BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Computed Tomography
1. Definisi
dari tubuh. Pada saat itu, istilah seperti “body section radiography” dan
adalah sebuah gambaran dari bagian tubuh pasien yang akan diamati
sinar-X, komputer dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-x yang
maka data yang diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah
8
8
9
(Rasad, 1992).
dilakukan dari berbagai arah. Dari pengukuran ini akan diperoleh data
dengan jumlah yang banyak yang kemudian akan diproses dengan sebuah
Cormack. Pertama kali alat yang dirancang oleh Cormack ini diuji pada
sebuah objek berupa blok plastik yang berisikan dua buah piringan
temuannya ini dipublikasikan pada tahun 1963 dan 1964 tetapi nyaris tidak
Pada tahun 1972, sebuah perusahaan Inggris yang bernama EMI Ltd
terutama berkat upaya dari Godfrey Hounsfield, yang tidak menyadari hasil
a. Generasi pertama
b. Generasi kedua
per citra.
c. Generasi ketiga
detik per citra. Pada umumnya menggunakan detektor jenis gas (gas
d. Generasi keempat
e. Generasi kelima
dalam milisekon. Duan jenis scanner dalam generasi kelima ini yaitu
akuisisi data berupa sebuah fan beam dari sinar-X yang diproduksi oleh
tungsten. Fan beam melewati pasien dan transmisi dari sinar-X yang
5
6
3
2 4 7
1
10 8
Keterangan :
1. Gun 6. Detector
2. Electron beam 7. X-ray beam
3. Focus coil 8. Target rings
4. Deflection coil 9. Couch
5. DAS 10. Vacuum pumps
f. Generasi keenam
dua buah tabung sinar-X dan dua set detektor. DSCT ini dirancang
15
g. Generasi ketujuh
dengan Flat Panel Digital Detctors. Detektor ini sama dengan yang
dan tidak bisa digunakan dalam citra klinik. Pada generasi ini tabung
resolusi spasial yang sangat bagus tetapi kurang dalam hal resolusi
kontras.
16
a. Sistem sinar-X
1) Genarator sinar-X
sinar-X maka sumber listrik dari tabung sinar-X harus diperbaiki dan
tegangan dan frekuensi arus yang tinggi (500 sampai 25000 Hz).
2) Tabung sinar-X
(Hsieh,2009).
derajat) dan kecepatan rotasi 3600 rpm sampai dengan 10000 rpm
(Seeram,2016).
dari 109 foton per mm2 per sekon pada 75 cm dari fokus tabung
3) Filter sinar-X
efek ini. Oleh karena itu, untuk menghindari kerugian dari efek ini
4) Kolimator
tujuan yaitu untuk mereduksi dosis yang tidak diperlukan dan untuk
postpasien (Hsieh,2009).
dengan ada sebuah area kecil yang yang sinyalnya tidak bisa
detectors pada awal dan akhir scan. Untuk mengatasi dua problema
collimation (Seeram,2016).
22
4 6
1
2
5
7
Keterangan :
1. Start beam 5. Start beam
2. Stop beam 6. Adaptive collimation
3. Dose wasted 7. Stop beam
4. Intermediate beam
b. Detektor
penting yang akan berefek pada kualitas citra yang baik, seperti,
sistem Computed Tomography Scan, jadi desain dari gantri ini sendiri
Tomography ialah slip ring. Slip ring berfungsi sebagai pemasok tenaga
d. Meja pemeriksaan
harus kuat dan kaku untuk dapat menopang berat badan pasien. Selain
24
kenyamanan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari bahan carbon fiber
(Seeram,2016).
