Anda di halaman 1dari 61

Implementasi Keselamatan

Kesehatan Kerja, RTW, KK PAK


Program Jaminan Kecelakaan Kerja
MONEV PELAYANAN PLKK SE PROV NTB & NTT
Kupang, 25, Oktober 2018
SEKILAS BPJS KETENAGAKERJAAN
Mengenal BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan)

Dasar Hukum :  Undang-Undang SJSN No. 40/2004


 Undang-Undang BPJS No. 24/2011
 Peraturan Pemerintah No. 44 /2015
 Peraturan Pemerintah No. 45/2015
 Peraturan Pemerintah No. 46/2015
Status : Badan Hukum Publik
Jenis Organisasi : Institusi Jaminan Sosial
Sistem Koordinasi : Presiden Republik Indonesia
Pelaporan
Mandat : Memberikan perlindungan dasar
kepada seluruh pekerja :
 Jaminan Hari Tua (JHT)
 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
 Jaminan Kematian (JKm)
 Jaminan Pensiun (JP)

Dipresentasikan pada Kegiatan Pertemuan Perdosri - Wilayah Jawa Tengah - DIY


3
Ungaran, 14 April 2018.
Program BPJS Ketenagakerjaan

4
IMPLEMENTASI KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Dasar Hukum K3

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan


kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas

Peraturan Pelaksanaan

PP no 44 tahun 2015;
Peraturan Khusus Permenaker 10/2016
PERMEN 05/2018

6
JAMINAN KECELAKAAN KERJA

Awareness /
Implementasi K3

Mencegah Menghindari
potensi potensi terjadi
Kecelakaan Kerja PAK/PAHK
IMPLEMENTASI K3

Workshop Health Risk Assesment


di beberapa wilayah selama tahun 2017-2018

Sosialisasi K3 secara berkala


baik ke internal maupun eksternal

Peningkatan kompetensi
sertifikasi Ahli K3
IMPLEMENTASI K3

Pertemuan Rutin Dengan Stakeholder


terkait Perduli K3 , Implementasi RTW dan
kepedulian pada KK PAK

Apresiasi kepada Pemberi Kerja


yang menerapkan Keselamatan Kesehatan
Kerja dengan Zerro Accident BPJS
Ketenagakerjaan Award setiap tahun.
Kegiatan Terkait K3
Workshop HRA dan Kunjungan Lapangan ke
Perusahaan
FGD Implementasi K3 Melalui
Promotif Preventif
(Bersama Para Akademisi, Praktisi K3 dan Lembaga Terkait)
Sertifikasi Ahli K3
Dalam Memperkuat Pemahaman dan Implementasi K3
Implementasi JKK RTW
“Return to Work” / Kembali Bekerja

BPJS KETENAGAKERJAAN
Regulasi Pelaksanaan
Program Kembali Kerja (Return to Work)
BPJS Ketenagakerjaan

UU Peraturan Pemerintah

Pasal 49 Setiap penyandang cacat berhak memperoleh


UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Peraturan Pemerintah No. pekerjaan dan penghidupan yang layak dan kesamaan
Ketenagakerjaan
44 Tahun 2015 kesempatan mendapatkan pekerjaan.
Tentang Penyelenggaraan
UU No. 40 tahun 2004 tentang
Progam Jaminan Kecelakaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional
Kerja (JKK) & Jaminan Kematian Perusahaan swasta memberikan kesempatan yang
(JKM) sama di perusahaannya.

Pengusaha dilarang melakukan PHK untuk kasus


pekerja/buruh dalam keadaan cacat total tetap, sakit
akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan
Sejak
Permenaker kerja yang menurut surat keterangan dokter yang
jangka waktu penyembuhannya belum dapat
1 Juli 2015
dipastikan.

Permenaker No 10 Tahun 2016 Pengusaha yang mempekerjakan penyandang cacat


Pemberian Program Kembali wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis
Kerja serta Kegiatan Promotif dan derajat kecacatannya
dan Preventif dan Penyakit
Akibat Kerja Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan
yang sama, termasuk penyandang cacat.

