Anda di halaman 1dari 77

KONSEP PENYEBAB PENYAKIT

Departemen Epidemiologi
FKM UI
2010

1
Objektif
• Teori-teori penyebab penyakit
• Inferensial kausal
– Kausalitas deterministik
– Kausalitas probabilistik
• Kriteria kausal
• Model of disease causation

2
Konsep
• Ide atau rancangan yang diabstrakan dari
peristiwa yang kongkret
• Rancangan
• Gambaran mental dari objek, proses, atau
apa saja yang ada di luar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain.

3
Sebab/cause
• Cause: something that brings about an
effect or a result
• Cause of disease: factors (characteristic,
behavior, event, etc) that influence the
occurrence of disease
– factor leads to disease

4
Teori-teori penyebab penyakit
• Teori supernatural
• Teori Hippocratik
• Teori miasma
• Teori Kontagion
• Teori Germ (sebab ditunjukkan melalui postulat
Henle – Koch)
• Teori Epidemiologik klasik
• Teori multikausal dan jaring penyebab (sebab
ditunjukkan melalui postulat Hill)

5
1. Teori supernatural
• Terjadinya penyakit karena kekuatan
supernatural

6
2. Teori Hippocrates (1)
(460 SM – 377 SM)
• Berbagai penyakit berhubungan dengan
faktor tempat (geografi), kondisi air, iklim,
kebiasaan makan dan perumahan
• Teori tentang sebab penyakit didominasi
oleh pendapat medis lebih dari 2000 tahun
• Penyakit terjadi akibat ketidakseimbangan
cairan tubuh (phlegm = lendir, darah,
empedu kuning, dan empedu hitam)

7
2. Teori Hippocrates (2)
• Prinsip utama teori Hippocrates tentang
sebab penyakit adalah “konstitusi”
mempunyai pengaruh pada keseimbangan
cairan tubuh

• “Konstitusi” merujuk pada geografi, iklim,


makanan, gerakan bintang dan planet
terutama meteor dan komet.

8
3. Teori Miasma
(oleh Galen 129 -199 M)
• Miasma
– Istilah umum untuk partikel yang ada dalam
udara
• Miasma yang buruk (seperti penguapan dari
sampah, air yang macet, pembusukan
binatang) dipikirkan sebagai penyebab
penyakit

9
4. Teori Kontagion
oleh Hieronymus Fracastorius (1478 – 1553)

• Penyakit ditransmisikan dari satu orang ke


lain orang melalui partikel yang sangat kecil
untuk dapat dilihat.

• Proses transmisi penyakit ini disebut


Kontagion  penularan

10
5. Teori Germ/kuman (1)
• Penyakit disebabkan oleh suatu kuman
• Penemuan mikroskop oleh Leewenhook
telah membantah teori miasma.
• Pendukung teori germ
– Edward Jenner  penemu vaksin cacar
– Louis Pasteur  penemu vaksin rabies

11
5. Teori Germ/kuman (2)
• Sebab ditunjukkan oleh postulat Henle – Koch
(disebut “determinisme murni”)
• Postulat Henle-Koch
– Agen harus ada pada setiap kasus penyakit
– Agen tidak terjadi pada penyakit lain sebagai kebetulan
atau parasit nonpatogenik (satu agen satu penyakit)
– Agen dapat diisolasi dan jika dikenakan pada subjek
yang sehat akan menyebabkan penyakit yang
bersangkutan

12
6. Teori epidemiologik klasik
• Digambarkan dengan Triad epidemiologik
• Penyakit adalah hasil dari kekuatan dalam
suatu sistem dinamik yang terdiri dari
– Agen infeksi Agen
– Manusia (host)
– Lingkungan
Penyakit

Pejamu (host) Lingkungan

13
7. Teori Multikausalitas dan Jaring kausal

• Sebab ditunjukkan oleh postulat (kriteria)