tomography jenis helical diukur dalam milimeter per detik karena meja
e. Mesin rekonstruksi
5. Akuisisi Data
resolusi spasial dan produksi artefak. Pola dasar untuk akuisisi data
pasien dan mengubah informasi yang diperoleh dalam bentuk data digital
3
4
5
6
Keterangan :
1. Focal spot 6. Detector
2. Prepasient collimation 7. Elektrikal sinyal = projection
3. Scan field of view profile
4. Pasien 8. Digital data
5. Detector kolimator
26
dapat di nyatakan seperti gambar di atas. Dimana hal ini berawal dari
sebuah filter khusus saat keluar dari tabung yang selanjutnya akan
Detektor akan mengubah foton sinar-X ini menjadi sebuah sinyal elektrik
(analog data). Sinyal elektrik ini selanjutnya dirubah lagi menjadi data
digital oleh analog to digital converter (ADC), yang selanjutnya data digital
6. Rekonstruksi Citra
system (DAS) membaca setiap ray yang datang dan mengukur berapa
sum. Sebuah rangkaian ray sum yang komplit disebut dengan view. View
sebuah objek, akan lebih baik jika berjalan mengelilingi dan mengamati dari
26
8
27
(Romans,2011).
untuk rekonstruksi sebuah citra yang berupa citra anantomi cross sectional
(Seeram,2016).
Sistem komputer akan menghitung sifat atenuasi dari setiap ray sum
ini disebut dengan attenuation profile, dan ini diciptakan untuk setiap view
Masalah utama dari teknik back projection ialah teknik ini tidak dapat
memproduksi citra yang tajam dari sebuah objek dan karena itu tidak
teknik ini juga menghasilkan banyak strike artifact yang biasanya berbentuk
sebuah proses yang disebut dengan filtering yang diplikasikan pada scan
data sebelum back projection terjadi. Proses filtering ini dilakukan dengan
ditampilkan. Teknik yang paling sering digunakan disebut dengan gray level
(Seeram,2016).
unit tertentu untuk setiap tingkat keabuan. Citra akan ditampilkan dengan
diwakili. Meskipun ada lebih dari 2000 perbedaan nilai dari hounsfield unit,
biasanya kurang dari 40. Sebagai aturan umum, mata manusia tidak dapat
kurang dari 1%. Untuk mengatasi keterbatasan ini, sebuah skala keabuan
yang dikumpulkan dari pasien. Hasil dari rekonstruksi citra ini berupa
sebuah numerical image. Citra ini harus dirubah dalam bentuk sebuah citra
dengan skala keabuan untuk dapat dilihat oleh radiografer dan radiolog.
29
dan nilai ini dikonversikan kedalam skala keabuan dengan nilai yang lebih
rendah menunjukkan hitam dan nilai yang lebih tinggi menunjukkan putih.
Windowing adalah sebuah metode yang oleh skala keabuan pada citra
dirubah melalui dua mekanisme yaitu window width (WW) dan window level
(WL).
citra. Hal ini menentukan jumlah maksimum bayangan keabuan yang bisa
8. Kualitas Citra
a. Parameter scanning
yang mengalir dari filamen menuju ke anoda ini diukur dalam mA.
menyediakan dua filamen yang terpisah, yang terdiri dari filamen kecil
(untuk mA rendah, kurang dari 350 mA) dan filamen besar (untuk mA
31
tomography.
memperoleh data dari setiap irisan. Hal ini dimasksudkan pada waktu
scan time untuk skala rotasi penuh berkisar dari 0.5 hingga 2 sekon.
time yang lebih pendek. Scan time yang pendek merupakan hal yang
pergerakan pasien.
dengan pilihan mA, pilihan kVp lebih terbatas. Menaikkan nilai kVp
padat.
pada manipulasi nilai kVp untuk mendapat nilai dosis radiasi yang
hingga 800 mA. Kedua, efeknya pada kualitas citra lebih dapat
diprediksi.
3) Slice thickness
4) Field of view
Field of view terbagi menjadi dua yaitu scan field of view (SFOV)
banyak dan bagian apa dari raw data yang digunakan untuk
5) Rekonstruksi algoritma
6) Pitch
b. Geometri scanning
yang diperoleh pada satu rotasi penuh (3600) tabung sinar-X. Pada
kasus ini, dua sample yang sama (dalam arti cerminan) diambil dalam
Pilihan yang lain dari tubearc adalah 4000 scan, yang diketahui
stasioner, view tidak direkam secara instan, tapi diambil setelah satu per
berdekatan (Romans,2011).
scanning plane. Pengertian dari “in plane” merujuk kepada fakta bahwa
spatial resolution diukur pada bidang aksial (bidang x-y) dari CT. in
atau bias juga dengan line pairs per millimeter (lp/mm). Line pair adalah
rekonstruksi citra dari pola bar merupakan versi blurr dari objek asli.
