Anda di halaman 1dari 60

KELOMPOK II

PEMBENTUKAN
SRTUKTUR KRISTAL
ZAT PADAT
EVITA KHARISMA (1606103030006)
NUROL AZIZAH (1606103030012)
WESI ULTARI (1606103030040)
1. KISI KRISTAL

sebuah susunan titi-titik yang


teratur dan periodik di dalam
ruang. Sebuah kristal ideal
disusun oleh satuan-satuan
kristal yang identik secara
berulang-ulang yang tak
hingga dalam ruang.
1.1 simetri translasi contoh translasi kisi
Translasi sepanjang jarak yang
diskrit memberikan sifat simetri
translasi pada Kristal, yang
artinya apabila sel satuan
ditranslasikan dengan dengan
vektor translasi T, akan diperoleh
sel satuan yang identik. Vektor
translasi T merupakan berbentuk:

Sebagai ilustrasi, bila pada


posisi r dan r’ dapat ditentukan
atom-atom yang identik,
berarti r’ memenuhi:

𝑟′ = 𝑟 + 𝑇
1.2 sel satuan
Sel satuan dibangun oleh vektor basis a,b, dan c. dalam
ungkapan vektor-vektor ini, volume sel satuan dapat
dituliskan sebagai perkalian vektor: V = a x b • c

Gambar sel satuan sembarang


1.3 sel konvensional dan sel primitive Kristal
 Sel primitif adalah sel yang mempunyai luas atau volume terkecil, Sel primitif
dibangun oleh vektor basis biasa disebut sel satuan (unit sel).
 Berdasarkan jumlah titik kisi dalam setiap sel satuan dapat dibedakan sel
satuan primitive dan kompensional.
 Sel satuan primitive bila dalam sel tersebut hanya terdapat satu titik kisi, dan
bila terdapat lebih dari satu titik kisi disebut sel satuan konvensional.
1.4 kisi dua dimensi
Lattice (kisi) dua dimensi : ada lima (5) jenis, yaitu
1) Kisi miring
2) Kisi bujur sangkar 3) Kisi heksagonal

Jumlah titik lattice pada bujur sangkar : Jumlah titik lattice pada heksagonal :
Cel konvensional = 4x1/4 = 1 buah Cel konvensional = (4x1/4)+1 = 2 buah
Cel primitif = 1/4x 4 = 1 buah Cel primitif = 4x1/4 = 1 buah
4) Kisi segi panjang

5) Kisi segi panjang berpusat

Jumlah titik lattice pada segi


panjang berpusat :
Cel konvensional = (4x1/4)+1 = 2
buah
Cel primitif = 4x1/4 = 1 buah
1.5 kisi tiga dimensi
Untuk tipe kisi 3 dimensi terdapat 7 sistem kisi kristal, yaitu sebagai berikut:
1.6 simetri kisi
 Kristal memiliki pengaturan internal yang teratur dari atom. Pengaturan ini
memerintahkan menunjukkan simetri, yaitu atom-atom disusun secara
simetris pada jaringan tiga dimensi disebut sebagai kisi.
 kristal menghadapi bentuk sebagai batas planar halus yang membentuk
permukaan kristal. Wajah-wajah kristal mencerminkan pengaturan internal
memerintahkan atom dan dengan demikian mencerminkan simetri kisi kristal.
Simetri Operasi dan Elemen
 Sebuah operasi Simetri merupakan sebuah operasi yang bisa dilakukan baik
secara fisik maupun imajinatif yang mengakibatkan tidak ada perubahan
dalam penampilan obyek.
 Sekali lagi ditekankan bahwa dalam kristal, simetri bersifat internal, yang itu
merupakan pengaturan geometris teratur dari atom dan molekul pada kisi
kristal.
 Ada 3 jenis operasi simetri: rotasi, refleksi, dan inversi.

1) Rotational Simetri

Jika sebuah objek dapat diputar terhadap suatu sumbu dan berulang setiap 90 o
rotasi maka dikatakan memiliki sumbu 4 kali lipat simetri rotasi. Sumbu rotasi
sepanjang yang dilakukan adalah elemen simetri disebut sebagai sumbu rotasi.
Berikut jenis sumbu simetri rotasi yang mungkin dalam kristal.
a. 1-Lipat Rotasi Axis
sebuah objek yang memerlukan rotasi dari
360 o penuh untuk mengembalikannya ke
tampilan aslinya tidak memiliki simetri
rotasi. Karena berulang 1 setiap kali 360 o
dikatakan memiliki sumbu 1-kali lipat simetri
rotasi.

b. 2 kali lipat Axis Rotasi


Jika suatu benda muncul identik setelah
rotasi 180 o, yang dua kali dalam rotasi
360o, maka dikatakan memiliki sumbu
rotasi 2 kali lipat (360/180 = 2).