Hill

14
Postulat Hill (1)
1. Kekuatan asosiasi
- asosiasi yang lebih kuat, kurang mungkin
berhubungan secara kebetulan atau suatu
variabel perancu (confounding)
2. Konsistensi Asosiasi yang diamati
- Mempunyai asosiasi yang diamati oleh orang
yang berbeda, tempat, persoalan dan waktu
yang berbeda? (mirip dengan replikasi
eksperimen laboratorium)
15
Postulat Hill (2)
3. Spesifisitas
• Jika suatu asosiasi terbatas pada orang, tempat dan
tipe penyakit tertentu (spesifik), dan jika tidak ada
asosiasi antara ekposur dan model lain kematian,
kemudian hubungan itu mendukung kausasi
4. Temporalitas
• Eksposur yang menjadi perhatian harus mendahului
outcome (penyakit) menurut periode waktu yang
konsisten dengan berbagai usulan mekanisme
biologik
16
Postulat Hill (3)
5. Gradien biologik
• Ada suatu gradien risiko berhubungan dengan
derajat eksposur (hubungan dosis-respons)
6. Plausibilitas biologik
• Diketahui atau ada mekanisme yang
dipostulasikan menurut ekposur yang
mungkin beralasan setelah risiko
perkembangan penyakit

17
Postulat Hill (4)
7. Koherens
• Data yang diamati tidak harus konflik dengan fakta
yang diketahui tentang riwayat alamiah dan biologi
penyakit
8. Eksperimen
• Dukungan yang paling kuat untuk mendukung
penyebab mungkin dapat diperoleh melalui
ekperimen yang dikontrol (percobaan klinis, studi
intervensi, percobaan hewan)

18
Postulat Hill (6)
9. Analogi
• Pada beberapa kasus, adalah wajar menilai
hubungan sebab – akibat menurut analogi.
“Dengan efek talidomid dan rubella sebelum
kita, adalah wajar bersikap menerima tetapi
pembuktian yang mirip dengan obat atau
virus yang menyebabkan penyakit pada
kehamilan”

19
INFERENSIAL KAUSAL
(Kesimpulan penyebab)
1. KAUSALITAS DETERMINISTIK

Banyak perkiraan suatu sebab menjadi


sangat dekat berhubungan dengan suatu
efek , seperti sebab yang harus ada
(necessary causes) dan sebab yang cukup
(sufficient causes)

20
Necessary cause:
 sebab yang harus ada untuk terjadi penyakit
(outcome)
 Namun sebab itu dapat ada tanpa kejadian
penyakit.
– Infeksi Hepatitis B adalah necessary untuk
karsinoma hepatoselular;
– Jika penyakit ditentukan oleh istilah penyebab-
penyebab, sebab itu adalah necessary menurut
definisi.
• Contoh, bacillus tuberkel adalah necessary untuk
tuberkulosis menurut definisi tuberkulosis. Etiologik
klasifikasi penyakit menghasilkan sebab-sebab necessary.

21
Sufficient cause:
Jika sebab itu ada penyakit harus
terjadi. Namun, penyakit dapat
terjadi tanpa sebab yang sedang
ada itu.

22
• Necessary and sufficient cause:
– Semua kejadian penyakit dikarenakan sebab-sebab
ini, dan sebab-sebab ini selalu menghasilkan
penyakit.
– Biasanya, bila suatu sebab adalah sufficient, itu
biasanya juga necessary,
Contoh
• hubungan infeksi virus campak dengan campak klinis atau
infeksi rabies dengan rabies klinis

• HIV mungkin menjadi suatu sebab necessary dan sufficient


dari AIDS, namun hal ini mungkin terlihat meningkat,
seperti kita menemukan individu HIV positif jangka
panjang tanpa AIDS.
• Penekanan pada sebab necessary dan sufficient
kadang-kadang disebut kausalitas deterministik
23
Postulat Koch adalah contoh kausalitas deterministik.
Untuk membuktikan bahwa suatu organisme
menyebabkan suatu penyakit, dia mensyaratkan bahwa:

1. Organisme harus dapat diisolasi dalam setiap


kasus penyakit (yaitu jadi necessary)
2. Organisme harus ditumbuhkan dalam kultur
murni
3. Organisme harus selalu menyebabkan
penyakit bila diinokulasi (dimasukkan) ke
binatang percobaan (yaitu jadi sufficient)
4. Organisme harus kemudian diambil dari
binatang percobaan dan teridentifikasi.