Jika spatial frekuensi diplot sebagai fungsi dari kepatuhan nilai citra,
maka akan diperoleh sebuah kurva yang halus. Hal ini sering disebut
c. Temporal resolution
Pertama adalah air dengan CT number dan yang kedua adalah udara
untuk jenis pengujian ini. Saat phantom di scan, rata-rata nilai dari CT
37
number pada bagian air seharusnya harus cukup mendekati nilai nol
(Seeram,2016).
yang sudah dipilih dari ROI atau posisi relatif dari phantom terhadap
e. Noise
dalam rentang nilai rata-rata. Variasi acak ini dinamakan citra noise dan
elektronik (IAEA,2012).
f. Artefak
sebuah citra yang tidak ada hubungannya dengan subjek yang sedang
number pada citra dan koefisien atenuasi yang sebenarnya dari sebuah
bands artefak. Artefak yang sering muncul yaitu patient motion artifact,
(Seeram,2016).
Quality control atau kendali mutu adalah bagian dari quality assurance
dosis radiasi terhadap pasien yang minimal. Kualitas citra pada Computed
proteksi radiasi. Hal ini termasuk dalam beberapa prinsip dan konsep yang
mendasar yaitu:
1. Acceptance test
secara efisien dalam hal berbagai keluaran seperti kualitas citra dan
keluaran dosis.
dalam waktu tiga bulan sekali dan pengujian dosis dilakukan dalam waktu
setahun sekali.
3. Error correction
(Seeram,2016).
dilakukan, seperti:
secara rutin untuk semua protokol yang digunakan untuk memastikan tidak
yang digunakan.
fiducial eksternal yang terlihat atau indikasi pada bagian tengah citra.
scan width 2 mm atau setipis mungkin yang bisa dihasilkan scanner pada
terlihat pada citra hasil rekonstruksi, jika dilakukan dengan cara multipel
scan maka identifikasi citra dimana letak markernya dapat terlihat paling
scout dengan posisi citra marker pada hasil scanning. Batas limitasi dari
3. Image thickness
perbaikan.
Pengujian ini menggunakan fantom sebagai alat uji, dimana fantom ini
thickness. Hitung setiap garis, lalu bagi jumlah garis yang ada dengan 2.
Hasil pengukuran image thickness harus sama dengan nilai nominal dalam
1.5 mm.
pengujiannya dengan cara menaruh beban yang sama dengan berat rata-
rata pasien. Posisi fantom awal ada pada set yang pertama dari ficudial
marker (pada titik awal pengukuran), indikator posisi meja dijadikan nol
43
setelah itu gerakkan meja ke bagian ke dua dari eksternal ficudial marker.
Catat posisi meja. Jalankan meja sampai bagian paling ujung (diregangkan
pertama dengan posisi baru yang telah dicatat setelah meja diregangkan
sekali.
plate dan flat radiation attenuator (1/8 inci timbal atau 15 cm akrilik).
diatur hingga detektor radiasi eksternal terletak tepat pada isocenter. Scan
untuk detektor radiasi eksternal yang digunakan, karena hal ini menentukan
radiation beam width untuk setiap nilai unik dari total nominal radiation
beam width. Hasil dari pengujian harus dalam nilai 3 mm atau 30% dari
low contrast dari protokol yang digunakan dalam memenuhi syarat untuk
nilai dari low contrast resolution dilakukan dengan dua cara yaitu analisa
visual dan analisa numerik. Analisa visual dilakukan dengan cara, pertama
tentukan hasil citra yang memberikan gambaran low contrast target yang
dengan nilai WW 100 dan WL 100. Catat ukuran dan atau kontras dari
pada gambaran yang mewakili target paling besar, catat mean value dari
hasil ROI tersebut. ROI kedua ditempatkan dekat dengan ROI pertama
tetapi diletakkan pada bagian background (water section), catat mean value
dan standar deviasi dari ROI tersebut. Setalah itu hasil ROI ini dimasukkan
ditandai dengan besarnya niai contrast noise to ratio (CNR) dimana pada
45
kondisi standar nilai CNR pada protokol pemeriksaan kepala dan abdomen
7. Spatial resolution
dengan cara memilih citra hasil scanning dari bagian yang paling tengah.