Perhatikan bahwa dalam contoh ini sumbu kita mengacu


kepada garis-garis imajiner yang membentang ke arah
Anda tegak lurus ke halaman atau papan. Sebuah bentuk
oval diisi merupakan titik di mana sumbu rotasi 2 kali lipat
memotong halaman.
c. 3-Lipat Rotasi Axis
Objek yang berulang pada rotasi 120 o
dikatakan memiliki sumbu 3-kali lipat
simetri rotasi (360/120 = 3), dan mereka
akan mengulangi 3 kali dalam rotasi o
360.

Sebuah segitiga diisi digunakan untuk


melambangkan lokasi 3 kali lipat sumbu rotasi.

d. 4-Lipat Axis Rotasi


Jika suatu benda berulang setelah 90 o
rotasi, itu akan mengulang 4 kali dalam
rotasi o 360, seperti yang digambarkan
sebelumnya.

Sebuah persegi diisi digunakan untuk


melambangkan lokasi 4 kali lipat sumbu
simetri rotasi.
e. 6-Axis Rotasi Lipat
Jika rotasi 60 o terhadap suatu sumbu
menyebabkan objek untuk
mengulang sendiri, maka ia memiliki 6
kali lipat sumbu simetri rotasi (360/60 =
6).

Sebuah heksagon diisi digunakan sebagai


simbol untuk sumbu rotasi 6 kali lipat.

Perhatikan bahwa jika kita mencoba


untuk menggabungkan objek dengan
jelas simetri 5 kali lipat dan 8 kali lipat,
bahwa kita tidak bisa
menggabungkan mereka sedemikian
rupa sehingga mereka benar-benar
mengisi ruang, seperti yang
digambarkan di samping.
2) Cermin Simetri

Sebuah operasi simetri cermin adalah operasi imajiner yang dapat dilakukan
untuk mereproduksi obyek. Operasi ini dilakukan dengan membayangkan bahwa
Anda memotong objek di setengah, kemudian menempatkan cermin di samping
salah satu bagian dari objek di sepanjang memotong. Jika pantulan di cermin
mereproduksi bagian lain dari objek, maka objek dikatakan memiliki simetri
cermin.
Persegi panjang yang ditunjukkan di bawah memiliki dua pesawat simetri cermin.

persegi panjang di sebelah kiri


memiliki pesawat cermin yang
berjalan secara vertikal pada
halaman dan tegak lurus terhadap
halaman. Persegi panjang di
sebelah kanan memiliki pesawat
cermin yang berjalan horizontal dan
tegak lurus terhadap halaman.
Bagian melesat dari persegi
panjang di bawah ini menunjukkan
bagian persegi panjang yang akan
dilihat sebagai refleksi di cermin.
3) Pusat Simetri

Operasi lain yang dapat dilakukan adalah


melalui inversi titik. Dalam operasi ini garis
ditarik dari semua titik pada objek melalui
titik di tengah objek, yang disebut pusat
simetri (dilambangkan dengan huruf "i").

4) Rotoinversion

Kombinasi rotasi dengan pusat simetri melakukan operasi simetri rotoinversion.


Objek yang memiliki simetri rotoinversion memiliki unsur simetri yang disebut
sumbu rotoinversion. Sebuah sumbu rotoinversion 1-lipat adalah sama sebagai
pusat simetri, seperti yang dibahas di atas. Rotoinversion kemungkinan lainnya
adalah sebagai berikut:
a. 2 kali lipat Rotoinversion
Operasi 2 kali lipat rotoinversion melibatkan
pertama memutar objek dengan 180 o
kemudian pembalik melalui pusat inversi.
Operasi ini setara dengan memiliki cermin
tegak lurus dengan sumbu rotoinversion 2
kali lipat.

b. 3-kali lipat Rotoinversion


Ini melibatkan memutar objek
dengan 120 o (360/3 = 120), dan
pembalik melalui pusat. Kubus adalah
contoh yang baik dari sebuah benda
yang memiliki 3 kali lipat sumbu
rotoinversion. Sebuah sumbu
rotoinversion 3 kali lipat
dilambangkan sebagai
.
c. 4 kali lipat Rotoinversion
.

