Anda di halaman 1dari 17

Fitri Rizki Amalia

NIM 091814653005
Latar Belakang :

Identifikasi individu : ras, usia, jenis kelamin


Identifikasi jenis kelamin langkah pertama,
penting dilakukan dalam proses identifikasi
forensik  dapat menemukan 50%
probabilitas kecocokan dalam identifikasi
individu serta mempengaruhi beberapa
metode pemeriksaan lainnya, seperti estimasi
usia dan tinggi tubuh individu
Identiifikasi memakai kerangka sangat vital
dalam analisis forensik antropologis
1. Pelvis
2. Tengkorak

 Namun tidak semua tersedia kerangka


lengkap  kerusakan post mortem
 penting untuk menggunakan tulang yang
lebih padat yang sering ditemukan dalam
keadaan utuh, misalnya sinus maksilaris
Cone-beam computed tomography (CBCT)
teknologi terbaru, awalnya dikembangan
untuk angiografi tahun 1982
 kemudian diaplikasikan untuk gambaran
maksilofasial.
 Teknologi ini menggunakan sumber radiasi
ionisasi divergent atau bentuk kerucut dan
detektor 2 dimensi untuk menentukan
lintasan putar untuk mendapatkan
gambar proyeksi beberapa bagian pada
sekali scan pada area yang diperiksa.
Istilah lain :
dental volumetric tomography,
cone-beam volumetric tomography,
dental computed tomography,
dan cone beam imaging.
Skema sederhana tabung sinar-X. Arus memanaskan filamen di
katoda, yang mengarah ke pelepasan elektron (e−) melalui efek
termionik. Elektron ini dipercepat menuju anoda dengan
menggunakan perbedaan potensial tinggi (kV). Melalui tabrakan
elektron dengan target anoda, sinar-X dihasilkan. Hanya sinar-X
yang mengarah ke arah yang diperlukan untuk pencitraan yang
dapat keluar dari tabung; sinar-X lainnya diblokir di perbatasan
tabung (panah)
Perangkat Keras Pencitraan :
 Tabung sinar X
 Gantry
 Detektor

Prinsip dasar
Selama pemindaian CBCT, tabung sinar X dan
detektor berputar sepanjang lintasan melingkar.
Waktu rotasi khas berkisar antara 10 dan 40 detik,
meskipun ada protokol pemindaian yang lebihcepat
atau lebih lambat. Selama rotasi, sinar-X berbentuk
kerucut atau berbentuk piramida menghasilkan
beberapa ratusan proyeksi sinar-X 2D (mis. data
mentah) yang diperoleh oleh detektor. Proyeksi ini
kemudian bisa direkonstruksi menjadi representasi
tiga dimensi (3D) objek yang dipindai.
Untuk mendapatkan gambar yang
diproyeksikan, tabung sinar-X dan detektor
bergerak bersamaan di sekitar sumbu rotasi.
2D, dua dimensi.
Berbagai jenis gantry CBCT. Kiri: posisi duduk pasien (3D
Accuitomo® 170; J. Morita, Kyoto, Jepang). Tengah: posisi
berdiri pasien (WhiteFox®; Acteon Group, Mérignac, Prancis).
Kanan: posisi telentang pasien (NewTom® 5G, QR srl,
Verona, Italia).
Rekonstruksi Gambar
 Pra pemprosesan data mentah
 Algoritme rekonstruksi

Imagr detection system


 Ukuran voxel
 Greyscale
 Image Reconstruction
 Rekonstruksi waktu bervariasi tergantung pada
parameter diantaranya ukuran voxel, ukuran dari area
gambar, dan jumlah dari proyeksi, sekaligus
perangkat keras dan perangkat lunaknya.
 Proses rekonstruksi dapat terdiri dari 2 tahap:
 a. Acquisition stage
 Pada tahapan ini ditunjukkan oleh kemahiran
komputer.
 b. Reconstruction stage
 Gambaran yang benar dikonversikan ke representasi
spesial yang disebut sinogram. Proses yang terlibat
biasa disebut dengan radon transformation.
Image Display
 Multiplanar Reformation
Data set dapat terbagi secara nonorthogonal.
Kebanyakan perangkat lunak menyediakan
berbagai gambaran 2 dimensi non aksial, atau
biasa disebut multiplanar reformation
(MPR). Gambaran multiplanar dapat ditebalkan
dengan menaikkan jumah dari voxel yang
berdekatan termasuk didalam display.
 Three Dimentional Volume Rendering
Volume rendering sama seperti teknik yang
mengijinkan visualisasi dari data 3D dengan
integrasi dari volume yang luas dari voxel-voxel
yang berdekatan dan tampilan yang selektif
Reformasi multiplanar. A, C dan S menunjukkan garis
persimpangan yang sesuai dengan bidang aksial, koronal
dan sagital.
Sinus maksilaris adalah ruang udara, terletak di
tulang rahang atas dalam berbagai ukuran
dan bentuk. Sinus maksilaris muncul di akhir
dari pembentukan embrionik dan mencapai
ukuran dewasa pada sekitar usia 20 tahun,
saat gigi permanen sepenuhnya berkembang.
Sinus maksilaris cenderung stabil setelah
dekade kedua kehidupan Pada bagian bawah
sinus maksillaris dibentuk oleh alveolar, gigi
geraham satu, geraham dua, dan geraham
tiga serta akar gigi taring.
Berbagai bentuk sinus maksilaris berbentuk
segitiga, daun, skapok, dan seperti bentuk
ginjal. Sinus dalam bentuk segitiga adalah
yang paling banyak jumlahnya pada laki-laki
maupun perempuan. Variasi bentuk, ukuran
dan posisi berbeda-beda pada setiap jenis
kelamin. Oleh karena itu sinus maksilaris
dapat digunakan dalam penentuan jenis
kelamin (Putri dkk, 2018)
Berdasarkan penelitian Manja dan Xiang, 2014
serta Bangi et al. 2017 dan Ravali, 2017
menunjukkan ukuran rata-rata sinus maksilaris
pada laki-laki lebih besar dibanding pada
perempuan.

Mengingat struktur sinus maksilaris yang


kompleks, magnetic resonance imaging (MRI) dan
computed tomography (CT) adalah gold standard
untuk menggambarkan anatomi dari Highmore’s
antrum. Meskipun demikian, penggunaannya
terbatas karena adanya radiasi yang besar, biaya
yang cukup mahal maupun aksesibilitas yang
terbatas. Kelemahan ini dapat diatasi dengan
diperkenalkannya cone-beam computed
tomography (CBCT) (Putri dkk. 2018)

Anda mungkin juga menyukai