Windowing diatur dengan window width 100 dan window level 1100.
Selanjutnya tentukan dan catat frekuensi paling tinggi yang terlihat pada
citra.
nilai high contrast spatial resolution dapat diukur dengan dua cara lainnya
point spread function, dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh software dari
menggunakan alat berpola bar (fantom bar pattern) yang mengandung pola
line pair dari frekuensi spatial yang berbeda. Pengukuran kuantitatif ini
MTF.
oleh Tarraf Torfeh, Stephane Beaumont, Jean Pierre Guerdon dan Eloise
setiap pola dari citra cyclic bar pattern. Setelah mendapatkan nilai standar
ke (i), SDpattern(i) adalah standar deviasi nilai piksel dari kelompok pola ke i,
SDROIp(i) dan SDROIp(i) adalah standar deviasi nilai intensitas piksel, MROIp(i)
dan MROIbg(i) adalah nilai mean intensitas piksel dalam ROI yang sama.
8. CT number accuracy
ditunjukkan oleh sistem CT scan dengan akurasi yang dapat diterima dan
Hasil dari scanning fantom ini diukur menggunakan fitur ROI pada setiap
target. ROI yang digunakan mempunyai ukuran 80% dari setiap ukuran
target. Catat nilai mean value hasil ROI tersebut dan bandingkan nilai
sebagai berikut :
Air -7 sampai 7 HU
Sumber : ACR,2012
48
9. Artifact evaluation
artefak pada citra dari sebuah tes fantom sebelum menjadi cukup parah
mengidentifikasi adanya artefak atau tidak ialah mengamati setiap citra dari
ada. Pengujian ini dilakukan dengan frekuensi setiap hari. Berikut adalah
Gambar2.14 Middle ring portion artefak dan central point ring artefak
(ACR,2012)
b. Contoh artefak yang sering muncul hanya pada sebuah uniform phantom
number yang tidak seragam pada citra dari sebuah tes fantom air sebelum
dari fantom air ini akan diukur menggunakan fitur ROI yang berukuran
sekitar 1% dari ukuran area fantom. ROI ini ditempatkan pada bagian
tengah citra fantom air dan pada bagian tepi di arah jarum jam 12, 3, 6, dan
9. Catat nilai mean dari setiap ROI. Hitung besar selisih nilai mean antara
Kriteria nilai normal dari pengujian ini berdsarkan pada nilai selisih
antara nilai mean pada bagian tengah dengan bagian tepi, yang biasanya
11. Dosimetry
untuk menentukan ada atau tidaknya tanda dari “scalloping” atau geometri
dengan cara mengukur pola SMPTE pada bagian tengah dan setiap sudut.
terhadap air masih dalam batas yang dapat diterima dan bahwa quantum
noise serta elektronik noise tidak boleh meningkat. Terlalu banyak noise
menggunakan fitur ROI yang diletakkan di tengah citra fantom. Hasil dari
ROI ini akan menunjukkan nilai mean untuk CT number dan standar deviasi
dengan tidak melebihi dari 0 ± 5 HU. Jika nilai CT number dan noise tidak
52
dalam batas kriteria selama tiga hari berturut-turut atau tiga kali dalam
pada wakil perawatan. Pengujian ini dilakukan dengan frekuensi setiap hari.
14. Wet laser printer dan Dry laser printer quality control
pada film bebas dari artefak dengan tingkat keabuan yang konsisten serta
sesuai dengan citra yang tampak pada console. Pengujian ini dilakukan
densitometer, film dan pola uji SMPTE. Tampilkan pola uji SMPTE dengan
windowing yang telah diatur menurut spesifikasi dari pabrikan lalu diprint.
Setalah diprint, nilai densitas dari pola uji SMPTE dihitung mengggunakan
0 3.00 ±0.15
10 % 2.20 ±0.15
40 % 1.15 ±0.15
90 % 0.30 ±0.15
Sumber : ACR,2012
dengan baik, stabil secara mekanik maupun elektrik. Frekuensi kegiatan ini
53
dilakukan setiap hari. Kegiatan ini dilakuakan hanya secara visual dengan
sebuah tabel.