Ini melibatkan rotasi objek dengan 90 o


kemudian pembalik melalui pusat.
Sebuah sumbu rotoinversion empat kali
lipat dilambangkan sebagai

d. 6 kali lipat Rotoinversion

Sebuah sumbu rotoinversion 6 kali lipat (6ത )


Melibatkan memutar objek dengan 60 o
dan pembalik melalui pusat. Perhatikan
bahwa operasi ini identik dengan memiliki
kombinasi sumbu rotasi 3-kali lipat tegak
lurus terhadap pesawat cermin.
2 Basis Kristal
Suatu kristal yang ideal terdiri dari satuan
susunan yang identik dan berulang dalam
ruang tiga dimensi yang tak terbatas.
Satuan susunan ini disebuut basis atau
kumpulan molekul. Basis mengisi wadah
(volume atau ruang) dengan ukuran
tertentu, yang dapat ditranslasikan
sepanjang jarak yang diskrit sehingga
dapat mengisi seluruh ruang. Wadah
tersebut disebut sel satuan (unit sel).
Gambar basis
2.3 Sistem Kristal dan Kisi Bravais
Dalam kristal zat padat, atom atau molekul-molekulnya tersusun
secara terartur dalam pola tiga dimensi. Kesimetrian jarak internal dari
posisi atom atau molekul ini merupakan ciri dasar dari suatu kristal.
Susunan sudut dalam ruang dari atom-atom dalam kristal disebut kisi
ruang atau susunan kisi.

b. susunan
a. susunan atom amorf
atom kristal

a. b.
 Berdasarkan susunan geometriknya, ada 32 jenis sistem kristal (seperti
simetri dan struktur dalam). Akan tetapi, untuk praktisnya semua sistem
kristal dibagi kedalam tujuh kelompok atau sistem basis.
 Ketujuh basis sistem kristal dapat dibedakan berdasarkan tiga unsur
simetrinya, yaitu sumbu simetri, bidang simetri, dan pusat simetri. Ketujuh
sistem kristal itu adalah sebagai berikut :

1.Sistem kristal kubus.

Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta


memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke
dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat
badan (body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-
centered Cubic/ FCC).
sistem kristal kubus
2. Sistem Kristal tetragonal 3. Sistem kristal Ortorombik
Pada sistem kristal tetragonal, dua Panjang rusuk dari sistem kristal
rusuknya yang memiliki panjang ortorombik ini berbedabeda (a ≠ b≠
sama (a = b ≠ c) dan semua sudut (α c), dan memiliki sudut yang sama (α =
= β = γ) sebesar 90°. Pada sistem β = γ) yaitu sebesar 90°. Sistem kristal
kristal tetragonal ini hanya memiliki ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
dua bentuk yaitu sederhana dan
berpusat badan.
4. Sistem kristal monoklin.
Sistem kristal monoklin terdiri atas 2 bentuk,
yaitu : monoklin sederhana dan berpusat
muka pada dua sisi monoklin (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal monoklin ini memiliki panjang
rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c), serta
sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.

5. Sistem kristal triklin


Pada sistem kristal triklin, hanya
terdapat satu orientasi. Sistem
kristal ini memiliki panjang rusuk
yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta
memiliki besar sudut yang
berbeda-beda pula yaitu α ≠ β
≠ γ ≠90°.
6. Sistem kristal rombohedral atau trigonal.
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk
memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β =
90°dan γ =120°.

