Anda di halaman 1dari 36

ANALYTICAL HIERARCHY

PROCESS (AHP)

Winnie Septiani
Analytical Hierarchy Process

AHP dikembangkan oleh Prof. Thomas L.


Saaty, seorang Guru Besar Matematika
dari University of Pittsburgh pada tahun
1970.
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Alat analisis manajemen stratejik dengan pendekatan sistem

• Mengapa harus melihat sistem total?

• suatu totalitas sistem seperti :


- lingkungan
Tidak dianalisis bagian per bagian saja
- ekonomi
- pemerintahan
- organisasi
Harus dipahami sebagai satu kesatuan
METODA HOLISTIK:

Definisi elemen
Dari sistem total

Batasan sistem

Keterkaitan dengan sistem lain


METODA KUALITATIF DALAM KONTEKS
SOFT SYSTEM METHODOLOGY:

• Total System Intervention (TSI)


• Viable System Models (VSM)
• Analytical Hierarchy Process (AHP)
• Interpretative Structural Modelling (ISM)

Menggabungkan informasi kualitatif dan


proses pengolahan numerik
menggunakan manipulasi matriks
dari skala ordinal
TEKNIK AHP
Pengambilan Keputusan :
Tidak lagi berusaha mengoptimalkan tujuan tunggal

Mencapai tingkat Kepuasan


Atas teraihnya berbagai tujuan:
• tingkat keuntungan
• tanggung jawab sosial
• hubungan masyarakat
• hubungan dengan serikat pekerja
• perlindungan terhadap lingkungan
• teori tentang pengukuran
AHP: • menentukan skala ratio (perbandingan berpasangan
diskret dan kontinyu)

MENCERMINKAN:
• Kekuatan Perasaan
• Preferensi Relatif

APLIKASI AHP:• Pengambilan Keputusan Banyak Kriteria


• Perencanaan dan Prediksi
• Alokasi Sumber Daya
• AHP merupakan metoda pengambilan
keputusan yang melibatkan sejumlah kriteria
dan alternatif yang dipilih berdasarkan
pertimbangan semua kriteria terkait (Saaty,
2004).

• Kriteria memiliki derajat kepentingan yang


berbeda-beda; demikian pula halnya alternatif
memiliki preferensi yang berbeda menurut
masing-masing kriteria yang ada.
Unity
:
Process Repetition Complexity:

Judgment and
Consensus Interdependence:

AHP

Trade-off Hierarchic Structuring

Synthesis Measurement
Consistency

AHP Main Features


PRINSIP POKOK AHP
Konsistensi Logis
• Secara umum, responden harus memiliki
konsistensi dalam melakukan perbandingan
elemen. Contoh : jika A<B dan B>C, maka secara
logis responden harus menyatakan bahwa A>C,
berdasarkan nilai-nilai numerik yang disediakan
oleh Saaty.
• Menurut Saaty, hasil penilaian yang dapat diterima
adalah yang mempunyai ratio konsistensi lebih
kecil atau sama dengan 10%. Jika lebih besar dari
itu, berarti penilaian yang telah dilakukan ada
yang random, dan dengan demikian perlu
diperbaiki.
Penyusunan Hirarki

• Jumlah tingkat dalam suatu hirarki adalah adalah


tak ada batasnya.
• Sub kriteria kadang-kadang dapat disisipkan atau
dihilangkan diantara kriteria dan alternatif.
• Pembatasan dalam menata elemen secara hirarki
adalah bahwa setiap elemen yang berada
setingkat di atasnya berfungsi sebagai kriteria
untuk menaksir pengaruh relatif elemen-elemen
di bawah itu.
Contoh kasus :
Sebuah perusahaan ingin menetapkan preferensi
konsumen untuk tiga jenis serbet dapur dari
kertas tissue. Beberapa sifat yang dianggap
paling relevan dari sudut pandang konsumen
adalah (1) kelembutan, (2) daya serap, (3) harga,
(4) ukuran, (5) desain, (6) integritas (tidak mudah
sobek. Ketiga jenis serbet dapur dari kertas tissue
itu, X, Y, Z memiliki semua sifat ini tetapi dengan
tingkat intensitas yang berbeda-beda; Tinggi (T),
Sedang (S) dan Rendah (R).
Struktur Hirarki yang terbangun
Daya Saing Produk

