Anda di halaman 1dari 11

dr.

Triana Indrijanie, SpOG


 Penyakit jantung adalah penyebab kematian
pada wanita berusia 25 hingga 44 tahun.
 Penyakit jantung terjadi pada 1% kehamilan
dan berkontribusi pada morbiditas dan
mortalitas ibu.
Saat kehamilan, volume darah ibu meningkat
hingga 50%, sehingga menyebabkan beban
jantung meningkat  memperberat kerja
jantung ibu.
Anamnesis
 Riwayat demam rematik
 Kesulitan bernafas waktu melakukan kegiatan dan atau waktu
istirahat
 Terbangun di malam hari karena sesak nafas (Paroksismal
nokturnal dispneu)
 Nyeri dada (angina) atau pingsan (syncope) waktu melakukan
kegiatan
 Batuk berdarah
Pemeriksaan Fisik
 Murmur sistolik dan
diastolik
 Kelainan irama jantung
 Pembengkakan jantung
 Sianosis dan atau
‘clubbing’
 Edema

Pemeriksaan Penunjang
 Foto toraks
 Elektrokardiografi
 ekhokardiografi
Fungsional I Pasien sama sekali tak perlu membatasi kegiatan fisik

Fungsional II Pasien perlu membatasi kegiatan fisik sedikit, jika


melakukan pekerjaan sehari-hari terasa jantung berdebar-
debar dan terjadi angina pektoris (nyeri dada)

Fungsional III Pasien sangat mudah merasa capai disertai timbulnya


gejala-gejala lain kalau melakukan pekerjaan ringan
sekalipun

Fungsional IV Pasien memperlihatkan gejala dekompensasi jantung


walau dalam istirahat sekali pun
Fungsional I Tidak memerlukan pengobatan

Fungsional II Tidak memerlukan pengobatan, tetapi hindarkan


kegiatan fisik terutama waktu umur kehamilan antara 28
minggu dan 32 minggu

Fungsional III Rawat di rumah sakit dengan pengelolaan bersama


bagian kebidanan dan kardiologi

Fungsional IV Rawat di rumah sakit dengan pengelolaan bersama


bagian kebidanan dan kardiologi
 Induksi persalinan  hanya atas indikasi obstetri
 Kala I  perlu pemantauan ketat terhadap ibu atau janin, bila
diperlukan dapat diberikan profilaksis, digitalis, dan antibiotik
(konsultasi bagian kardiologi)
 Kala II (tergantung klasifikasi)
 I : persalinan dapat spontan
 II –IV : cegah ibu mengedan dan selesaikan persalinan dengan
ekstraksi forsep, harus didampingi bagian kardiologi
 Kala III  oksitosin 10 IU i.m setelah bayi lahir, hindari pemberian
ergometrin, berikan PRC bila diperlukan transfusi darah, dapat
diberikan furosemid (pada kasus tertentu), pergunakan bantal
pasir yang ditempatkan di perut bawah ibu setelah plasenta lahir
 Masa nifas  pemantauan adanya tanda-tanda dekompensasi
dalam 24 jam. Bila keadaan kompensata dan stabil  pasien
dipulangkan setelah 7 hari perawatan, yakinkan pasien kontrol
setelah keluar dari rumah sakit
 Baringkan ibu dalam posisi miring ke arah kiri untuk
menjamin aliran darah ke uterus
 Batasi cairan iv untuk mencegah overload cairan
 Beri analgesi yang sesuai
 Jika perlu oksitosin berikan dalam konsentrasi tinggi
dengan tetesan rendah dan pengawasan keseimbangan
cairan
 Jangan berikan ergometrin
 Persalinan pervaginam dengan mempercepat kala II
 Sedapat mungkin hindari mengedan, jika perlu lakukan
episiotomi dan akhir persalinan dengan ekstraksi forsep
 Hal yang dapat menimbulkan gagal jantung 
perdarahan, anemia, infeksi, tromboemboli
 Kontrasepsi harus diberikan, pada kondisi yang
stabil tubektomi dapat dilakukan

Anda mungkin juga menyukai