7. Sistem kristal heksagonal.

Pada system kristal ini, sesuai dengan


namanya heksagonal (heksa = enam), maka
system ini memiliki 6 sisi yang sama. System
kristal ini memiliki dua nilai sudut yaitu 90° dan
120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan
pajang rusuk-rusuknya adalah a = b ≠ c.
semua atom berada pada sudut-sudut (pojok)
heksagonal dan terdapat masing-masing
atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal
(yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
4 Struktur Kristal Logam
4.1. Definisi Struktur Kristal
 Struktur kristal terbentuk dari gabungan sel satuan yang
merupakan sekumpulan atom yang tersusun secara khusus dan
periodik berulang dalam tiga dimensi pada suatu kisi kristal.
 Kumpulan atom penyusun kristal sering juga disebut dengan basis
dan kedudukan atom-atom di dalam ruang dinyatakan oleh kisi.
 Ditinjau dari strukturnya, zat padat dibagi menjadi tiga yaitu
monocrystal (kristal tunggal), polycrystal, dan amorf.
 Pada kristal tunggal (monocrystal), atom atau penyusunnya
mempunyai struktur tetap karena atom-atom penyusunnya
tersusun secara teratur dalam pola tiga dimensi dan pola-pola ini
berulang secara periodik dalam rentang yang paling tak
berhingga.
 Polycrystal adalah kumpulam dari kristal-kristal tunggal yang
memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang
membentuk benda padat.
 Amorf memiliki pola susunan atom-atom atau molekul-molekul
yang acak dan tidak teratur secara berulang. Amorf terbentuk
karena proses pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-
atom tidak dapat dengan tepat menempati lokasi kisinya.
4.2 Struktur Kubus sederhana
 Pada kisi kubus sederhana, ada satu titik kisi pada setiap kedelapan sudut dari
sel satuan.
 Pada struktur ini setiap sudut atom memiliki bersama oleh delapan sel satuan
sehingga pemilikan bersama setiap sudut atom oleh sel satuan adalah 1/8
atom. Pada struktur ini atom-atom bersentuhan satu sama lain sepanjang sisi-
sisinya sehingga jarak tetangga terdekat adalah 2r = a.
4.3 Struktur Kubus Pusat Badan (BCC)
 Contoh logam yang mempunyai struktur kristal BCC antara lain Fe ,
Cr, Li, Mo, W, V.
 Dari gambar atomic site unit cell terlihat bahwa atom pusat dikelilingi
oleh 8 atom terdekat dan dikatakan mempunyai bilangan koordinasi
8.
 Dari gambar isolated unit cell terlihat bahwa ada satu atom utuh
terletak di tengah sel satuan dan 1/8 atom terdapat pada tiap-tiap
sudut sel satuan, sehingga dalam satu sel satuan BCC terdapat 2
atom.
 Berdasarkan gambar di bawah dapat ditentukan jari-jari atomnya
dengan menggunakan formula : 3 a = 4R atau 3 4R
 a = dari gambar hard sphere unit cell dimana sel satuan BCC
digambarkan sebagai bola, faktor penumpukan atom (atomic
facking factor) dapat dihitung dengan formula : Volume selsatuan
Voleme atom - atom dalam sel satuan
 harga APF untuk sel satuan BCC adalah 68%, artinya 68% dari volume sel
satuan BCC tersebut ditempati oleh atom-atom dan sisanya sebesar 32%
merupakan tempat kosong.
 Jadi struktur kristal BCC bukan merupakan struktur yang padat.
4.4 Struktur Kubus Pusat Muka (FCC)

 Contoh logam yang mempunyai struktur kristal FCC antara lain Fe ,


Al, Cu, Ni, Pb.
 Sel satuan FCC terdiri dari satu titik lattice pada setiap sudut dan
satu titik lattice pada setiap sisi kubus.
 Setiap atom pada struktur kristal FCC dikelilingi oleh 12 atom, jadi
bilangan koordinasinya adalah 12.
 Atom-atom dalam struktur kristal FCC tersusun dalam kondisi yang
cukup padat.
 Ini terbukti dengan tingginya harga APF dari sel satuan FCC yaitu
74% dibandingkan denag APF sel satuan BCC.
 Sel satuan FCC mempunyai 8 x 1/8 (pada sudut kubus) +
6 x ½ ( pada pusat sisi kubut) = 4 atom per sel satuan.
 Hubungan antara panjang sisi kubus a, dengan jari-jari
R dapat ditentukan dengan menggunkan formula : √2𝑎
4𝑅
= 4R atau a =
√2
4.5 Struktur Heksagonal Tumpukan Tertutup (HCP)
 Contoh logam yang mempunyai struktur kristal
HCP antara lain Cd, Co, Mg, Ti, Zn, Zr.
 Setiap atom pada struktur kristal HCP dikelilingi
oleh 12 atom, sama dengan FCC mempunyai
bilangan koordinasinya adalah 12.
 Atom-atom dalam struktur kristal HCP tersusun
dalam kondisi yang cukup padat.
 Ini terbukti dengan tingginya harga APF dari sel
satuan HCP yaitu 74% .
 Sel satuan HCP mempunyai 6 atom per sel
satuan, yaitu 2 x 6 x 1/6 ( pada sudut lapisan
bawah dan atas + 2 x ½ ( pada pusat lapisan
bawah dan atas) + 3 (lapisan tengah).
5. Dimensi Sel Satuan
Dimensi sel satuan dapat dicari berdasarkan pada : jumlah
atom per sel satuan, kerapatan kristal, massa atom atau massa
molekul, bilangan avogadro, dan struktur kisi kristal. Hubungan
𝑀
ini dapat dinyatakan dengan benda akan berisikan NA atom
𝜌
sehingga n atom dalam sebuah sel satuan akan menduduki
𝑀.𝑛 1
sebuah volume , sehingga :
𝜌 Na
𝑀 .𝑛
A3 =
𝜌𝑁𝑎 /
1 3
𝑀 .𝑛 𝑀.𝑛
ρ= atau a = 𝑁𝑎𝜌
.
𝑁𝑎 𝑎3
6. Struktur Kristal dan Difraksi sinar X
Struktur kristal dapat dipelajari dengan difraksi sinar –X. Sinar-X dapat
dipantulkan oleh atom-atom dengan nomor atom lebih besar dari 10.
Dalam kristal NaCl, jarak antar inti-inti 0,0282 nm. Besarnya jarak antar atom
atau ion-ion kira-kira sama dengan panjang gelombang sinar-X tertentu,
yaitu 0,06 nm.apabila dua berkas gelombang sinar-X yang jatuh pada
suatu titik akan berinterferensi, dengan hasil sebagai berikut :