14
Manfaat Program JKK
BPJS Ketenagakerjaan

Dipresentasikan pada Kegiatan High Level Meeting “Presentasi Asessmen Kapasitas Panti Sosial dan Optimalisasi Terhadap Akses Pasar Kerja Bagi
Penyandang Disabilitas (Studi di 6 UPT Disabilitas Kemensos RI)”, Yogyakarta, 31 Oktober 2017.
Peningkatan Manfaat Program JKK
BPJS Ketenagakerjaan

Dipresentasikan pada Kegiatan High Level Meeting “Presentasi Asessmen Kapasitas Panti Sosial dan Optimalisasi Terhadap Akses Pasar Kerja Bagi
Penyandang Disabilitas (Studi di 6 UPT Disabilitas Kemensos RI)”, Yogyakarta, 31 Oktober 2017. 16
Manfaat Program JKK
BPJS Ketenagakerjaan

Beasiswa Pendidikan Anak

Bagi setiap peserta yang meninggal dunia atau


cacat total tetap akibat kecelakaan kerja sebesar
Rp 12 juta, untuk 1 (satu) orang anak

Return to Work
Rangkaian tata laksana penanganan kasus Kecelakaan Kerja
maupun Penyakit Akibat Kerja melalui :
• pelayanan kesehatan,
• rehabilitasi dan
• pelatihan agar pekerja dapat kembali kerja.

Dipresentasikan pada Kegiatan High Level Meeting “Presentasi Asessmen Kapasitas Panti Sosial dan Optimalisasi Terhadap Akses Pasar Kerja Bagi
Penyandang Disabilitas (Studi di 6 UPT Disabilitas Kemensos RI)”, Yogyakarta, 31 Oktober 2017.
Perubahan Paradigma Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja
Peningkatan Manfaat Program JKK Untuk Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 pada tanggal 1 Juli 2015

promotion
Rehabilitation
+ Perawatan
dan Pengobatan
Rehabilitasi Orthose dan
Protose
+ Program
Kembali Kerja
Pengobatan, perawatan dan rehabilitasi medis diberikan sampai sembuh tanpa
batasan biaya sesuai kebutuhan medis di RS Pemerintah Kelas 1.
Pemberian Beasiswa bagi anak peserta yang mengalami cacat total atau meninggal dunia akibat
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

18
Alur Proses Program Kembali Kerja
Definisi
Kembali Kerja (Return to Work)

Return to Work
Rangkaian tata laksana penanganan kasus
Kecelakaan Kerja
maupun Penyakit Akibat Kerja melalui :
• pelayanan kesehatan,
• rehabilitasi dan
• pelatihan agar pekerja dapat kembali kerja

https://www.vantagemobility.com/wp-
content/uploads/VMI_famous_people_with_disabilities.jpg

20
Peserta Program Kembali Kerja (Return to Work)
BPJS Ketenagakerjaan

1• Terdaftar sebagai Peserta BPJS Ketenagakerjaan dalam Program JKK

• Pemberi Kerja tertib membayar iuran


2
• Mengalami Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja yang
mengakibatkan kecacatan
3
• Tidak menunggak iuran/membayar iuran bulan berjalan

4• Adanya rekomendasi dokter penasehat bahwa pekerja perlu


difasilitasi dalam Program Kembali Kerja

5• Pemberi kerja dan Pekerja bersedia menandatangani surat


persetujuan mengikuti Program Kembali Kerja

Dasar Hukum:
Pasal 5 Permenaker No 10 Tahun 2016 tentang Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Preventif dan Penyakit
Akibat Kerja

21
Pendampingan Pasien JKK RTW
,Tn N , Didampingi Case Manager

22
Sosialisasi Return to Work
Pada Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Kendala Dalam Implementasi
Program Kembali Kerja / Return to Work

• Pada Pasal 49 Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015


“Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) & Jaminan Kematian (JKM)”
Kendala :
cakupan implementasi kembali bekerja dapat
diperluas untuk dilakukan pada peserta BPU
• Pada Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 Bab IV
bagian 1 tentang Manfaat Jaminan,Paragraf 1 Jaminan
Kecelakaan Kerja,
Kendala :
disebutkan alat kesehatan dan implan sesuai medis
sebaiknya pengembalian fungsi kembali bekerja
PENCAPAIAN PROGRAM RETURN TO WORK
BPJS KETENAGAKERJAAN

