Anda di halaman 1dari 29

Nama:Muhammad ilham

NIM: 1913015
CT-Scan

CT-Scan (Computed Tomography Scanner) adalah suatuprosedur yang

digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang

tengkorak dan otak.

Computed Tomography atau CT-Scan adalah salah satu modalitas dalam

radiodiagnostik yang menggunakan sinar-X.Pada awalnya penggunaan sinar-

X ialah untuk melihat struktur dari tubuh manusia bagian dalam tanpa

melakukan operasi atau pembedahan.Namun, pada radiodiagnostik

konvensional, sinar-X juga memiliki keterbatasan, yaitu gambar yang

dihasilkan merupakan superposisi (overlap) dari obyek yang diamati dan juga

tidak dapat menggambarkan jaringan lunak.


Gambar 2.3 Pesawat CT Scan (Computed Tomography History and Technology,

2006)

Pencitraan dengan menggunakan CT-Scan memiliki teknik pencitraan

yang sangat berbeda dengan teknik pencitraan radiologi konvensional.Pasa

CT-Scan digunakan komputer dalam pencitraan yang jauh lebih canggih

daripada radiodoagnostik konvensional.Computed Tomography atau CT-Scan

merupakan sebuah proses radiologi untuk menghasilkan gambaran dari

potongan melintang (trans-axial) tubuh pasien. Peralatan digital CT-Scan

mampu menghasilkan gambaran digital dan gambar irisan yang

mempresentasikan volume atau informasi 3 dimensi.Namun, pada CT-Scan

pun masih tampak gambaran yang tidak diinginkan yang tidak ada

hubungannya dengan obyek yang diperiksa sehingga dapat mengganggu

pendiagnosaan. Bahkan untuk beberapa level tertentu menyebabkan hasil

pencitraan tidak dapat didiagnosa sama sekali. Gambaran pengganggu disebut

dengan istilah artefak atau gambaran yang tidak diinginkan dan sangat

mengganggu yang tidak ada hubungannya dengan penyakit dari obyek yang

diperiksa.

2.2.1 Perkembangan CT Scan

CT-Scan atau (Computed Tomography Scanner) telah memiliki banyak

generasi sebagai bentuk perkembangannya. Diawali dengan generasi pertama,


yaitu yang hanya memiliki satu detector dan menggunakan berkas pencil

beam, sampai saat ini sudah menggunakan Multy SliceDetector (MSCT).

1. Generasi I

Pesawat CT-Scan pertama kali dirancang bangun pada tahun 1971

atas dasar tindak lanjut ide teori Dr. Hounsfield dengan prinsip kerja

pesawat teknik tomografi.Dimana lingkup kerja pesawat CT-Scan hanya

terbatas pada pengambilan gambar-gambar diagnosa kepala secara

scanner, sehingga pesawat CT-Scan waktu itu disebut CT-Head Scanner.

Ciri-ciri CT-Scan generasi pertama diantaranya:

a. X-ray tube yang digunakan masih menghasilkan pencil beam.

b. Detector yang digunakan singledetector untuk mendapatkan gambaran

per-slicenya.

c. Pixel yang dihasilkan dalam bentuk pixel recon matrix memiliki

ukuran 80 x 80 pixel recon matrix, 13 mm slice thickness 33 mA, 120

KV.

d. Scanning time yang bisa dilakukan pesawat adalah 4 s/d 5 menit.

e. Kerja x-ray tube secara continous radiation.

f. Proyeksi gambar scanning secara paralel untuk tiap kali rotasi.

g. Prinsip kerja pesawat menggunakan prinsip kerja teknik tomografi

h. Secara translation dan rotation yang bergantian dan berlainan arah

antara x-ray tube dengan detector.


i. Perintis : EMI, London, 1977

j. X-ray : Pencil beam

k. Gerakan : Translate – rotate

l. Detektor : Single detector

m. Rotasi : 180 derajat

n. Waktu : 4,5 – 5,5 menit / scan slice

o. App : Head scanner

Gambar 2.4 Pergerakan Tabung dan Detektor Generasi I

(Computed Tomgraphy History and Technology, 2006)

2. Generasi II

CT-Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975, dimana pesawat

CT-Scan II merupakan evolution CT-Scan generasi pertama, pada pesawat

CT-Scan II mempunyai fasilitas komponen yang lebih lengkap, terutama


dalam pemakaian komponen detector. Pada CT-Scan II, sistem detector

yang dipakai adalah multidetector, sehingga sensitifitas pesawat tersebut

terhadap berkas radiasi x-ray yang terpancar dari sumber sinar-x lebih

tinggi jika dibandingkan dengan pesawat CT-Scan yang menggunakan

single detector. CT-Scan generasi kedua juga memiliki ciri-ciri khusus

diantaranya:

a. X-ray tube yang digunakan dapat menghasilkan fan beam.

b. Banyaknya detector yang dipakai biasanya lebih dari 30 detector.

c. Lama waktuScanning ± 20 s/d 90 second.

d. Menghasilkan x-ray secara continous radiation

e. Sudah bisa digunakan untuk scan hampir seluruh tubuh.