24
Hubungan kausal
• Suatu jalur kausal mungkin langsung atau tidak
langsung
• Pada sebab langsung, A menyebabkan B tanpa
efek perantara (A  B)
• Pada sebab tidak langsung, A menyebabkan B,
tetapi dengan efek perantara
(A  F  B; A  X  B)
• Pada biologi manusia, tahap-tahap perantara
sesungguhnya selalu ada pada berbagai proses
kausal

25
Tipe hubungan kausal (1)
• Necessary dan sufficient
– Tanpa faktor-faktor ini, penyakit tidak pernah
berkembang
– Dengan faktor-faktor ini, penyakit selalu berkembang
• Necessary tetapi tidak sufficient
– Faktor itu sendiri tidak cukup menyebabkan penyakit
– Faktor multipel diperlukan, biasanya pada urutan waktu
spesifik (seperti karsinogenesis)

26
Tipe hubungan kausal (2)
• Tidak Necessary melainkan sufficient
– Faktor itu sendiri dapat menyebabkan penyakit, namun
bisa faktor yang lain yang tidak tampak
• Benzena dan radiasi dapat menyebabkan leukimia tanpa ada
yang lain
• Tidak Necessary, tidak juga sufficient
– Faktor-faktor itu tidak dapat menyebabkan penyakit
pada subjek, tidak juga hanya faktor itu yang
menyebabkan penyakit tersebut
• Ini mungkin model untuk hubungan penyakit kronis

27
Faktor-faktor penyebab (1)
• Semua mungkin necessary tetapi jarang sufficient
menyebabkan suatu penyakit utama atau keadaan
– Predisposing (faktor pengaruh)
• Umur, jenis kelamin, penyakit terdahulu mungkin menciptakan
keadaan rentan terhadap agen penyakit
– Enabling (faktor pemungkin)
• Pendapat rendah, nutrisi yang buruk, perumahan yang buruk
atau pelayanan medik yang tidak cukup memungkinkan
berkembangnya penyakit

28
Faktor-faktor penyebab (2)
– Precipitating (Faktor pengendap, pencetus)
• Eksposur pada penyakit atau agen berbahaya
– Reinforcing (Faktor penguat)
• Eksposur berulang atau bekerja tidak semestinya
atau stres mungkin memperburuk suatu penyakit
yang muncul atau keadaan

29
2. KAUSALITAS PROBABILISTIK

• Dalam epidemiologi, banyak sebab


mempunyai hubungan yang lemah
terhadap penyakit
• Contoh: kadar kolesterol yang tinggi
mungkin mengarah pada penyakit
jantung (insufficient), dan penyakit
jantung tidak memerlukan kadar
kolesterol yang tinggi (unnecessary)

30
Ukuran-ukuran asosiasi - odds ratio, risk ratio,
atau koefisien korelasi, dan dampak kesehatan
masyarakat – misal - population attributable
risk – dihubungkan dengan kekuatan
hubungan kausal.
– odds ratio yang lebih besar, lebih dekat sebab pada
keadaan necessary dan sufficient.
– PAR 100% berarti bahwa sebab itu adalah
necessary – Semua kasus akan dicegah jika sebab
dihilangkan.

31
Satu definisi pragmatik suatu sebab (atau
determinan) suatu penyakit adalah suatu
eksposur yang menghasilkan suatu
perubahan yang teratur dan dapat
diperkirakan dalam risiko penyakit.
– Jadi peningkatan kanker paru pada
perempuan, dan besarnya dapat diprediksi
berdasarkan atas informasi kebiasaan
merokok

32
Penekanan pada sebab-sebab yang
pendek dari necessary dan sufficient,
kadang-kadang disebut kausalitas
probabilistik

Penekanan pada sebab multipel dalam


kausal probabilistik mengarahkan pada
pernyataan sebagai Jaring penyebab (the
web of causation), atau rantai penyebab
(chain of causation).

33
ASOSIASI versus KAUSASI
Untuk memutuskan apakah eksposur A
menyebabkan penyakit B, kita pertama
kali harus menemukan apakah dua
variabel itu berasosiasi, misal apakah
satu ditemukan lebih umum pada adanya
yang lain.

34
Hampir semua statistik berusaha menemukan
apakah dua variabel berhubungan, dan jika
demikian, seberapa kuat, dan apakah chance
(kebetulan) dapat menjelaskan asosiasi yang
diamati. Statistik terutama dirancang untuk
menilai peranan chance dalam asosiasi itu.
Suatu nilai p hanya menceritakan kepada kita
seberapa mungkin asosiasi itu mempunyai
peningkatan secara kebetulan.

Oleh sebab itu, Analisis statistis sendiri tidak


dapat membangun bukti hubungan kausal.

35
36
37
Pembuatan kesimpulan kausal

Penggunaan kriteria kausal


dalam pembuatan kesimpulan
dari data.