Program Return to Work BPJS Ketenagakerjaan


telah mendapatkan apresiasi bukan hanya dari
internal (dalam negeri) namun juga pengakuan
Internasional, yaitu dari International Social
Security Association (ISSA), November 2015
yaitu The new initiatives approach to start the
Return-to-Work Programme meskipun baru satu
tahun berjalan

Atas beberapa progress pencapaian yang luar


biasa berkat dukungan dan kinerja Manajer
Kasus, BPJS Ketenagakerjaan diminta untuk
terlibat dalam penelitian berskala internasional
oleh ISSA terkait Implementasi Program RTW
serta dampaknya (study of calculating an
international factor for return on work
reintegration)
Best Practices Return to Work
No Skema Jerman Korea Malaysia BPJS
Ketenagakerjaa
n
1 Santunan/Kompensasi √ √ √ √

2 Pengobatan dan Perawatan √ √ √ √


Sampai sembuh Sampai sembuh Sampai sembuh Sampai sembuh
3 Prothesa/Orthesa √ √ √ √
(Alat Bantu organ tubuh – Tangan/Kaki) (Fasilitas sendiri) (Kerjasama)
4 Rehabilitasi Fisik dan Mental √ √ √ √
5 Metode pendekatan pelayanan Sampai ke kebutuhan Pelayanan terkait dengan Pelayanan terkait dengan Pelayanan terkait dengan
Individual/keluarga hubungan kerja hubungan kerja hubungan kerja
6 Promotif dan Preventif √ √ √ √
Dikelola oleh lembaga Dikelola oleh lembaga Dikelola oleh lembaga
pemerintah lain pemerintah lain Kementerian
7 Vocational training/Pelatihan √ √ √ √
Kerja
(Pelatihan Kerja untuk Posisi pekerjaan
baru sesuai kemampuan yang baru)
8 Job Placement √ √ √ √
Dikelola oleh Kem. Dikelola sendiri Dikelola sendiri Bekerjasama dengan
Tenaga Kerja Perusahaan
9 Rumah Sakit Trauma Center RS Pemerintah Fasilitas sendiri RS Pemerintah Fasilitas sendiri
RS Pemerintah/Swasta RS Pemerintah/Swasta
10 Fasilitas Rehabilitasi Center Dikelola oleh Fasilitas sendiri Fasilitas sendiri Dikelola oleh pemerintah
pemerintah dan swasta
12 Job Training Center Dikelola oleh lembaga Fasilitas sendiri Fasilitas sendiri Dikelola oleh pemerintah
pemerintah
Dipresentasikan pada Kegiatan High Level Meeting “Presentasi Asessmen Kapasitas Panti Sosial dan Optimalisasi Terhadap Akses dan swasta
Pasar Kerja Bagi Penyandang Disabilitas (Studi di 6 UPT Disabilitas Kemensos RI)”, Yogyakarta, 31 Oktober 2017.
13 Case Manager √ √ √ √ 26
Tantangan dan Solusi

Project Name - Topic – June 19 27


PENYAKIT AKIBAT KERJA
“OCCUPATIONAL DISEASES”
Regulasi Penyakit Akibat Kerja
UU Permenaker
Permenkes
UU No. 1 Tahun 1970
UU No. 3 Tahun 1992 Permenakerttrans No.01 tahun 1981
Pelaporan Kasus PAK

Permenaker No 01 Tahun 2016


PP Penyelenggaraan Program JKM, JKM dan JHT
bagi peserta BPU
PP 44 Tahun 2015
Permenaker No 28 Tahun 2015 Peraturan Mentri Kesehatan
Tentang Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian No. 56 Tahun 2014
Penyelenggaraan Dokter Penasehat Tentang Penyelenggaraan
Progam Jaminan Penyakit Akibat Kerja
Permenaker No 10 Tahun 2016
Kecelakaan Kerja (JKK) Program Return to Work, Promotif dan
& Jaminan Kematian Preventif dan Penyakit Akibat Kerja
(JKM)
Permenaker No 11 Tahun 2016 Pelayanan
Kesehatan dan Besaran Tarif dalam
Penyelenggaraan Program JKK
Kepres Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Kepres No. 22 Tahun Transmigrasi No. PER.01/MEN/1981
Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
1993 Penyakit Yang Kerja
Timbul Karena
Hubungan Kerja Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. PER.25/MEN/XII/2008
Tentang Pedomanan dan Penilaian Cacat
Karena Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja

29
PENYAKIT AKIBAT KERJA – ILO CLASSIFICATION

Occupational disease (PAK) :


Penyakit yang disebabkan karena pekerjaannya /
lingkungan kerja.
Misal : keracunan Pb, asbestosis

Work related disease (penyakit terkait kerja)


Penyakit terkait dengan pekerjaan, namun
bukan akibat karena pekerjaan.
Misal : asma, TBC, hipertensi

General disease (penyakit umum)


Penyakit yang mengenai pada masyarakat umum (general
disease).
Misal : influenza, sakit kepala

30
DIANOSIS “PAK” MASIH
RENDAH

Tak terdiagnosis :
tidak tahu/bisa diagnosis PAK
data pendukung tidak ada

Tak dilaporkan :
tidak memahami ketentuan
kebijakan perusahaan
dilaporkan sebagai penyakit umum
DIANOSIS “PAK” MASIH
RENDAH

Data Kesehatan Pekerja tidak tercatat

Monitoring lingkungan kerja tidak dilakukan


Pihak Pemberi Kerja atau dilakukan tapi tidak sesuai
dengan faktor lingkungan kerja
Penyakit Akibat Kerja BPJS
Ketenagakerjaan

Dasar regulasi sebagai pedoman BPJS Ketenagakerjaan dalam penyelenggaraan


Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja antara lain ;
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
Bab V :
– Pasal 43 ayat (1) Pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib melaporkan Kecelakaan Kerja atau
penyakit akibat kerja yang menimpa pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
– Pasal 43 ayat (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan laporan tahap I yang
disampaikan dalam jangka waktu paling lama 2 x 24 jam sejak terjadi Kecelakaan Kerja atau sejak
didiagnosis penyakit akibat kerja dengan formulir Kecelakaan Kerja tahap I yang telah ditetapkan.

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang


Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
Bagian Ketiga :
– Pasal 48 Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan apabila penyakit akibat kerja
timbul dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja berakhir.

33
Ketentuan Bagi Peserta Penerima Upah
dan Bukan Penerima Upah
Tidak Ada Perbedaan dalam Perlakuan Terhadap PAK

• Bagi Peserta Penerima Upah


– Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2015 Bab I Pasal 1 ayat (10)
• Bagi Peserta Bukan Penerima Upah
– Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
01 Tahun 2016 pada Bab VII Pasal 16

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang diakibatkan oleh


pekerjaan dan/atau lingkungan kerja”.

34
Simplyfikasi Persyaratan Dokumen
Pengajuan Dugaan PAK
PENYAKIT AKIBAT KERJA
1. Mewakili Kondisi Kesehatan 2. Mewakili Kondisi Riwayat 3. Rekomendasi/Penguat
Pekerja Lingkungan Pekerja kesimpulan
• Data hasil pemeriksaan • Data hasil pengujian • Analisis hasil pemeriksaan
kesehatan awal (sebelum lingkungan kerja oleh lapangan oleh Pengawas
pekerjaan di lembaga pengujian Ketenagakerjaan, atau
perusahaan/pemberi kerja), lingkungan kerja baik milik
atau pemerintah maupun swasta, • Keterangan ahli dari dokter
atau yang memiliki kompetensi
• Data hasil pemeriksaan dan/atau sertifikasi terkait
kesehatan berkala • Riwayat pekerjaan pekerja, penyakit akibat kerja;
(pemeriksaan yang atau dan/atau
dilakukan secara periodik
selama pekerja bekerja di • Pertimbangan medis dokter
perusahaan/pemberi kerja, penasehat berdasarkan
atau permintaan pegawai
pengawas ketenagakerjaan.
• Riwayat kesehatan pekerja
(medical record), atau
Sejak tahun 2016:
• Data hasil pemeriksaan Minimal 1 (satu) dokumen dari setiap kategori kelompok ,
khusus (pemeriksaan
terakhir yang dilakukan artinya minimal ada 3 (tiga) dokumen pendukung.
pada saat pekerja sakit) Untuk mempermudah proses pengajuan kasus penyakit
akibat kerja