Gambar 2.5 Pergerakan Tabung dan Detektor Pada Generasi II(Computed

Tomography History and Technology, 2006)


3. Geneasi III

Berdasarkan hasil rekontruksi gambaran diagnosa yang dihasilkan,

CT-Scan III mampu menampilkan tampilan gambaran diagnostik suatu

objek dengan kemampuan resolusi yang lebih baik daripada gambaran

diagnostik yang dihasilkan pada generasi CT-Scan sebelumnya.CT-Scan

III muncul sekitar tahun 1977 setelah CT-Scan II muncul.Kemunculan

pesawat CT-Scan III merupakan imbas dari kemajuan teknologi komputer

dalam merekontruksi gambar-gambar medik dengan resolusi citra yang

baik.Hal ini ditandai dengan semakin kompleksnya sistem pesawat pada

CT-Scan III.Sehingga pencitraan medik pada gambaran diagnostik tampak

lebih sempurna.CT-Scan III mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut:

a. Sinar-x yang dihasilkan oleh x-ray tube adalah fan beam geometri.

b. Detector yang digunakan sebagai pendeteksi sinyal radiasi x-ray lebih

banyak daripada CT-Scan I dan II, yakni jumlahnya sebanyak 380 s/d

768 element.

c. Dapat menghasilkan sinar-x yang bersifat pulsed radiation atau

continous radiation (tergantung dari rancangan pesawat tersebut).

d. Sistem pergerakkan kerja rotanx dan detector tidak secara linier,

melainkan secara rotasi dengan kecepatan tinggi (high speed).

e. Exposure time yang relatif cepat ± 500 ms (Somatom Plus 4, Siemens)

s/d 1,4second (Somatom DR Siemens).

f. Dapat digunakan untuk mendiagnosa seluruh tubuh


Gambar 2.6 Pergerakan Tabung dan Detektor Generasi III

(Computed Tomography History and Technology, 2006)

4. Generasi IV

Pesawat CT-Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah

munulnya CT-Scan III.Pesawat CT-Scan IV merupakan suatu modifikasi

dari CT-Scan III. Karena semua cara kerja yang diaplikasikan pada

pesawat CT-Scan IV adalah dasar prinsip kerja pesawat CT-Scan III.

Meskipun berdasarkan kedetailan penyampaian informasi secara digital,

CT-Scan IV sedikit lebih akurat daripada CT-Scan III.Hal ini disebabkan

karena pada CT-Scan IV dimodifikasi dengan stationary detector.

a. X-ray : Wide fan beam

b. Gerakan : Stationary-rotate system

c. Detektor : Multi detector (424-2400) Slip ring detector


d. Rotasi : 360 derajat

e. Waktu : <10 detik / scan slice

f. App : Whole body scanner

CT Scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin yang

dinamakan ring. Sehingga hanya tabungnya saja yang berputar 360

derajat dan detektornya statis (diam).Waktu yang diperlukan untuk satu

kali scanning selama 1 – 5 s

Gambar 2.7 Pergerakan Tabung dan Detektor Generasi IV (Computed

Tomography History and Technology)

5. Generasi V

CT-Scan V muncul tidak layaknya seperti CT-Scan generasi

sebelumnya. Pada CT-Scan generasi I, II, III, dan IV hadir dengan prinsip

aplikasi fungsional dan peranan x-ray sebagai media pembentuk gambaran


diagnostik. Akan tetapi, pesawat CT-Scan V muncul tanpa menggunakan

peranan x-ray sebagai media untuk menampilkan tampilan diagnosa.

Pada Electron Beam Technique tidak menggunakan tabung sinar-x,

tapi menggunakan electron gun yang memproduksi pancaran electron

berkekuatan 130 KV. Pancaran electron difokuskan oleh electro-magnetic

coil menuju fokal spot pada ring tungsten. Proses penumbukkan electron

pada tungsten menghasilkan energy sinar-x. Sinar-x akan keluar melewati

kolimator yang membentuknya menjadi pancaran fan beam. Kemudian

sinar-x akan mengenai obyek dan hasil atenuasinya akan mengenai solid

state detector dan selanjutnya prosesnya sama dengan prinsip kerja CT-

Scan yang lain. Perbedaannya hanya pada pembangkit sinar-x nya bukan

menggunakan tabung sinar-x tetapi menggunakan electron gun.