Kelembutan Daya serap Harga Ukuran Desain Integritas

T S R T S R T S R T S R T S R T S R

Y Z
X
Memilih Sekolah
Tujuan

Kriteria PBM LP KS PK KUA KM

Alternatif Sekolah Sekolah Sekolah


A B C
Tingkat 1 : Manfaat komputer rumah
Fokus

Tingkat 2 :
Bisnis Pendidikan Hiburan Pribadi
Fokus

Tingkat 3 : Ketersediaan
Fokus Kapasitas Peranti Kapasitas
Bahasa Pribadi
memory Lunak Ekspansi

Tingkat 4 : Pilihan Pilihan Pilihan


Alternatif A B C
CONTOH HIRARKI:
STRATEGI PENGEMBANGAN SDM A
MELALUI PELATIHAN

SDM teknologi manajemen B

pemilik Tenaga kerja pimpinan konsultan depnaker C

Peningkatan Peningkatan Pengemb. Agen


D
produktivitas omzet karir pembangunan

Tindak E
materi metoda pelaksanaan
lanjut

A = FOKUS B= FAKTOR C= AKTOR D= TUJUAN E= ALTERNA


Skala penilaian perbandingan berpasangan
(Saaty, 1988)

Nilai Keterangan
1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan
kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang
berdekatan
Hirarki Penentuan Strategi Peningkatan Kualitas Teh

FOKUS STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS TEH

FAKTOR KINERJA KEBUN KUALITAS HARAPAN PROSES PRODUKSI


PELANGGAN

AKTOR
DIREKS PEMERINTA
SINDER KEBUN ADMINISTRATUR I
KPB PELANGGAN
H

PENINGKATAN PENINGKATAN PENURUNAN JUMLAH TEH


TUJUAN HARGA TEH PANGSA PASAR YANG TIDAK TERJUAL

STRATEGI ISO 9000 TQM HACCP

Hirarki Penentuan Strategi Peningkatan Kualitas


Teh
Langkah-langkah Metode AHP
Struktur Hirarki
Penentuan Jumlah Matriks, Dimensi, Jumlah
Sel dan Jumlah Pertanyaan

Level Matriks Dimensi Jumlah Sel Pertanyaan


Fokus 0

Faktor 1 6x6 36 15

Aktor 6 6x6 6 (6x6) = 216 6x 15 = 90

Tujuan 6 5x5 6 (5x5) = 150 6 x 10 = 60

Alternatif 5 4x4 5(4x4) = 80 5 x 6 = 30


Kuesioner untuk Penilaian Perbandingan
Berpasangan antar Faktor
Faktor Penilaian Faktor
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teknologi
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Modal
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kebijakan pemerintah
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sarana dan Prasarana
SDM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pasar
Teknologi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Modal
Teknologi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kebijakan pemerintah
Teknologi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sarana dan Prasarana
Teknologi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pasar
Modal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kebijakan pemerintah
Modal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sarana dan Prasarana
Modal 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pasar
Kebijakan Sarana dan Prasarana
pemerintah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebijakan Pasar
pemerintah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sarana dan Pasar
Prasarana 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengisian Matriks Perbandingan Berpasangan
antar Tujuan pada Pelaku Petani
Rekapitulasi Nilai CR untuk 2 orang Pakar
Level Matriks Nilai CR ket
Pakar 1 Pakar 2
1 Perbandingan berpasangan antar faktor 0.10 0.07 Memenuhi
syarat
2 Perbandingan berpasangan antar Pelaku untuk 0.09 0.10 Memenuhi
faktor SDM syarat
Perbandingan berpasangan antar Pelaku untuk 0.10 0.10 Memenuhi
faktor Teknologi syarat
Perbandingan berpasangan antar Pelaku untuk 0.08 0.10 Memenuhi
Modal syarat
Perbandingan berpasangan antar Pelaku untuk 0.10 0.08 Memenuhi
Kebijakan Pemerintah syarat
Perbandingan berpasangan antar Pelaku untuk 0.08 0.10 Memenuhi
Sarana dan Prasarana syarat
Perbandingan berpasangan antar Pelaku untuk 0.07 0.10 Memenuhi
pasar syarat
3 Perbandingan berpasangan antar Tujuan untuk 0.05 0.05 Memenuhi
aktor petani/pekebun syarat
Perbandingan berpasangan antar Tujuan untuk 0.08 0.03 Memenuhi
aktor pedagang syarat
Perbandingan berpasangan antar Tujuan untuk 0.09 0.05 Memenuhi
aktor pemda syarat
Perbandingan berpasangan antar Tujuan untuk 0.03 0.09 Memenuhi
aktor Bank syarat
Perhitungan matematis dalam AHP
a. menghitung nilai tingkat kepentingan (prioritas
vektor)

A1 A2 … An
A1 a11 a12 … a1n Matriks A (n x n)

A2 A2 a2 … a1n
1 2 Matriks resiprokal
….
….
….
….
….