35
7 (TUJUH) LANGKAH MENEGAKKAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)

Untuk menegakan diagnosis PAK dilaksanakan dengan pendekatan 7 (tujuh)


langkah yang meliputi:
1. penegakan diagnosis klinis;
2. penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja;
3. penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit;
4. penentuan kecukupan pajanan;
5. penentuan faktor individu yang berperan;
6. penentuan faktor lain di luar tempat kerja; dan
7. penentuan diagnosis okupasi.
Upaya Dalam Penegakan PAK

Pelatihan Penegakan Diagnosa


Penyakit Akibat Kerja Bersama
Kemenkes dan BPJS Kesehatan

Sosialisasi secara berkala baik ke


internal maupun eksternal
Pentingnya mengetahui dugaan Penyakit
Akibat Kerja terkait Hak sebagai Peserta
BPJS Ketenagakerjaan
Upaya Dalam Penegakan PAK

Peningkatan kompetensi Manager Kasus


dalam langkah menegakkan PAK dan update

Sarasehan Dengan PLKK dan Pihak Pemberi Kerja


Terkait Perduli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Peningkatan Pelayanan atas Kasus KK PAK dan RTW
Upaya Mendukung Penegakan
PAK

Manager Kasus KK PAK BPJS


Ketenagakerjaan Memberikan
perhatian dan pendampingan kepada
pekerja yang terdiagnosa PAK
Memberikan Pelatihan Penegakan
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
pada Dokter Puskesmas se-Indonesia
Pemberian Award Pendukung PAK
BPJS Ketenagakerjaan
Sarasehan PLKK dengan Pihak PLKK Dan
Pemberi Kerja dalam Peningkatan Pelayanan
KK PAK JKK RTW
Sosialisasi Massive Peran PLKK dan
K3, PAK, JKK RTW
CONTOH KASUS PENYAKIT AKIBAT
KERJA YANG TELAH TEGAK

TERKAIT PAJANAN ERGONOMI


Laporan Penyakit Akibat Kerja

Anamnesis
• Tanggal 13 Maret 2017 dilakukan pemeriksaan terhadap tenaga kerja.
1. Tangan ybs kurang rasa (kebas), lemah (tidak bisa menggenggam erat)
2. Tangan ybs memutih dan teraba dingin
3. Ybs jalan kaku seperti robot, berat dan kaku
4. Terdapat nyeri leher sampai bahu
5. Perut terasa penuh dan terdapat gangguan BAB.
• Didapatkan informasi bahwa tenaga kerja mengeluhkan kaku di kedua
belah tangan lebih kurang 6 bulan yang lalu.
• Penangan di fasilitas kesehatan tingkat pertama di daerah C dilakukan
beberapa kali namun tidak mengalami perkembangan kemudian dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan didiagnosa mengalami Carpal
Tunnel Syndrome oleh dokter spesialis syaraf.

45
Gambaran Kerja

Tanggal 08 Februari 2017 ke


perusahaan untuk melihat
proses kerja ybs.
Hasil kerja TK dari mulai tahun
1988 dimana masih ada yang
menggunakan peralatan
manual.

46
Faktor Risiko Lingkungan Kerja
Manager Kasus Turut Melihat Lingkungan Kerja
Fisika
• Bising, suhu sangat panas,
• debu atau asap,
• getaran,
• bekerja pada ketinggian

Kimia
• Carbon Monoxide (CO),
• Nitrogen Dioxide (NO2),
• Sulfur Dioxide (SO2),
• TSP

Ergonomi
• Angkat beban berat
(manual handling)
• Posisi tidak ergonomis
selama jam kerja
• Gerakan repetitif

47
7 Langkah penegakkan diagnosa PAK

1. Diagnosis Klinik : HNP setinggi vertebra C3-4


2. Pajanan kerja : pajanan ergonomi berupa angkat beban berat (manual
handling), gerakan repetitif, posisi kaku, posisi tidak ergonomis selama
kerja.
3. Hubungan pajanan dengan diagnosis klinik : pajanan ergonomi dapat
menyebabkan HNP
4. Besar pajanan : 29 tahun masa kerja 8 jam sehari, 40 jam per minggu
bekerja sebagai Welder tidak pernah dirotasi kerja ke bidang lain
5. Tidak terdapat faktor individu berperan yang mendukung terjadinya HNP
6. Tidak terdapat faktor lingkungan lainnya yang mendukung terjadinya HNP
7. Diagnosa okupasi : HNP Cervical