Gambar 2.8Pergerakan Tabung dan Detektor Generasi V (Computed

Tomography History and Technology, 2006)

6. Generasi VI (Spiral / Helical CT)

Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-

x berputar, sehingga gerakan tabung sinar-x membentuk pola spiral

terhadap pasien ketika dilakukan akuisisi data. Pola spiral ini diterapkan

pada konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat.

Pengembangan dari generasi III dan IV.

a. X-ray : Wide fan beam

b. Gerakan : Stationary-rotate system

c. scanning (spiral CT)

d. Detektor : Multi detector (424-2400)

e. slip ring detector

f. Rotasi : 360 derajat

g. Waktu : <10 detik / scan slice

h. App : Whole body scanner (multi slice, 3D, 4D)


Gambar 2.9 Pergerakan Tabung dan Detektor Generasi VI (Computed

Tomography History and Technology, 2006)

7. Generasi VII

Dengan menggunakan multi array detector, maka apabila kolimator

dibuka lebih lebar maka akan dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak

dan juga diperoleh irisan yang lebih tebal sehingga penggunaan energy

sinar-x menjadi lebih efisien.


Gambar 2.10 Pergerakan Tabung dan Detektor Generasi VII

(Computed Tomography History and Technology, 2006)

Dari seluruh perkembangan CT-Scan dapat disimpulkan beberapa

indikasi perkembangan CT,yaitu :

1. Makin cepat scanning time nya

2. Makin compact / ringkas komponennya

3. Makin cepat scanning timenya

4. Makin halus resolusinya

5. Makin banyak slice nya

6. Makin luas dimensinya

7. Makin banyak manfaatnya

8. Generasi VIII

Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-x dan

terhubung pada dua buah detector.Masing-masing tabung sinar-x

menggunakan tegangan yang berbeda.Yang satu menggunakan tegangan

tinggi (biasanya sekitar 140 KV) dan tabung yang lainnya menggunakan

tegangan rendah (sekitar 80 KV).DSCT berguna untuk menentukan jenis

bahan atau zat.


Gambar 2.11 Pergerakan Tabung dan Detektor Generasi VIII (Computed

Tomography History and Technology, 2006)

2.2.2 Prinsip Dasar CT-Scan

Prinsip dasar CT-scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih

umum dikenal.Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas

radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra atau

gambaran.Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan

untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra

yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh

CT-scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapatmemperoleh citra yang

dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada

foto rontgen), citra CT-scan dapat menampilkan informasi tampang lintang

obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan kerapatan

struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT-scan lebih
mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi

konvensional. (Computed Tomography History and tecnology, 2006)

CT-Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan

komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk

memperoleh gambaran panampang lintang dari badan. Pasien dibaringkan

diatas suatu meja khusus yang secara perlahan-lahan dipindahkan ke dalam

cincin CT-Scan.Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan

sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini

selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan

yang digunakan (waktu ini termasuk waktu check-in nya).

Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit.Sebelum dilakukan

scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan

tertentu selama pemeriksaan berlangsung. Bagaimanapun, tergantung pada

jenis prosedur, adapula prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk

meminum suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk

melakukan proses scanning khususnya untuk daerah perut. (Computed

Tomography History and tecnology, 2006)

2.2.3 Komponen Dasar Pesawat CT-Scan

1. Meja Pemeriksaan

Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk

dilakukannya pemeriksaan CT-Scan.Bentuknya kurva dan terbuat dari


Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja

pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice (slice thickness). Meja

pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan

dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan

tombol yang melambangkan maju, mundur, naik, san turun yang terdapat

pada gantry. (Computed Tomography History and tecnology, 2006)

2. Gantry

Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya

terdapat tabung sinar-x, filter, detektor, DAS (Data Acquisition System)

serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry juga dilengkapi dengan

indikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian meja

pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry.

Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan

detektor yang letaknya selalu berhadapan didalam gantryakan berputar

mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.

a. Tabung sinar-x

1) Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X

2) Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 Kv

3) Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm

4) Tahan terhadap goncangan.


b. Kolimator

Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator

yaitu:

1) Kolimator pada tabung sinar-x

Fungsinya untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas

luas lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra

dengan adanya focal spot kecil.