 Saling memperkuat bila selisih fase merupakan kelipatan bulat dari 2π.
Interferensi ini disebut interferensi konstruktif.
 Saling meniadakan bila selisih fase merupakan kelipatan bulat dari π.
Interferensi ini disebut interferensi destruktif.
Hubungan antara difraksi sinar X dengan struktur kristal telah dipelajari oleh William
Bragg. Jika dua berkas sinar-X monokromatik yang sejajar dijatuhkan pada dua
bidang kristal yang sejajar dengan sudut masuk θ.

Agar terjadi interferensi konstruktif, selisih fasa kedua berkas harus merupakan
kelipatan 2π, yang berarti selisih lintasan merupakan bilangan bulat dari panjang
gelombang λ. Jadi, untuk panjang gelombang tertentu,
interferensi konstruktif akan terjadi pada sudut pantul θ yang memenuhi
persamaan :

N λ = 2 d sin θ

Dengan n = orde bilangan (1, 2, 3, 4,...)


λ = panjang gelombang sinar X
d = jarak antar bidang kristal
θ = sudut antarasinar datang dan bidang kisi.
Persamaan tersebut disebut Perasamaan Bragg

Pada λ dan d tetap, terdapat beberapa sudut masuk θ1, θ2, θ3. Sesuai dengan n
= 1, 2, 3, ... . untuk d dan λ tertentu, pantulan dengan orde tertinggi terjadi pada
sudut besar (sin θ besar). Biasanya lebih mudah jika menyatakan pantulan orde
tingkat tinggi dengan pantulan orde satu dari bidang (hkl) besar.
7 menentukan indeks miler

Indeks Miller dapat didefinisikan suatu bidang parameter


sebagai a/h, b/k, c/l, yang direduksi menjadi bilangan
utuh yang paling sederhana.
Lambang h, k, dan l mewakili perpotongan bidang yang
ditinjau berturut-turut dengan sumbu x, y, dan z relatif
terhadap terhadap perpotongan bidang parameter.
Dengan demikian, bidang parameter (bidang P pada
gambar) akan mempunyai indeks Miller atau (111). Tentu
saja indeks untuk bidang parameter selalu 111 karena
perpotongannya selalu dipilih a, b, dan c.
Plane A:
• Intercepts x = 1, y = 1, z = 1
• 1/x = 1, 1/y = 1, 1/z = 1
• No fractions to clear
Plane B:
• Intercepts x = 1, y = 2, z = oe (infinity)
• 1/x = 1, 1/y = ½, 1/z = 0
• Clear fractions 1/x = 2, 1/y = 1, 1/z =0
• (210)
Plane C:
• Move the origin to 010, then
• (0 𝟏 0)
7.1 Indeks Miller-Bravais
 Dalam kristal yang mempertunjukkan simetri kelipatan enam (sixfold symetry),
empat sumbu koordinat harus digunakan. Sumbu-sumbu tersebut dinyatakan
sebagai X, Y, U, dan Z
 Dengan demikian, bidang-bidang dalam kristal ini digambarkan oleh empat
bilangan, yang disebut indeks Miller-Bravais h, k, i, dan l.