48
Koordinasi terkait PAK

• Tanggal 10 April 2017 disimpulkan oleh dokter penasehat TK


mengalami HNP Cervical dikarenakan pekerjaan (PAK)

• Tanggal 09 Mei 2017 melakukan rapat terkait kasus PAK TK dengan


para Pegawai Pengawas Sudinaker dan Dokter Penasehat perihal
hasil penegakan diagnosanya.

49
Manager Kasus dan Pemberi Kerja Saling
Dukung Dalam Upaya Tegaknya PAK

50
BPJS Ketenagakerjaan Mendapat Apresiasi
Forum Perdoki dan ICOH, Jogjakarta , Sept 2018

51
Peningkatan Layanan BPJS Ketenagakerjaan
Melalui Pusat Layanan Kecelakaan Kerja (PLKK)

Dipresentasikan pada Kegiatan Pertemuan Perdosri - Wilayah Jawa Tengah - DIY


Ungaran, 14 April 2018.
Data Klaim JKK 2015-2017
Berdasarkan Jumlah Klaim JKK Yang dibayarkan

Jaminan Iuran
Tahun Kasus Rasio Klaim
(Rp Juta) (Rp Juta)

2015 110.272 665.048 3.493.450 19,04%

2016 101.367 833.440 4.118.188 20,24%

2017 123.041 971.624 4.642.163 20,93%

Rasio Klaim JKK


20,93%
5,000,000
4,500,000 20,24%
4,000,000 19,04 %
3,500,000
Rp (Juta)

3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
2015 2016 2017
Manfaat (Rp Juta) 665,048 833,440 971,624
Iuran (Rp Juta) 3,493,450 4,118,188 4,642,163

Grand Direction – June 19 53


Hasil
Implementasi
Perusahaan Peserta Penerima Peserta Program
Pendukung Manfaat Program RTW Yang Sudah
RTW RTW Kembali Bekerja

2015 2.080 125 21


Implementasi Program
2016 10.395 304 182 Return to Work (RTW)
2017 36,589 533 403 Akumulasi s/d Sept 2017

54
Data RTW sd. Juli 2018

Grand Direction – June 19 55


Sebaran dan Jumlah Pelayanan Kasus PAK
(berdasarkan data pembayaran klaim BPJS Ketenagakerjaan tahun 2017)

3 1
2
2
1
1
1 1
3

15 19
1

21
21
2 11 2

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017


Pelayanan 21 21 9 10 107
Kasus

56 56
Data PAK BPJS Ketenagakerjaan
Sampai dengan Oktober 2018

1
2

73

73% Pekerja Pria : 37% Pekerja Wanita

Grand Direction – June 19 57


Data PAK BPJS Ketenagakerjaan
Sampai dengan Oktober 2018

1
2
3
4

Berdasarkan Hazzard
Ergonomi (36%):Fisika(27%): Kimia (27%) : Biologi(10%)

Grand Direction – June 19 58


Data PAK BPJS Ketenagakerjaan
Sampai dengan Oktober 2018

1
2
3
4
5
6
7

Berdasarkan Diagnosa PAK


NIHL (27%):HNP(23%): ASBESTOSIS(27%): TB PARU(10%): Sendi Otot (5%)

Grand Direction – June 19 59


UPAYA DALAM PENINGKATAN PELAYANAN
KE PESERTA BPJS KETENAGAKERJAAN

BPJS Ketenagakerjaan menggiatkan Promotif


Preventif dengan mensosialisasikan penerapan
Keselamatan Kesehatan Kerja

Keberhasilan Implementasi Program Kembali


Kerja /RTW tidak terlepas dari dukungan dan peran
aktif semua pihak,baik

Meningkatkan sinergisme berbagai kegiatan


dengan Lembaga Pemerintah dan berbagai
pihak/stakeholder

60
T E R I MA
KAS I H

61

Anda mungkin juga menyukai