2) Kolimator pada detektor

Fungsinya untuk pengarah radiasi menuju ke detektor,

pengontrol radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan

(slice thickness).

c. Detector dan DAS (Data Acqusition system)

Setelah sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh

detector yang selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh

DAS. Adapun fungsi detector dan DAS secara garis besar adalah

untuk menangkap sinar-x yang telah menembus objek, mengubah

sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya

tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal electron, lalu kemudian

menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal

electron tersebut kedalam bentuk data digital.

3. Komputer
Merupakan pengendali dari semua instrument pada CT-Scan.

Berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau

pengolahan data, menampilkan (display) gambar serta untuk menganalisa

gambar. Adapun elemen-elemen pada komputer adalah sebagai berikut:

a. Input Device

Adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar kedalam

bahasa computer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi.

b. CPU (Central Procesing Unit)

Merupakan pusat pengolahan dan pengelolaan dari keseluruhan

system komputer yang sedang bekerja, terdiri atas:

1) ALU ( Arithmetic Logic Unit )

Berfungsi untuk melaksanakan proses berupa arithmetic

operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian, serta

perkalian.

2) Control Unit

Berfungsi untuk mengontrol keseluruhan sistem komputer

dalam melakukan pengolahan data.

3) Memory Unit

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun instruksi

yang sedang dikerjakan.

c. Output Device
Digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi

sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang

mengoperasikannya.

d. Layar TV Monitor

Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek

yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program

yang diberikan.

e. Image Recording

Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari komputer

ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar.

Penyimpanan yang digunakan:

1) Magnetik Disk

Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau

gambaran, apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses.

Magnetic disk dapat menyimpan dan mengirim data dengan cepat,

bentuknya berupa piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic.

2) Floppy Disk

Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari

magnetic disk, bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur.Floppy

disk mudah dibawa dan disimpan.Kapaasitasnya relatif kecil

(sekarang sudah tidak digunakan lagi).

3) Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian

system secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil

gambaran sesuai dengan kebutuhan.

4) Multiformat Kamera

Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film.

Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar

tergantung jenis pesawat CT-Scan dan film yang digunakan.

2.3 Prinsip Kerja

Gambar 2.12 Prinsip Kerja CT-Scan (http://en.wikipedia.org/wiki/X-ray computed

tomography)

Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang

berkas sinarnya dibatasi oleh kolimator, sinar x tersebut menembus tubuh

dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor

akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan


detektorakan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik,

dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog.

Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam

berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi

besaran digital oleh ADC (Analog to Digital Converter) yang kemudian

dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image

Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar

monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan

Multi Imager atau Laser Imager.

Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami

pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang

dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses

interaksi radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas

terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang

dipancarkan. Dalam CT-scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas

radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek

dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk

kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian

diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu

metode yang disebut sebagai rekonstruksi. (Computed Tomography

History and tecnology, 2006)


2.3.1 Pemrosesan Data

Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray

didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga

dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.13 Collimator dan Detektor

((http://en.wikipedia.org/wiki/X-ray computed tomography)

Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi

menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam

bentuk sinyal melaui proses berikut :


Gambar 2.14 Proses Pembentukkan Citra (http://en.wikipedia.org/wiki/X-

ray computed tomography)

Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi

dikonversi ke bentuk digital menggunakan ADC agar sinyal digital ini

dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya.

Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak

ke film. (Computed Tomography History and tecnology, 2006)

2.3.2 Parameter CT Scan

Dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan

eksposi dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah:

1) Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek

yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1mm-10mm sesuai


dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan

gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis

akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi maka

akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise. (Bontrager,

2001).

2) Range

Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.

Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang

berbeda pada satu lapangan pemeriksaan. (Bontrager, 2001).

3) Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu

eksposi (s).Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis

pada tiap-tiap pemeriksaan.(Bontrager, 2001).

4) Field of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan

direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang

12 cm - 50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena

FOV yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam

rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV

lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis

menjadi sulit untuk dideteksi.(Bontrager, 2001).


5) Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal

dengan gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan

antara -25 sampai +25 derajat.Penyudutan gantry bertujuan untuk

keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang

dihadapi.Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi

terhadap organ-organ yang sensitif.(Bontrager, 2001).

6) Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari

pictureelement (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar.

Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam

memori komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi gambar.Pada

umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512

baris dan 512 kolom.Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap

resolusi gambar.Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin

tinggi resolusinya.(Bontrager, 2001).

7) Tulang, soft tissue, dan Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar.Penampakan dan

karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung pada kuatnya

algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi algorithma yang

dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan dihasilkan.


Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti jaringan-jarringan

lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor

8) Window Widh

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi

menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer

menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksimatriks dan

algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang

dikenal dengan nama nilai computed Tomography. Nilai ini mempunyai

satuan Hu (Hounsfield Unit).