Dari definisi indeks Miller,


OA = a/h, OB = b/k, AOD = 60°
OD = DE = OE = p
Segitiga EBD dan OBA merupakan segitiga
yang setipi/mirip, maka:

𝐸𝐵 𝑂𝐵 𝑏/𝑘
= =
𝐸𝐷 𝑂𝐴 𝑎/ℎ
𝑏
Tetapi 𝐸𝐵 = − 𝑝
𝑘

𝑏
−𝑝 𝑏/𝑘 𝑎𝑏
Maka 𝑘
= atau 𝑝 =
𝑝 𝑎/ℎ 𝑏ℎ+𝑎𝑘
Alternatif lain, pendekatan dilakukan melalui penggambaran traces bidang (hkil)
dari +u, akan dapat dibuktikan juga bahwa i = -(h+k).
8. kisi resiprok
Pengenalan sistem koordinat resiprok yang muncul secara rekaan, tidak
dibutuhkan dalam geometri kristalografi tetapi penggunaannya secara
sederhana sering muncul pada perhitungan.
Apabila sistem koordinat langsung dinyatakan
sebagai a, b, dan c, maka sistem koordinar
resiprok didefinisikan sebagai a*, b*, dan c*.
Dengan kata lain bahwa panjang a*, b*, dan c*
merupakan resiprok dari panjang a, b, dan c.
Secara matematis hubungan besaran
skalar a, b, c dengan a*, b*, c* sebagai:

a*.a = b*.b = c*.c = 1; a*.b = a*.c = b*.a


= b*.c = c*.a = c*.b = 0

Berdasarkan hal ini, defenisi matematis

a*, b*, dan c* :


a* = (b x c)/(a b c),
b* = (c x a)/(a b c), dan
c* = (a x b)/(a b c)

dimana, (a b c) = a.(b x c) = b.(a x c) =


Gambar Sumbu kristalografi dan resiprok c.(a x b), merupakan volume .
9. Beberapa Metode Penentuan
Struktur Kristal

9.1 Metode Kristal Berputar


Metode ini menggunakan sinar-X monokromatis
dengan sudut datang divariasi. Pada umumnya
arah pancaran sinar-X ditentukan dan arah Kristal
divariasi kristal diputar di sekitar sumbu yang tetap
sehingga semua puncak Bragg terjadi selama
rotasi dan direkam pada film. (Aschroft dan
Mermin, 1976). Metode ini biasa digunakan untuk
kristal tunggal. Skema metode kristal berputar
ditunjukkan pada gambar di samping ini:
9.2 metode serbuk Kristal (debye scherrer)

 Prinsip metode ini bahwa sinar monokromatik memancar ke sampel dan


pancaran difraksi direkam oleh film yang mengelilinginya (Omar, 1975).
 Perbedaan metode ini dengan metode kristal berputar adalah metode
ini sumbu rotasinya dapat divariasi pada semua arah yang
memungkinkan.
 Arah kristal diberikan dengan menggunakan sampel polykristal yang
mempunyai skala atom sangat besar dan sesuai difraksi sinar-X. Karena
sumbu kristal sekumpulan orientasinya acak, pola difraksi dihasilkan oleh
polykristal dengan mengkombinasi pola – pola difraksi untuk semua
orientasi yang memungkinkan pada kristal tunggal (Ashcroft dan
Mermin, 1976).
2.10 cacat Kristal
o Jenis ketidaksempurnaan dalam kristal, dimana diperlukan kekosongan untuk
mengimbangi kepincangan muatan.
o Bila ketidaksempurnaan seperti kekosongan meliputi sebuah atau beberapa atom kita
sebut: cacat titik.
o Ketidaksempurnaan lain dalam kristal berujud garis disebut cacat garis.

