Cara penularan:
- melalui droplet (batuk, bersin, berbicara)
- Kontak
Portal of entry :
Saluran pernafasan
Konjungtiva, mukosa atau kulit yang tidak utuh (luka)
Patogenesis Difteri
Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
MANIFESTASI KLINIS
Komplikasi
• Obtruksi larings
7 hari • Miokarditis
Selaput secara bertahap menghilang • Neuritis
Kematian 5%–10%
14-21 hari 1. Wharton & Vitek 2004, In: Vaccines (Ch 13)
Penyembuhan 2. CDC Pink Book. 2008:59–70
Masalah klinis dalam perjalanan difteri
Mgg IV
Mgg III
• Lengkapi
imunisasi
Mgg II
• Miokarditis • Penyembuhan
• Demam • Neuritis • Istirahat
• Nafas berbunyi (kelumpuhan syaraf
• Pembesaran kel leher Mgg I • Obtruksi jalan
nafas perifer)
• Obtruksi jalan nafas • Kelainan denyut
• Miokarditis
• Kematian karena jantung
• Kelainan
hipoksia (sufokasi)
denyut jantung • Mudah tersedak
• Monitor EKG • Suara sengau Angka kematian
• anak <5 tahun: 5%-10%
• dewasa > 40 tahun : 20%
DIFTERI TONSIL FARING
(FAUCIAL DIPHTHERIA)
Anoreksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan
Pseudomembran putih keabuan, sulit dilepaskan dari dasarnya
Usaha melepaskan membran perdarahan
Dalam 1 – 2 hari pseudomembran melebar, dapat menutupi tonsil /
dinding faring, uvula, palatum molle, laring, trakhea
Limfadenitis servikalis / submandibularis
Edema jaringan lunak leher Bull neck
TONSILLAR AND PHARYNGEAL DIPHTHERIA
Pseudomembran: pada awalnya berwarna putih, kemudian menjadi keabu-abuan, dan
akhirnya kehitaman sehingga mudah berdarah jika dilepaskan,dapat menutupi jalan nafas
mengakibatkan nafas berbunyi (stridor) & sesak nafas
BULLNECK pseudomembrane 12
DIFTERIA
TONSILITIS
DIFTERI LARING
Merupakan perluasan difteri faring
Gejala obstruksi saluran nafas atas (OSNA) lebih mencolok
Stridor (inspriratoir) progresif
Retraksi supraklavikular / interkostal
Membran lepas OSNA berat perlu trakeostomi
LARYNGEAL DIPHTHERIA
Post trakeostomi
DIFTERI HIDUNG
Awal menyerupai common cold
Sekret hidung serosanguinus mukopurulen
Pseudomembran putih pada septum nasi
Absorpsi fibrin lambat
DIFTERIA KONJUNGTIVA, TELINGA, DAN VULVOVAGINAL
Tidak lazim
Lesi konjungtiva : kemerahan, edema, pseudomembran pada konjungtiva palpebra
Otitis eksterna: sekret purulen / bau
Vulvovaginal : hygiene yang sangat buruk
Sexual transmitted diphtheria:
- ulkus multipel pada kulit skrotum dan penis
- satu kasus berupa non gonococcal urethritis
Lesi konjungtiva :
Tukak di kulit dengan pseudomembran pada dasarnya kemerahan, edema, pseudomembran pada
PewarnaanGram’s: batang Gram positif khas corynebacterium konjungtiva palpebra
DIAGNOSIS BANDING
Faucial diphtheria :
Acute streptococcal membranous tonsillitis:
demam tinggi, penderita tampak kurang toksik
Viral membranous tonsillitis :
demam lebih tinggi, membran mudah dilepaskan
Herpetic tonsillitis ( Gingivitis dan stomatitis )
Infectious mononeucleosis :
Disertai ruam kulit dan lymphadenopathy
Laryngeal diphtheria :
Croup
Acute epiglottitis
Laryngotracheobronchitis
Peritonsillar abscess
Retropharyngeal abscess
Nasal diphtheria :
Foreign body in nose
Rhinorrhea
KOMPLIKASI
Myocarditis :
Biasanya terjadi pada awal minggu kedua
Takikardi atau bradikardi, bunyi jantung redup, muntah, nyeri abdomen, dyspnea
Komplikasi Neurologis:
Paralysis palatum ( akhir minggu ke-2)
Polyneuritis umum ( minggu ke-3 – 6 )
Gangguan akomodasi ( minggu ke-3 )
Pemeriksaan klinis :
- pseudomembran
- bullneck
Diagnosis pasti :
isolasi C. diphteriae
PEDOMAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIFTERI
Kementrian Kesehatan RI
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tahun 2017
SUSPEK DIFTERI
5. Tatalaksana komplikasi
DOSIS PEMBERIAN ADS
Tipe difteri Dosis ADS (IU) Cara pemberian
Tenaga kesehatan yang merawat pasien difteri menggunakan APD yang sesuai dengan
standar PPI
a. Penemuan kasus
1. Suspek Difteri dapat ditemukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang merawat kasus di
rumah sakit.
