK
2 KONTRAKTOR DAN
MENGHINDARI ACCIDENT/INCIDENT, PENCEGAHAN PENYEBARAN PENYAKIT, TARGET
TANAGA KERJA PEKERJAAN DAN K3 SERTA HAK-HAK PEKERJA
PENJELASAN TENTANG PEMANTAUAN DAN REVIEW PELAKSANAAN RKL ADALAH UPAYA YANG
PEMANTAUAN,
DILAKUKAN OLEH PEMRAKARSA UNTUK MENILAI KINERJA DAN MELAKUKAN PERBAIKAN
PELAPORAN,
5 BERKLANJUTAN SEKALIGUS SEBAGAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN, SEKALIGUS SEGAGAI LAPORAN
PENAATAN DAN
(INTERNAL DAN EKSTERNAL) PERTANGGUNG JAWABAN KEPATUHAN TERHADAP KEWAJIBAN DAN
REVIEW
PERSYARATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
• Dalam setiap Keputusan/Peraturan Menteri Lingkungan selalu dijelaskan kondisi normal, abnormal dan
darurat, kecuali dalam Permen 5 tahun 2014 ( kelalaian regulator )
• Kondisi abnormal adalah kondisi operasi diuar parameter normal dan masih dapat dikendalikan dengan
sistim peralatan atau proses yang sedang dalam kondisi tidak normal sehingga mutu emisi/efluen
terlampaui meliputi kondisi upset dan malfungsi; (kondisi strat-up dan shut down tidak masuk bahasan);
• Kondisi darurat adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan pekerja dan masyarakat akibat pencemaran lingkungan (emisi, efluen, paparan bahan
kimia, ledakan) sehingga menimbulkan korban jiwa manusia, pencemaran lingkungan, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
• Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan segera pada saat terjadinya kondisi darurat
Contoh kasus pengelolaan IPAL dalam kondisi tidak normal PT PPLi
• Dalam Penyusunan AMDAL, Ketua Tim harus dapat mempertimbangkan keahlian anggtanya baik
terkait dengan dekripsi proyek maupun komponen lingkungan yang akan terkena dampak
(biogeofik dan sosekbudkesmaslin);
• Bila dalam kanggotan tidak memiliki keahlian yang diperukan untuk melakukan mitigasi (RKL-
RPL) maka Ketua Tim dapat meng-hire ahli dari lembaga yang kompeten atau konsultan
teknis/sosial;
• Tujunnya agar dalam perumusan mitigai dan penyusunan RKL-RPL dapat diaplikasikan dengan
mudah, terukur dan efektif.
BEBERAPA CONTOH RKL
CONTOH RKL YANG IMPLEMENTATIF TAPI TIDAK DAPAT
DITERAPKAN
Catatan : membuat terasering dapat diimplemnetasikan krn teknik ini sangat efektif tetapi tidak dapat
diterapkan karena sangat mahal dan mungkin akan menyedot banyak biaya modal, karena itu teknik ini tidak
efektif daritinjauan biaya pengelolaan lingkungan
Pengendalian pencemaran emisi udara pabrik semen, dimana dalam proses produksinya
selain menggunakan bahan baku utama juga menggunakan bahan baku dan bahan
CONTOH 1 bakar alternative yang berasal dari limbah B3 (pemanfaatan limbah B3 dalam co-
processing pabrik semen)
1. Dampak lingkungan : Pencemaran udara/ penurunan kualitas udara ambien
2. Sumber dampak : Emisi udara dari proses pembuatan semen
3. Tujuan Pengelolaan Lingkungan : -------
4. Rujukan (legal aspect and other requirement) :
Permen LH nomor 13 tahun 1995 ttg Baku Mutu emisi sumber
tidak bergerak ; Izin pemanfaatan limbah B3 sebagai Bahan
baku dan bahan bakar alternative (BBMA); PP 41 tahun 1999;
5. Indikator/tolok ukur/performance standard : (Bila ada baku mutunya sebut parameter dan
besarannya)
- Parameter emisi debu/partikulat , SOx, Nox sesuai dengan Permen LH
No. 13 tahun 1995;
- Parameter pencemar logam berat sesuai dengan izin pemanfaatan;
- Parameter Dioksin Furan sesuai dengan izin pemanfaatan
(0,1 ng TEQ/m3)
Lanjutan……..
8. Periode Pegelolaan :
- Selama masa kegiatan operasi
9. Organisasi Pelaksana :
- Unit Kerja Bagian Produksi, Maintenanace dan HSE
METODA / CARA / TEKNIK /BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENCEMARAN
UDARA UNTUK PABRIK SEMEN
Kualitas udara
ambien
Daya dukung/daya
tampung
Tahap Operasi :
1. Dampak lingkungan : Risiko terjdinya kontaminasi tanah dan air tanah disebabkan oleh risiko
tumpahan/ceran minyak diesel ketika bongkar dan
pengisian ke kendaraan operasional dan alat berat
serta tumpahan olie dan coolant;
2. Sumber dampak : - Kegiatan bongkar minyak diesel dan pengisian ke kendaraan
operasional
alat-alat berat;
- Kegiatan operasional perawatan kendaraan, lat berat dan mesin serta
pengecatan;
3. Tujuan Pengelolaan Lingkungan : -------
4. Rujukan (legal aspect and other requirement):
- PP no. 74 tahun 2001 ttg B3;
- Permen no 3 tahun 2008 ttg Simbol dan Label B3;
- Pedoman Penanggulangan Kedaruratan Akibat Kecelakaan Limbah B3
dan B3;
- Guidelines Tanki Timbun dari Pertamina………..
Lanjutan……..
Tahap Operasi :
1. Dampak lingkungan: - Penurunan kualitas air sungai XXX
- risiko penurunan populasi plankton, bentos dan ikan.
2. Sumber dampak : - Pembuangan air limbah terproduksi (produced water);
- Pembuangan air drainase limbah,
- Pembuangan air limbah domestik;
3. Tujuan Pengelolaan Lingkungan : -------
Daya dukung/daya
tampung