38
Bila melihat data dari studi epidemiologis,
kita sering menggunakan kriteria kausal
untuk membantu dalam pembobotan bukti.
Hal yang paling umum digunakan adalah
sebagai berikut:
– dinyatakan pertama kali dari kerja Ahli
statistik dari Inggris Austin Bradford Hill, dan
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh
Surgeon General's Office, Amerika Serikat,
dalam laporannya tahun 1964 tentang
merokok dan kanker.

39
Kriteria kausal biasanya
diaplikasikan pada kelompok
artikel pada suatu topik,
walaupun, dalam bentuk
modifikasi. Mereka dapat
diterapkan pada suatu kertas
individual.

40
KRITERIA KAUSAL
Umumnya lima kriteria yang
digunakan untuk menilai kausalitas
dalam hubungan sebab-penyakit
yang telah digunakan oleh ahli
epidemiologi selama beberapa tahun

41
1. Kekuatan
- dosis respons
2. Urutan waktu
3. Spesifisitas*
4. Koheren*
5. Konsistensi*

* Dielaborasi dalam kriteria Susser


42
1. KEKUATAN (1)
• Apakah asosiasi itu kuat?
– Perokok berat berasosiasi dengan 20x lebih
tinggi tingkat kanker paru-paru, dan 2x
tingkat penyakit jantung.
• Asosiasi merokok dengan kanker paru
karena itu lebih kuat dari pada asosiasi
dengan penyakit jantung. Asosiasi yang
lebih kuat lebih mungkin, itu adalah jadi
sebab sebenarnya.

43
1. KEKUATAN (2)
Satu alasan yang penting bahwa ada
variabel perancu (confounding variable)
yang harus mempunyai asosiasi yang
lebih besar berhubungan dengan
penyakit menjadi rancu. Risiko relatif
yang lebih besar diamati, mungkin itu
suatu perancu (confounder) dengan suatu
risiko relatif lebih yang sama adalah
terletak dalam latar belakang.
44
Hubungan Dosis-respons (1)
• Jika suatu gradien teratur, risiko
penyakit ditemukan paralel terhadap
gradien eksposur (misal: perokok ringan
mendapat kanker paru pada tingkat
menengah diantara bukan perokok
dengan perokok berat) kemungkinan
hubungan kausal diperjelas.
• Dosis-respons umumnya dipikirkan
sebagai suatu sub-kategori kekuatan.

45
Hubungan Dosis-respons (2)
Walaupun, dosis respon tidak sesuai dengan
semua hubungan eksposur-penyakit, karena
penyakit kadang-kadang hanya terjadi atas
ambang eksposur yang tetap, dan jadi
hubungan dosis-respons tidak dapat dilihat.
(ingat juga bahwa misklasifikasi selain
pengelompokan dapat secara mudah
menghasilkan munculnya hubungan dosis-
respons)
46
Contoh:
Untuk setiap peningkatan
jumlah rokok yang dihisap,
risiko kanker paru meningkat.

47
2. URUTAN WAKTU
• Ini kriteria yang sangat penting secara
sederhana menyatakan bahwa orang
harus mengetahui pasti bahwa sebab
mendahului akibat dalam waktu.
• Kadang-kadang ini sulit mengetahui ,
terutama dalam studi kroseksional
(penelitian survei).

48
Contoh 1.
Studi telah menemukan hubungan
terbalik antara tekanan darah seseorang
dengan kadar kalsium serum. Tetapi
yang mana sebab dan yang mana akibat?

Urutan waktu dapat juga menjadi tidak


tentu bila penyakit mempunyai periode
laten yang panjang, dan bila eksposur
mungkin juga mewakili efek rentang
waktu yang panjang.
49
Contoh 2.
Kadar kolesterol yang rendah telah
dikaitkan dengan peningkatan risiko
kanker kolon dalam studi kohort
prospektif. Tetapi kadar kolesterol serum
yang rendah suatu sebab kanker kolon,
atau apakah fase awal kanker kolon
sebab kolesterol yang rendah?