2. Setiap suspek difteri yang ditemukan di Rumah Sakit dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui telpon/SMS
Hematologi
Hb: 13,5 g/dL, Hct: 39 %, Trombosit: 255.000, Leukosit:16,300 dengan peningkatan
neutrofil segmen : 83%
pengecatan Gram direk
PMN > 20/LPB, Diplococcus gram positif (+), Batang gram positif (+), Batang gram
negatif (+), Difteroid (+), Batang gram positif coryneform (+), Yeast cell, Pseudohifa
dan Hifa (-).
Pewarnaan Neisser
gambaran coryneform dengan granula metakromatik (dicurigai Corynebacterium sp)
KASUS DIFTERI DI RSUD WALED, CIREBON
Kasus 2
Nama : An. Andi Saputra Hartawan
Umur : 7 tahun
Alamat :
No RM :
Ruangan : Soka
Tanggal masuk : 13 Maret 2019
Tanggal pulang :
ANAMNESIS
Keluhan Utama
demam
Riwayat penyakit sekarang
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan naik turun dengan suhu
sekitar 38˚C-39˚C. keluhan disertai batuk sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan terus menerus
tanpa disertai pilek. nyeri perut sejak satu hari yang lalu disertai mual dan penurunan nafsu
makan tanpa adanya muntah, selain itu pasien juga merasakan nyeri tenggorokan disertai
nyeri saat menelan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit sehingga menyebabkan pasien
kesulitan untuk menelan.
Keluhan lain seperti menggigil, suara serak, gusi berdarah, mimisan, BAB hitam, suara
mengorok, dan leher bengkak disangkal. Riwayat persalinan dan riwayat imunisasi tidak
diketahui.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum, tampak sakit sedang dengan kesadaran komposmentis
Tanda vital
tekanan darah 100/60, nadi 92x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 37,5˚C.
Status lokalis
tampak faring hiperemis dan tonsil T2/T2 terdapat membrane berwarna putih
keabu-abuan yang mudah berdarah (pseudomembran).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hemoglobin 13g/dl, leukosit 16,49 mm3 pada hitung jenis didapatkan hasil
0,1/0,1/0/70/20/9,8.
Pada pemeriksaan swab tenggorokan didapatkan hasil batang Gram negarif (+)
coccus Gram positif (+).
KASUS DIFTERI DI RSUD WALED, CIREBON
Kasus 3
Nama : An. Azmi Bintang S
Umur : 6 tahun
Alamat :
No RM :
Ruangan : Soka
Tanggal masuk : 13 Maret 2019
Tanggal pulang :
ANAMNESIS
Keluhan utama
demam
Riwayat penyakit sekarang
Demam sejak 3 hari SMRS. dirasakan terus menerus, biasanya tinggi saat malam
hari. Pasien sudah diberikan obat penurun panas, namun panas tidak turun. Selain
itu pasien mengeluh nyeri ketika menelan sejak 3 hari SMRS. Pasien mengatakan
ditenggorokannya seperti ada sesuatu sehingga pasien kesulitan menelan. Keluhan
nafas berbau busuk disangkal pasien. Pasien merasa suara nafasnya seperti orang
mengorok sejak 4 hari SMRS tetapi tidak sampai menggangu tidur. Keluhan ini tidak
disertai sesak nafas, bengkak pada kedua leher warna kemerahan disangkal.
Keluhan pilek juga dirasakan pasien sejak 7 hari SMRS, berwarna hijau. Keluhan
pilek disertai dengan batuk berdahak, mual (+) Muntah (+) lebih dari > 3 dalam
sehari berisi makanan tidak disertai lendir maupun darah. BAB cair (+) 2 kali dalam
sehari masih ada ampas tidak disertai lendir dan darah, BAK banyak warna kuning
tidak nyeri saat kencing
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat operasi tonsilektomi keduanya satu tahun yang lalu saat usia 6 tahun
Riwayat kelahiran
Pasien lahir ditolong oleh bidan secara spontan usia kehamilan 9 bulan.
Riwayat imunisasi
Pasien mendapat imunisasi DPT 4 kali saat usia 1,2,3 ,4 Bulan.
Riwayat sosial
Adik pasien mengeluhkan keluhan yang sama sehari sebelum pasien mengalami
demam.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, Kesadaran compos mentis.
Tanda vital
Dalam batas normal.
Status lokalis
Pada pemeriksaan tenggorokan, didapatkan tonsil T0-T0 hiperemis (+), faring
hiperemis(+ ), pseudomembran (-). Sedangkan pada pemeriksaan leher tidak
ditemukan adanya pembesaran kelenjar tirodi maupun limfonodi, bullneck (-), nyeri
tekan (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hemoglobin 14,7 gr%, hematokrit 41%, trombosit 433.000 mm3. Dan leukosit
24.280 mm3.
Selain itu telah dilakukan pemeriksaan swab tenggorokan dengan menggunakan
pewarnaan Neisser, gram dan kultur tetapi hasil belum ada.