An An an … an
1 2 n
W1
 a12
W2

Sehingga matriks perbandingan sebagai berikut :

A1 A2 … An
A1 w1/ w1/ … w1/
w1 w2 wn PCJM

A2 w2/ w2/ … w2/ Pairwice


Comparison
w1 w2 wn Judgement


Matrices (PCJM)
n wn/ wn/ … wn/
w1 w2 wn
Bagaimana melakukan Perhitungan
Matematis AHP ?

1. Menghitung nilai
tingkat kepentingan
(prioritas vektor)

2. Cara menghitung
konsistensi
1. Setelah penyusunan hirarki selesai maka langkah
selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara
elemen-elemen dengan memperhatikan pengaruh
elemen pada level di atasnya.
Contoh : Tabel 1. Perbandingan kepentingan level 2

Toyota Nissan Suzuki

Toyota 1 1/2 1/4

Nissan 2 1 1/4

Suzuki 4 4 1
2. Nilai pada Tabel 1 disintesis dengan jalan
menjumlahkan angka-angka yang terdapat pada
setiap kolom. Setelah itu angka dalam setiap sel
dibagi dengan jumlah pada kolom yang
bersangkutan. Ini akan menghasilkan matriks yang
telah dinormalkan.

Rata-
Toyota Nissan Suzuki
rata

Toyota 1/7 1/11 1/6 0,13

Nissan 2/7 2/11 1/6 0,21

Suzuki 4/7 8/11 4/6 0,66


Cara Menghitung Konsistensi
1. Melakukan perkalian matriks antara matriks
perbandingan (pada Tabel 1) dan vektor prioritas (pada
Tabel 2)
Toyota Nissan Suzuki
(0,13) (0,21) (0,66)

Toyota 1 0,5 0,25

Nissan 2 1 0,25 Toyota Nissan Suzuki Jumlah

Suzuki 4 4 1 Toyota 0,13 0,11 0,17 0,41

Nissan 0,26 0,21 0,17 0,64

Suzuki 0,52 0,84 0,66 2,02


2. Nilai masing-masing sel pada vektor tersebut dibagi
dengan nilai masing-masing sel pada vektor
prioritas.
 0,41   0,13   3,15 
     
 0,64  :  0,21    3,05 
 2,02   0,66   3,06 
     

3. Mencari nilai λmax dengan perhitungan berikut :


3,15  3,05  3,06
λmaks   3,09
3
4. Hitung nilai Consistency Index (CI)
maks  n 3,09  3 0,09
CI     0,045
n 1 3 1 2
5. Hitung nilai Consistency Ratio (CR) berdasarkan
nilai Random Index (RI)
CI
CR 
RI
0,045
  0,08
0,58
Nilai 0,08 ini menyatakan bahwa rasio konsistensi dari hasil
penilaian pembandingan di atas mempunyai rasio 8%.
Sehingga penilaian di atas dapat diterima karena lebih kecil
dari 10% (Saaty).
Nilai Random Index

Orde Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41

Orde Matriks 9 10 11 12 13 14 15

RI 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

Saaty menerapkan bahwa suatu matriks perbandingan


adalah konsisten bila nilai CR tidak lebih dari 0,1 (10%)
Latihan
Gaji tahunan masing-masing Profesor ditentukan oleh 3
kriteria, yaitu cara mengajar, penelitian dan pengabdian
kepada universitas. Bagian administrasi menyajikannya
dalam bentuk Matriks Pairwise Comparison untuk tiap
kriteria berikut ini : Bagian administrasi telah
membandingkan antara dua orang profesor dengan
memperhatikan cara mengajar mereka, penelitian dan
pengabdian mereka tahun lalu. Matriks Pairwise
Comparison nya adalah sebagai berikut :
Cara Mengajar : Penelitian :
Profesor 1 Profesor 2 Profesor 1 Profesor 2
Profesor 1 1 4 Profesor 1 1 1
3
1  
Profesor 2 4 1  Profesor 2 3 1

Pengabdian :
Profesor 1 Profesor 2
Profesor 1 1 6
1 1 
Profesor 2 6
Pertanyaan :
•Profesor yang manakah yang menerima kenaikan gaji terbesar?
•Apakah AHP menentukan berapa banyak kenaikan yang didapatkan oleh
tiap profesor ?
•Periksa Matrik Pairwise Comparison untuk konsistensi!

Anda mungkin juga menyukai