Tipe Jaringan Nilai (CT HU) Penampakan


Tulang + 1000 Putih

Otot + 50 Abu-abu

Materi putih + 45 Abu-abu menyala

Materi abu-abu + 40 Abu-abu

Darah + 20 Abu-abu

Cerebro spinalfluids + 15 Abu-abu

Air 0

Lemak - 100 Abu-abu gelap kehitam

Paru - 200 Abu-abu gelap kehitam

Udara - 1000 Hitam


Tabel 2.1 nilai CT pada jaringan yang berbeda dan penampakannya dalam
layar monitor (Bontrager, 2001)
2.3.3 Aplikasi CT-Scan

CT-Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan

suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara

bersamaan.CT-Scanner dapat digunakan untuk mendiagnosa permasalahan

berbeda seperti:

1. Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)

2. Pendarahan di dalam otak (cerebral vascular accident)

3. Fraktur

4. Inflamed appendix

2.3.4 Kualitas Image pada CT-Scan

Citra (image) adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari

suatu obyek atau benda.Citra dikelompokkan menjadi dua yaitu citra tampak

dan citra tak tampak. Citra tampak misalnya foto, lukisan dan apa yang

nampak di monitor atau televisi. Sedangakn citra tak tampak misalnya

gambar atau file (citra digital). Untuk dapat dilihat oleh manusia, citra tak

tampak ini harus diubah menjadi citra tampak misalnya dengan

menampilkannya di monitor, dicetak dimedia kertas dan lain-lain.

Dari jenis citra tersebut hanya citra digtal yang dapat diolah oleh

komputer. Jenis citra lain jika ingin diolah dalam komputer harus diubah

dalam bentuk citra digital. Misalnya organ kepala yang dipindai dengan CT-
Scan.Kegiatan untuk mengubah informasi citra fisik non digital menjadi

digital disebut sebagai pencitraan (imaging).Citra CT-Scan adalah tampilan

digital dari crossectional tubuh dan berupa matriks yang terdiri dari pixel-

pixel, atau tersusun dari nilai pixel yang berlainan.

Komponen yang mempengaruhi kualitas gambar CT-Scan adalah

spatial resolution, contras resolution, noise dan artefak. (Computed

Tomography History and tecnology, 2006)

a. Spatial Resolusi

Spatial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek

/ organ yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar

belakang yang sama. Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat

membedakan obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda

pada latar belakang yang sama. Dipengaruhi oleh factor geometri,

rekontruksi alogaritma, ukuran matriks, magnifikasi, dan FOV (Field

Of View).

b. Kontras Resolusi

Kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau

menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil

dan dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees, FOV dan filter

kernel (reconstruksi algorithma).

c. Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT-number pada

jaringan atau materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa

faktor antara lain mAs, scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan

algorithma Sebagai contoh adalah air memiliki CT-Number 0, semakin

tinggi standar deviasi nilai CT-number pada pengukuran titik-titik air

berarti noisenya tinggi. Noise ini akan mempengaruhi kontras resolusi,

semakin tinggi noise, maka kontras resolusi akan menurun. Faktor-

faktor yang menyebabkan noise adalah:

1) Faktor Eksposi

Semakin besar faktor eksposi akan menurunkan noise. Salah satu

parameter yang mempengaruhi CT number adalah pemilihan

tegangan tabung sinar-X / kV. Pengaturan tegangan sinar-X

menentukan jumlah energi foton sinar-X.CT number akan

mengalami kenaikan seiring dengan penurunan tegangan tabung

sinar-X. Hal ini akan berpengaruh pada image quality dan level of

noise. Jika energi (kV) meningkat, maka dosis radiasi yang

diterima meningkat tapi noise semakin menurun.

2) Ukuran Pixel

Dipengaruhi oleh FOV dan ukuran matriks. Semakin besar

ukuran pixel, noise semakin berkurang, akan tetapi resolusispatial

menurun. Jika ukuran pixel semakin lebar, maka noise dalam

resolusi spasial akan semakin menurun.


3) Slice Thickness

Semakin besar slice thickness noiseakan berkurang. Jika slice

thickness semakin meningkat, maka noise dan resolusi spasial akan

semakin menurun.

4) Algoritma

Penambahan prosedur algoritma sesuai kebutuhan dapat

meningkatkan image noise, peningkatanimage noise dapat

menurunkan resolusi kontras.

d. Artefak

Secara umum artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya

sesuatu dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang

diperiksa. Dalam CT-Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan /

perbedaan antara rekonstruksi CT number dalam gambar dengan

koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang diperiksa.

Anda mungkin juga menyukai