50
3. SPESIFISITAS
Kausalitas diperkuat jika eksposur
diasosiasikan dengan suatu penyakit
spesifik, dan bukan dengan
keseluruhan varitas penyakit-
penyakit

51
Contoh 1.
• Asbestos sebab penyakit paru-paru spesifik,
asbestosis, dapat dibedakan dari berbagai
penyakit paru-paru lainnya.
• Tetapi eksposure timbal pada tingkat rendah
dihubungkan dengan IQ (Intelligent Quotient)
yang lebih rendah daripada suatu sindrom
otak yang dapat dibedakan.
– Jadi timbal (Pb = Plumbum = timah hitam) lebih
tidak tentu sebagai sebab karena kemungkinan
rancu dengan sebab-sebab yang lain, ini bukan efek
yang spesifik, IQ rendah (misal SES = Social
Economic Status).

52
Kausalitas juga diperkuat jika
suatu penyakit dihubungkan
dengan suatu eksposur spesifik,
dan bukan dengan keseluruhan
varitas ekposur

53
Contoh 2: Penyakit yang manakah sehingga benzene lebih
mungkin menjadi sebabnya?
Kemaknaan OR yang distandarisasi untuk asosiasi dua
penyakit dengan lima eksposure
Penyakit X Penyakit Y

1.Merokok 2.1 1.1


2.SES rendah 4.2 0.9
3. Laki-laki 2.3 1.2
4. Bekerja dengan 3.0 3.0
benzene
5. Pekerja 1.5 0.8
pabrik
54
PRINSIP PENTING:
Spesifisitas diperkuat oleh rumusan
hipotesis. Pra-spesifikasi adalah
proteksi utama kita terhadap
penemuan secara kebetulan.

55
4. KOHERENS
Apakah asosiasi sesuai (cocok) dengan
pengetahuan biologis?
Seseorang harus mencari dukungan
pemeriksaan laboratorium, atau dari
aspek kondisi biologi yang lain.

56
CONTOH:
Adanya penanda (marker) serologis
infeksi Hepatitis B dihubungkan dengan
laju peningkatan yang besar kanker hati.
Bahwa infeksi Hepatitis B adalah sebab
yang benar dari kanker hati, juga
ditunjang oleh penemuan genom viral
dalam berbagai kanker hati.

57
1970an sebuah studi menyimpulkan:
Reserpine (suatu obat anti- hipertensif)
diasumsikan  suatu sebab kanker
payudara.
Tetapi tidak ada informasi biologis yang
menunjang, atau berbagai mekanisme
biologis yang dapat dijelaskan secara
benar.
Rangkaian studi yang lebih besar gagal
mendukung hubungan ini. Sama halnya
untuk EMF (Electro Magnetic Field) dan
karsinogenesis.
58
5. KONSISTENSI
Apakah ditemukan asosiasi yang sama dalam
berbagai studi (penelitian)?
• Ratusan studi telah menunjukkan bahwa
merokok dan kanker paru-paru berhubungan,
tidak ada studi yang gagal menunjukkan
asosiasi ini
• Apakah kontraseptif oral berhubungan dengan
kanker payudara?
asosiasi  tidak pasti karena beberapa studi
menunjukkan suatu hubungan, namun yang
lain tidak.
59
KONSISTENSI
Konsistensi dapat juga berarti :
– Replikasi pasti, sebagai ilmu laboratorium,
atau
– Replikasi dalam banyak persoalan yang
berbeda.
Dalam epidemiologi, replikasi pasti adalah
tidak mungkin (impossible)

60
Meta-analysis adalah metode formal
untuk menilai konsistensi ukuran
asosiasi antara berbagai studi.

61
KAPAN MENERAPKAN
KRITERIA KAUSAL?
1. Kriteria kausal terutama dirancang
untuk mengatasi masalah kerancuan
(confounding). Dengan menerapkan
kriteria itu, kita mengurangi
kemungkinan penempatan sebab secara
salah pada eksposur yang tidak benar.

62
2. Ini berarti kita pertama kali harus memastikan studi atau
penelitian kita menjelaskan suara, misalnya tidak bias
(unbiased). Hal itu tidak masuk akal untuk menerapkan
kriteria kausal pada studi yang buruk cacat. Kriteria kausal
mencoba mengatakan kemungkinan perancuan (confounding)
lebih daripada mereka melakukan bias. Mereka menduga
bahwa data itu nyata benar, tidak bias.

3. Pada tingkat studi individual, konsistensi biasanya tidak


diterapkan.

4. Penggunaan yang terbaik kriteria kausal adalah pada penilaian


kelompok studi. Meta-analysis biasanya meringkas odds ratio,
jadi penilaian kekuatan, dan juga secara formal mengeluarkan
problematik (yaitu terutama bias) studies.

63
KRITERIA KAUSAL MENURUT M W SUSSER
(Am J Epid 1991;133:635-648)
Tiga syarat mutlak:
1. Asosiasi
Eksposur dan outcome (penyakit) dihubungkan
umumnya lebih dari pada yang akan
diperkirakan menjadi kebetulan.
2. Urutan waktu (temporalitas)
Eksposur (sebab) dapat ditunjukkan mendahului
outcome (akibat)
3. Arah
Suatu perubahan pada outcome adalah akibat
perubahan pada eksposur (tidak sama seperti
direksional dalam studi).
64
PERBANDINGAN KRITERIA KAUSAL
Surgeon General SUSSER BRADFORD-HILL
Asosiasi Dosis respons*
Arah Eksperimen
Urutan waktu Urutan waktu Urutan waktu **
Kekuatan asosiasi Kekuatan asosiasi Kekuatan asosiasi
Konsistensi Konsistensi Konsistensi
Spesifisitas Spesifisitas Spesifisitas
Koherens Koherens Koherens ***
Kinerja Prediktif

*Termasuk di bawah kekuatan asosiasi dalam kriteria yang lain. ** Temporalitas


pada Bradford-Hill. *** Biological plausibility dalam Bradford-Hill
65
Untuk penentuan terbaik apakah kriteria di
atas cocok, kita kemudian melihat lima
kriteria tambahan, yang didefinsikan agak
berbeda oleh Susser.

1. Kekuatan (sama arti dalam Hill)


2. Spesifisitas
3. Konsistensi
4. Kinerja Prediktif
5. Koherens

66
2. SPESIFISITAS
Bila kita menanyakan apakah hubungan
itu spesifik, kita dapat juga mengartikan

a. Spesifisitas efek (akibat)


b. Spesifisitas sebab

67
3. KONSISTENSI
Susser mendefinisikan konsistensi sebagai
“ketetapan asosiasi atas pengujian yang
berulang"
Bagaimana ketetapan ini dinilai?
a. survivabilitas/survivability
Asosiasi itu tetap sama dengan rancangan
studi dan analisis yang paling teliti
b. reliabilitas
Asosiasi itu tetap dalam berbagai
diversifikasi susunan studi
68
4. KINERJA PREDIKTIF

Asosiasi yang diamati itu dapat memprediksi


observasi yang tidak diketahui sebelumnya

69
5. KOHERENS
a. teoretis
Dapat cocok dengan teori yang ada
b. faktual
Cocok dengan pengetahuan yang ada
1. biologik
Dapat cocok dengan pengetahuan biologis saat ini dari
spesies lain atau tingkat –tingkat lain organisasi (misal
tingkat selular pada manusia)
2. statistik
Dapat cocok dengan model statistik yang masuk akal
dari hubungan sebab - akibat (misalnya dosis-respons)

70
Model of disease causation
• The epidemiologic triad
• Component causes and causal pie

 Models are purposely simplified


representations and to facilitate the
understanding of nature

71
Component causes & causal pie (1)
• Triad epidemiology model  disable to
explain some noninfectious disease
• This model  multifactorial nature of
causation in many diseases
• Proposed by Rothman

72
Component causes & causal pie (2)

• Factors  act to cause disease as pieces of a pie (component causes)


• The whole pie  sufficient cause for a disease
• A disease may have > 1 sufficient cause
• Necessary cause?
73
Component causes & causal pie (3)
• Component causes include host factors, agent &
environmental factors (triad epi model)
• A single component cause  rarely a sufficient
cause by itself
– exposure to a highly infectious agent such as measles
virus does not result in measles disease—the host must
be susceptible; other host factors may also play a role

74
Component causes & causal pie (4)
– an agent is rarely causes disease in healthy persons
may be pathogenic when other conditions are right.
– Pneumocystis carinii is one such organism,
harmlessly colonizing some healthy persons but
causing potentially lethal pneumonia in persons
whose immune systems have been weakened by
human immunodeficiency virus (HIV).
• Presence of Pneumocystis carinii organisms is therefore a
necessary but not sufficient cause of pneumocystis
pneumonia

75
Component causes & causal pie (5)

• Model ini mengindikasi sebuah penyakit mungkin


merupakan output dari bbrp suffcient cause yang berbeda.
Ada perbedaan alur, namun outputnya sama
• Contoh: ca paru

76
Terima Kasih

77

Anda mungkin juga menyukai