10.1 cacat titik


Cacat titik yang paling sederhana adalah kekosongan, disini ada atom yang "hilang" dalam
Kristal.Cacat demikian merupakan hasil dari penumpukkan yang salah sewaktu kristalisasi,
atau dapat juga terjadi pada suhu tinggi, oleh karena meningkat energi termal. Bila enersi
termal tinggi memungkinkan bagi atom-atom untuk melompat meninggalkan tempatnya
(dimana energi terendah) akan naik pula.
Keterangan :
a) kekosongan
(b) Kekosongan ganda (dua atom
hilang)
(c) kekosongan pasangan ion (capat
Schottky)
(d) sisipan
(e) ion terpisah (cacat Frenkel).
10.2 Cacat Garis (Dislokasi)
Cacat garis yang paling banyak dijumpai didalam kristal adalah dislokasi.
Dislokasi garis dapat dilihat pada Gambar di bawah. Dislokasi ini dapat
digambarkan sebagai sisipan satu bidang atom tambahan dalam struktur
kristal. Disekitar dislokasi garis terdapat daerah yang mengalami tekanan dan
tegangan, sehingga terdapat energi tambahan sepanjang dislokasi tersebut.
11 gaya antar atom
Zat padat merupakan zat yang memiliki struktur yang stabil Kestabilan sruktur
zat padat adanya interaksi antara atom membentuk suatu ikatan Kristal.
Sebagai contoh: Kristal sodium clorida (NaCl) memiliki struktur yang lebih stabil
dibandingkan dengan sekumpulan atom-atom bebas dari Na dan Cl sehingga
implikasinya :
 Atom-atom bebas Na dan Cl akan saling berinteraksi satu sama lain untuk
membentuk struktur yang stabil
 Terdapat gaya interaksi antar atom untuk mengikat atom satu sama lain
 Besarnya energi atom-atom bebas penyusun kristal lebih besar daripada
energi kristalnya.
 Energi yang diperlukan untuk memisahkan atom-atom penyusun kristal
menjadi atom-atom bebas dan netral yang dinamakan energi kohesif.
U = Energi potensial
R = Jarak antara atom

Kurva tersebut menggambarkan interaksi antara


dua atom sebagai fungsi jaraknya Dari kurva
tersebut tampak bahwa energi potensial
minimum terjadi pada jarak Ro yang disebut
jarak interatomik setimbang Energi potensial
minimum ( Uo ) tersebut adalah Energi kohesif.

gaya interaksi antara atom ditentukan dari gradian energi potensial:

𝜕𝑈
𝐹(𝑅) = −
𝜕𝑅

Untuk R < Ro maka F(R) > 0 gaya bersifat repulsif


Untuk R > R0 maka F (R ) < 0 gaya bersifat atraktif
12 Ikatan Ionik
Ikatan Ion. Sesuai dengan namanya, ikatan ini terjadi karena adanya tarik-
menarik antara dua ion yang berlawanan tanda. Ion itu sendiri terbentuk
karena salah satu atom yang akan membentuk ikatan memberikan
elektron kepada atom pasangannya yang memang memiliki kemampuan
untuk menerima elektron. Dengan demikian terjadilah pasangan ion positif
dan ion negatif, dan mereka saling terikat.
Ikatan ion terbentuk oleh adanya gaya tarik elektrostatik antara ion positif
dan ion negatif. Energi potensial V dari pasangan ion akan menjadi lebih
negatif jika jarak radial r semakin kecil. Dengan m = 1, energi yang terkait
dengan gaya tarik antar ion adalah:
−𝑞
𝑣𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 =
𝑟
13 ikatan kovalen

Ikatan Kovalen. Contoh yang paling sederhana untuk


ikatan kovalen adalah ikatan dua atom H membentuk
molekul hidrogen, H2. Atom H pada ground state memiliki
energy paling rendah. Namun karena elektron bermuatan
negatif, maka jika ada atom H kedua yang mendekat,
elektron di atom yang pertama dapat lebih dekat ke inti
atom H kedua. Demikian pula halnya dengan elektron di
atom H kedua dapat lebih dekat ke inti atom H pertama.
Kejadian ini akan menurunkan total energi dari kedua
atom dan terbentuklah molekul H2.
14 ikatan van der waals
 Terdapat ikatan antar dipole yang terjadi antara dipole-dipole yang tidak
permanen dan disebut ikatan van der Waals. Ikatan ini merupakan ikatan
tak berarah dan jauh lebih lemah dari ikatan hidrogen.
 Dipole tidak permanen terbentuk karena pada saat-saat tertentu ada
lebih banyak elektron di satu sisi dari inti atom dibandingkan dengan sisi
yang lain. Pada saat saat itulah pusat muatan positif atom tidak berimpit
dengan pusat muatan negatif dan pada saat-saat itulah terbentuk dipole.
Jadi dipole ini adalah dipole yang fluktuatif.
 Pada saat-saat dipole terbentuk, terjadilah gaya tarik antar dipole. Ikatan
van der Waals terjadi antar molekul gas, yang menyebabkan gas
menyimpang dari hukum gas ideal. Ikatan ini pulalah yang memungkinkan
gas membeku pada temperatur yang sangat rendah.
15 ikatan hydrogen

Ikatan hidrogen terbentuk oleh hidrogen antara dua atom


atau grup atom yang sangat elektronegatif seperti
oksigen, nitrogen, dan fluor. Atom hydrogen menjadi ujung
positif dari dipole, dan membentuk ikatan yang agak kuat
(walaupun masih jauh dari ikatan primer) dengan ujung
negatif dari dipole yang lain. Dipole adalah molekul di
mana titik pusat muatan positif tidak berimpit dengan titik
pusat muatan negatif. Ikatan hidrogen hanya terbentuk
antara atom yang sangat elektronegatif, karena atom
inilah yang dapat membentuk dipole yang kuat. Ikatan
hidrogen merupakan ikatan berarah.
16 Ikatan Campuran
Pada umumnya elektron valensi dari dua atom yang
membentuk ikatan berada dalam orbital kedua atom.
Oleh karena itu posisi elektron selalu berubah terhadap inti
atomnya. Ketika kedua elektron berada di antara kedua
atom dan menempati orbital s, ikatan kedua atom itu
disebut kovalen. Namun sewaktuwaktu kedua elektron
bisa berada lebih dekat ke salah satu inti atom
dibandingkan dengan inti atom yang lain; pada saat
demikian ini ikatan atom yang terjadi didominasi oleh
gaya tarik antara ion positif dan ion negatif, yang disebut
ikatan ion. Situasi seperti ini, yaitu ikatan atom merupakan
kombinasi dari dua macam jenis ikatan, merupakan hal
yang biasa terjadi.
KESIMPULAN
 Kristal ideal tidak kita dapati, kebanyakan benda padat memiliki susunan
mikroskopik berupa polikristal. Bahan padat yang bukan kristal disebut amorf.
 Suatu kristal selalu memenuhi operasi simetri translasi. Selain itu, kristal dapat
memenuhi beberapa operasi lain. Jumlah operasi simetri menentukan sistem
kristal, ada tujuh sistem kristal.
 Cara pengisian sel satuan dengan atom (anggap berbentuk bola) tanpa
merusak unsur simetri yang ada pada sistem kristal menghasilkan Kisi Bravais
sistem Kristal dengan jumlah empat belas Kisi Bravais.
 Indeks Miller (hkl) tidak hanya menunjukkan satu bidang saja, melainkan
menunjukkan semua bidang yang sejajar dengan bidang tersebut dhkl adalah
jarak antara dua bidang (hkl) berturut-turut.
 Struktur fcc dan hcp sama padatnya dan merupakan struktur terpadat.
 Agar dapat menentukan susunan atom di dalam kristal, diperlukan
partikel dengan panjang gelombang yang mendekati jarak pisah
antar-atom, dengan ini salah satunya dapat digunakan sinar-X
yang memenuhi persyaratan.
 Oleh elektron partikel tersebut dalamkristal mengalami hamburan,
sinar hamburan dari berbagai pusat hamburan saling
berinterfernsi. Interferensi (atau difraksi) maksimum terjadi apabila
hukum Bragg terpenuhi 2 d sin θ = nλ

 Kristal merupakan benda yang stabil karena adanya gaya-gaya ikat antar-
atomnya.
 Ada hubungan yang erat antara ikatan, konfigurasi elektron atom, dan struktur
kristal.
 Ada lima jenis ikatan dalam kristal, yaitu ikatan ionik, ikatan kovalen, ikatan
logam, ikatan van der waals, dan ikatan hidrogen.
 Ikatan ionik terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik
elektrostatik (Coulomb) antara ion positif dan ion negatif.
Terbnetuknya ion-ion tersebut disebabkan oleh terjadinya transfer
elektron antar atom-atom yang membentuk ikatan.
 Ikatan kovalen dibangun oleh sepasang elektron dari dua atom
yang berikatan. Setiap atom menyumbang elektron untuk
membentuk sebuah ikatan kovalen. Elektron-elektron yang
membentuk ikatan tersebut bersifat lokal (hanya terdapat) di
daerah diantara dua atom, menempati orbital ikatan (σ) dengan
spin yang berlawanan arahnya (anti-paralel).
 Logam dicirikan oleh tingginya konduktivitas listrik dan termal,
banyak mengandung elektron bebas yang dapat bergerak di
seluruh kristal. Elektron valensi yang dimiliki oleh setiap atom logam
akan menjadi elektronbebas bila atom-atom tersebut membentuk
kristal logam.
 Ikatan Van Der waals dapat dijumpai pada atom kristal gas mulia,
misalnya ar, Ne, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai