Anda di halaman 1dari 35

Memahami Dewan Komisaris, Dewan

Direksi dan Komite lainnya


CASE : UBS
DOSEN PENGAMPU : Dr. Regina Arsjah Jansen, CA

KELOMPOK 2
OLEH
1. Andhi Triwahyudi 123011811004
2. Dyah Novia Nugraheni 123011811014
3. Julius Chung 123011811031
4. Puji Saraswati 123011811042
5. Septiyan Widiana 123011811050
6. Chindy Flawdia Putri 123011811064

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Tugas dan Fungsi Dewan Komisaris
G/20 OECD UUPT KNKG Permen BUMN 5 PBI 8 2006
2006
Bertanggung jawab Melakukan Bertanggung jawab Wajib membentuk Memastikan
untuk memantau kinerja pengawasan atas secara kolektif untuk Komite Audit, yang terselenggaranya
manajerial dalam kebijakan melakukan pengawasan bekerja secara pelaksanan GCG dalam
mencapai return yang pengurusan; jalannya dan memberikan nasihat kolektif dan kegiatan usaha bank;
memadai untuk pengurusan pada kepada Direksi dan berfungsi membantu melaksanakan
pemegang saham; umumnya, baik memastikan bahwa Komisaris Dewan pengawasan dan
mencegah konflik mengenai Perseroan perusahan Pengawas dalam memberi nasihat
kepentingan; dan maupun usaha melaksanakan GCG melaksanakan kepada Direksi;
menyeimbangkan Perseroan dan tugasnya. mengarahkan,
persaingan memberi nasihat memantau dan
usaha pada korporasi kepada Direksi mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan
strategis bank
Prinsip Dasar (KNKG 2006)

Komposisi Dewan Komisaris harus


memungkinkan pengambilan keputusan Anggota Dewan Komisaris harus
secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat profesional, yaitu berintegritas dan
bertindak independen. memiliki kemampuan.

Fungsi pengawasan dan pemberian


nasihat Dewan Komisaris mencakup
tindakan pencegahan, perbaikan, sampai
kepada pemberhentian sementara.
Komite Penunjang Dewan Komisaris
G/20 OECD UUPT KNKG Permen BUMN 5 PBI 8 2006
2006
 Komite Remunerasi  Komite Audit  Komite Audit Komite Audit,  Komite Audit
 Komite Nominasi  Komite  Komite Nominasi dan Note : Permen BUMN 5  Komite Pemantau
2006 ditetapkan hanya
 Komite Audit Remunerasi Remunerasi Risiko
untuk mengatur tentang
 Komite Etika  Komite Nominasi  Komite Kebijakan kewajiban membentuk
 Komite Remunerasi
Risiko Komite Audit Bagi BUMN dan Nominasi
 Komite Corporate
Governance
Komisaris Independen

Anggota dewan Komisaris yang tidak


memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau
hubungan keluarga dengan anggota dewan
Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pihak yang tidak mempunyai hubungan bisnis
pemegang saham pengendali atau hubungan dan kekeluargaan dengan pemegang saham
lain yang dapat mempengaruhi pengendali, anggota Direksi dan Dewan
kemampuannya untuk bertindak independen Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu
(PBI 8/2006). sendiri (KNKG 2006).
KOMITE AUDIT
Komite audit adalah komite
beranggotakan komisaris
independen, dan terlepas dari
kegiatan manajemen sehari-
hari dan mempunyai
tanggung jawab utama untuk
membantu dewan komisaris
dalam menjalankan tanggung
jawabnya terutama dengan
masalah yang berhubungan
dengan kebijakan akuntansi
perusahaan, pengawasan
Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang
internal, dan system
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang pelaporan keuangan.
produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian (Forum for Corporate Governance
lingkungan, sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit in Indonesia/FCGI)
Tugas Komite Audit
G/20 OECD UU BUMN 19/2003 Permen BUMN 5/2006 KNKG PBI 8 2006
 Memantau dan mengelola  Menilai pelaksanaan  Menilai pelaksanaan  Memastikan laporan Melakukan pemantauan dan
potensi konflik kegiatan serta hasil audit kegiatan/hasil audit keuangan disajikan evaluasi terhadap :
yang dilakukan oleh SPI; secara wajar sesuai  Pelaksanaan tugas Satuan
kepentingan manajemen,
dengan prinsip akuntansi Kerja Audit Intern;
anggota dewan dan satuan pengawas internal  Memberi rekomendasi
yang berlaku umum;  Kesesuaian pelaksanaan
pemegang saham; maupun auditor penyempurnaan sistem  Memastikan struktur audit oleh Kantor Akuntan
 Memastikan integritas eksternal; intern; pengendalian internal Publik dengan standar audit
 Memberikan  Memastikan prosedur perusahaan dilaksanakan yang berlaku;
akuntansi dan sistem
rekomendasi mengenai review yang dengan baik;  Kesesuaian laporan
pelaporan keuangan
penyempurnaan sistem memuaskan;  Memastikan pelaksanaan keuangan dengan standar
perusahaan; audit internal maupun akuntansi yang berlaku;
pengendalian  Identifikasi hal-hal
 Mengawasi keefektifan eksternal dilaksanakan  Pelaksanaan tindak lanjut
manajemen; yang memerlukan
dan integritas sistem sesuai dengan standar oleh Direksi atas hasil
 Memastikan telah perhatian Komisaris;
pengendalian internal. audit yang berlaku temuan Satuan Kerja Audit
terdapat prosedur  Memastikan efektivitas  Memastikan tindak lanjut Intern, akuntan publik, dan
review yang memuaskan; sistem pengendalian temuan hasil audit hasil pengawasan Bank
 Mengidentifikasi hal-hal intern dan pelaksanaan dilaksanakan oleh Indonesia,
yang memerlukan tugas internal dan manajemen. guna memberikan rekomendasi
perhatian. eksternal auditor. kepada Dewan Komisaris.
Keanggotaan Komite Audit
G/20 OECD UU BUMN 19/2003 Permen BUMN 5/2006 KNKG PBI 8 2006
Tidak dijelaskan secara Ketua komite audit Terdiri sekurang-kurangnya 1  Jumlah anggota Komite Anggota Komite Audit paling
detail mengenai adalah anggota anggota Komisaris/Dewan Audit harus disesuaikan kurang terdiri dari :
keanggotaan, Komite Audit Komisaris independen, Pengawas dan 2 orang dari luar dengan kompleksitas  Seorang Komisaris
ditunjuk langsung oleh BUMN, Perusahaan dengan Independen;
yang diangkat oleh
pemegang saham  Integritas baik dan tetap memperhatikan  Seorang dari Pihak
Komisaris.
pengetahuan serta efektifitas dalam Independen yang
pengalaman kerja yang pengambilan memiliki keahlian di
cukup di bidang pengawasan Keputusan; bidang keuangan atau
/ pemeriksaan;  Salah seorang anggota akuntansi; dan
 Tidak memiliki memiliki latar belakang  Seorang dari Pihak
kcpentingan/keterkaitan dan kemampuan Independen yang
pribadi yang dapat akuntasi dan atau memiliki keahlian di
mcnimbulkan dampak keuangan. bidang hukum atau
negatif dan konflik perbankan.
kepcntingan terhadap BUMN
ybs dan;
 Mampu berkomunikasi
secara efektif.
Kaitan antara Komite Audit dan Good Corporate Governance

Dalam bukunya, Zarkasyi (2008) • Komite Audit harus transparan;


mengatakan bahwa dalam penerapan
good corporate governance, Komite • Komite Audit harus memiliki
Audit yang efektif tidak terlepas dari akuntabilitas tinggi;
penerapan prinsip-prinsip Good • Komite Audit harus bertanggung
Corporate Governance secara jawab penuh;
keseluruhan di suatu perusahaan dimana
transparansi, akuntabilitas, tanggung • Komite Audit harus independen;
jawab, independensi dan sikap adil • Komite Audit harus selalu bersikap
menjadi prinsip dan landasan organisasi adil.
perusahaan.
Komite Nominasi dan Remunerasi
Tugas Komite Nominasi dan Remunerasi
G/20 OECD UU BUMN 19/2003 Permen BUMN 5/2006 KNKG PBI 8 2006
Komite Nominasi Tidak dijelaskan tugas Hanya mengatur Membantu Dewan Terkait dengan kebijakan remunerasi:
1) melakukan evaluasi terhadap kebijakan
bertugas memastikan Komite Nominasi dan tentang kewajiban Komisaris dalam remunerasi ;
proses nominasi dan Remunerasi. membentuk Komite kriteria pemilihan 2) memberikan rekomendasi kepada dewan
pemilihan dewan yang Audit Bagi BUMN. calon anggota Dewan Komisaris mengenai:
a) kebijakan remunerasi bagi dewan Komisaris dan
formal dan Komisaris dan Direksi Direksi untuk
transparan. serta sistem disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham;
remunerasinya, dan b) kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan
pegawai secara keseluruhan untuk disampaikan
Komite Remunerasi juga bertugas kepada Direksi;
bertugas menetapkan membantu Dewan Terkait dengan kebijakan nominasi:
kebijakan remunerasi Komisaris 1) menyusun dan memberikan rekomendasi
mengenai sistem serta prosedur pemilihan dan/atau
dan kontrak untuk mempersiapkan calon penggantian anggota dewan Komisaris dan Direksi
anggota dewan dan anggota Dewan kepada dewan Komisaris untuk disampaikan kepada
eksekutif sehingga Komisaris dan Direksi Rapat
Umum Pemegang Saham;
tidak menyebabkan dan mengusulkan 2) memberikan rekomendasi mengenai calon
konflik kepentingan. besaran anggota dewan Komisaris dan/atau Direksi kepada
remunerasinya. dewan Komisaris untuk disampaikan kepada Rapat
Umum Pemegang Saham;
Komite • PT Bank Negara
Nominasi dan
Remunerasi
Indonesia (Persero), Tbk.
• Matahari Department
Piagam Komite
Nominasi dan
Store
Remunerasi di
beberapa perusahaan
• PT Citra Marga
Nusaphala Persada, Tbk .
• PT ANTAM (Persero),
Tbk.
Komite Nominasi dan Remunerasi

Keterkaitan Komite Nominasi dan Remunerasi dengan Komite


Audit:
• Keduanya memiliki keterkaitan dalam hal pengawasan
perusahaan untuk keberlangsungan kerja perusahaan.
• Dalam piagam komite keduanya, ketua komite harus bersifat
independen atau tidak bekerja dan memiliki
wewenang/tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin,
mengendalikan atau mengawasi kegiatan Bank dalam waktu
enam bulan terakhir.
Komite Manajemen/Kebijakan Risiko
Komite Manajemen/Kebijakan Risiko

Komite Kebijakan Risiko bertugas


membantu Dewan Komisaris dalam Komite Manajemen Risiko disetiap tingkatan
provinsi dan kabupaten/kota.
mengkaji sistem manajemen risiko
yang disusun oleh Direksi serta • Peran Komite
menilai toleransi risiko yang dapat • Inovasi Program Strategis Next slide
diambil oleh perusahaan. Anggota
Komite Kebijakan Risiko terdiri
dari anggota Dewan Komisaris,
namun bilamana perlu dapat juga
menunjuk pelaku profesi dari luar
perusahaan (KNKG, 2006).
Peran Komite Kebijakan Risiko
Komite adalah memberikan
Manajemen/ rekomendasi kepada pemerintah
Kebijakan Resiko daerah dan pemangku
kepentingan lainnya berisikan
Peran Komite – Tingkat langkah-langkah antisipatif
Provinsi
maupun pengendalian terhadap
berbagai risiko ekonomi. Fokus
komite adalah pengendalian
terhadap potensi risiko
ekonomi yang pengaruhnya
berskala regional.
Komite Efektivitas keberadaan
komite adalah mampu
Manajemen/ menghasilkan inovasi
Kebijakan Resiko program-program strategis
dalam pengendalian risiko
Inovasi Program
Strategis – Tingkat
ekonomi sehingga masyarakat
Provinsi tidak mengalami kerugian
yang besar atas dampak dari
kebijakan ekonomi dibuat
oleh pemerintah pusat atau
pengaruh dari potensi risiko
lainnya.
Komite Kebijakan Corporate Governance
Komite Kebijakan Corporate Governance

KNKCG dibentuk pada tahun1999 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi,
Keuangan dan Industri, dengan melibatkan 30 orang perwakilan dari sektor publik dan swasta
untuk merekomendasikan prinsip-prinsip GCG nasional.
Pada tahun 2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
dengan pertimbangan untuk memperluas cakupan ke tata kelola sektor publik ( public
governance).
Berdasarkan KNKG (2006), Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu
Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi
serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).
Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun
bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan. Bila dipandang perlu,
Komite Kebijakan Corporate Governance dapat digabung dengan Komite Nominasi dan
Remunerasi (KNKG, 2006).
Other
Committees
Komite-komite lain yang
dimiliki Emitan dan Perusahaan
Publik berdasarkan OJK, 2013
Case Overview
Bank UBS, bank besar di Swiss, mengejutkan dunia karena Kweku Adoboli anggota
trading dari tim trading GSE (Global Synthetic Equitas) di London melakukan
“unauthorised trading” yang menyebabkan kerugian sebesar US$ 2 Milyar.
Kweku Adoboli dijatuhi hukuman penjara selama 7 tahun atas perbuatannya.
Skandal ini mengungkapkan adanya kelemahan dalam internal kontrol, dan budaya
atas “excessive risk taking” mendapatkan kritik berat dari badan pengawas.
Insiden ini mengguncang kepercayaan diri investor di pasar modal dan
meningkatkan perhatian publik atas “Corporate Governance” terhadap UBS dan
institusi keuangan lainnya.
Tujuan dari adanya kasus ini untuk memfasilitasi tentang isu mengenai akuntanbilitas
manajemen, manajemen resiko , internal kontrol, corporate governance dari institusi
keuangan.
The Story of The Swiss Banking Giant

Sebagai raksasa di dunia perbankan, UBS memiliki cabang di lebih dari 50 negara
dengan karyawan mencapai 60.000 orang, dimana menyediakan jasa investasi, jasa
pengelolaan aset dan jasa pengelolaan kekayaan.
Pada tahun 1998, sudah menjadi manajemen aset kekayaan pribadi terbesar di
dunia. UBS mengejar ambisinya untuk menjadi kekuatan global dibidang investasi
perbankan dengan melakukan ekspansi di pasar Amerika Serikat.
Tahun 2003, UBS menjadi bank peringkat 4 di dunia dalam bidang investasi.
Tahu 2007, konon UBS menjadi “Most-leveraged bank” di dunia, dengan nilai aset
melebihi jauh dari nilai ekuitasnya.
Pertengahan Maret 2007 terjadi krisis besar-besaran pada dunia perbankan yang
disebabkan customer tidak mampu membayar cicilan properti. UBS mendapatkan
dana bantuan dari pemerintahan Swiss dan Government of Singapore Investment
Corporation (GIC), dengan menginjeksikan dana sebesar US$ 9,7 Milyar.
Pada 6 Maret 2009, harga saham UBS turun drastis menjadi US$ 7,72 per lembar.
Oswald Grubel, The CEO

26 Februari 2009, Oswald Grubel menjadi CEO, dan


memiliki tugas untuk memimpin UBS keluar dari krisis. Hal
ini diterima dengan baik oleh pemain saham, sehingga
saham UBS naik menjadi 14,85%.
Performa Gubel sesuai dengan harapan. Ditahun
pertamanya, dia dapat mencegah kerugian dan ditahun
2010 ia membawa UBS pulih dan untung. Budaya
organisasi juga ikut berubah dibawah kepemimpinan
Gubel, yang mengatakan, “I’d actually like to see us put
more risk on the table”.
The Scandal : Further Erosion of
Confidence
Pada 15 September 2011, UBS mengalami kerugian sebesar US$ 2,3 Milyar yang dikarenakan
“unauthorised trading” yang dilakukan oleh Kweku Adoboli, karyawan dari UBS divisi GSE.
Adoboli adalah direktur dari divisi GSE trading tim yang berada di London dan bertanggung jawab
dengan nilai aset sebesar US$ 50 Milyar.
Untuk menjaga status terbaik di bank tersebut, dia mulai meningkatkan paparan resiko untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, tetapi malah menderita kerugian besar yang terjadi
dalam transaksi tersebut.
Dengan menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ia dapatkan dari pengalamannya sebagai
analis, Adoboli mulai melakukan “unauthorised trading”, dengan memasukkan informasu yang salah
ke sistem komputer untuk menutupi resiko yang dia ambil. Kenaikan perdagangan ini menghasilkan
penghasilan yang ringkih dan kerugian yang diderita ditutupi dengan menggunakan mekanisme yang
dilarang. Atas perbuatannya tersebut, kerugian mencapai US$ 2,3 Milyar.
Ketika skandal tersebut diketahui publik, harga saham UBS dari US$ 12,68 menjadi US$ 11,41
perlembar, turun 10% dihari itu. Dan publik menyarankan untuk melakukan perampingan pada
investasi perbankan bank UBS.
The Gatekeeper : Board of
Director
Hukum perbankan di Swiss mewajibkan UBS untuk beroperasi menggunakan struktur “2 tiers”, dengan
pemisahan yang jelas antara tugas dan tanggung jawab.
BOD memiliki tanggung jawab untuk memantau arah dari grup dan mengawasi jalannya bisnis.
GEB bertanggung jawab dalam manajemen eksekutif dan memiliki tanggung jawab pada BOD untuk
keseluruhan operasional dari Bank UBS.
Pada 31 Desember 2011, BOD terdiri dari 11 orang direktur berlatar belakang yang berbeda. 10 dari 11
orang merupakan pihak independen. Chairman Kaspar Villier yang sebelumnya merupakan menteri
dari militer dan keuangan negara Swiss. Dia ditunjuk untuk mengembalikan UBS pada jalurnya, kendati
perhatian publik meragukan kapabilitasnya diluar bidang kementerian.
Dibawah BOD dari bank UBS, ada 5 badan komite yang terdiri dari Audit, Corporate Responsibility,
Corporate and Nominating, Human Resources and Compensation, and Risk. Risk Committee
bertanggung jawab untuk meriview resiko manajemen dan kontrol pada kerangka kerja. CEO dari divisi
perbankan harus menghadiri rapat bersama komite untuk meyakinkan agar tetap update dalam proses
eksekusi dari manajemen resiko dan kontrol.
A Riskier Culture
“If a bank doesn’t take any risk, it is incredibly hard to make money, and that is our job.
Grubel thought there was room for more market risk, which in general was a view I
agreed with.”
- Phill Allison, UBS AG’s Head of Global Cash Equities.
Dibawah kepemimpinan Grubel, bank UBS melakukan aktivitas bisnis yang lebih
beresiko untuk meningkatkan profit. Batas resiko dinaikkan, dan hukuman atas
pengambilan resiko yang berlebihan diabaikan dengan tujuan mendapatkan profit.
UBS dituduh memberikan hadiah kepada trader yang melanggar aturan kepatuhan
terkait dengan transaksi menggunakan akun pribadi dan kenaikan upah dan bonus,
bahkan promosi dilevel manajemen.
Hal ini memberikan signal bahwa pengambilan resiko yang berlebihan dan pelanggaran
aturan dapat diterima jika menghasilkan profit, sehingga menimbulkan kebiasaan
mencari-cari resiko.
Hal ini pula menjadi tanda bahwa manajemen mengabaikan pentingnya dari kontroling
dan fungsi monitoring pada organisasi perbankan.
UBS’ Failed Risk Management and
Internal Control
1. Where were the controls and monitoring?
ETF dikontrol dan dimonitori oleh 3 pihak, yaitu Operations, Product Control,
Market Risk dan barisan manajer yang mensupervisi para trader.
Tanggung jawab utama unit Operations adalah memastikan bahwa
perdagangan dicatat secara akurat dan diproses dengan benar.
Unit Product Control ditugaskan untuk pengecekan performa dan memastikan
pelaporan profit and loss dari trader secara benar.
Unit Market Risk bertanggung jawab untuk pelaporan resiko pasar harian dan
analisanya.
Dan para manajer meyakinkan bahwa batas resiko ditaati dan melaporkan
kepada manajemen jika terjadi pelanggaran.
UBS’ Failed Risk Management and
Internal Control
Tetapi pelanggaran tetap terjadi dan peringatan tidak ditindak lanjuti. Unit
Operations tidak meningkatkan kecurigaan pada kesalahan yang tidak
terselesaikan dan penjelasan yang tidak memuaskan. Unit Product
Control secara gamblang menerima penjelasan trader atas anomali yang
terjadi tanpa adanya analisa yang memadai. Hal itu berjalan begitu saja
tanpa adanya laporan kontrol dalam beberapa bulan terakhir.
UBS tidak meminta bukti persetujuan / bukti atas terjadinya penyesuaian
profit dan loss, sehingga trader memiliki kesempatan untuk menutupi
kerugian mereka. Unit Market Risk pun tidak memonitoring proses
perdagangan dalam hubungannya menentukan batasan resiko.
Barisan manajer pun tidak jelas mengenai fungsi dan tanggung hawab
dalam melaksanakan tugasnya.
UBS’ Failed Risk Management and
Internal Control
2. To much Trust?
Hubungan antara trader dan supervisor
dikarakteristikan dengan tingkat kepercaan yang
tinggi. Supervisor tidak mempertanyakan secara cukup
mengenai kenaikan keuntungan yang tidak biasanya.
Banyaknya batasan resiko yang dilanggar dan dibawa
ke barisan manajer pun tidak ada investigasi yang
dibuat. Penjelasan selalu diterima tanpa adanya
verifikasi lebih lanjut.
UBS’ Failed Risk Management and
Internal Control
3. Question of Competencies
Personil pada fungsi kontrol diduga tidak kompeten
dan pemahaman yang rendah atas aktivitas yang
dilakukan oleh EFT.
Dan parahnya lagi, definisi yang rendah atas peran
dan tanggung jawab, kurangnya pelatihan yang
esensial dalam menavigasi komplesitas kegiatan dan
kemampuan supervisor dalam menjalankan
pekerjaannya.
UBS’ Failed Risk Management and
Internal Control
4. Growth of Synthetic EFT’s : The Need for Regulation
Investigator menemukan bahwa Adoboli
mengeksploitasi celah dalam regulasi dari EFT untuk
memutarbalikkan ukuran sebenarnya paparan resiko
dalam perdagangan .
Hal ini membuat dia dapat menutupi pelanggaran
dalam batasan limit yang ditentukan dan hal ini
meningkatkan perdagangan fiktif yang dia lakukan.
Cleaning Up the Mess
Setelah kejadian tersebut, CEO Oswald Grubel dan wakil pemimpin dari Global Equities UBS,
Francois Gouws dan Yassine Bouhara, mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab atas
skandal tersebut. Sergio Ermotti ditunjuk sebagai Grup CEO untuk sementara. Investigasi
dilakukan lebih dari 8 bulan untuk menunjukkan penyebab dari insiden tersebut.
Perubahan secara signifikan dibuat dalam infrastruktur dan kontrol, termasuk dalam proses dan
monitoring kapabilitas. Perubahan dalam sistem internal kontrol seperti proses eskalasi untuk
penyesuaian harian meleihi ambang batas dan proses penandatanganan dokumen persetujuan
dimplementasikan. Monitoring menjadi lebih kuat dibisnis Ekuitas UBS dan aliran informasi yang
lebih baik ke supervisor dan manajemen resiko.
UBS juga membidik untuk memperkuat akuntabilitas dengan mengklarifikasikan peran
supervisor, perulangan mandat karyawan dan review kinerja karyawan. Pengawasan baru pun
diimplementasikan.
Pada 20 Oktober 2012, UBS mengumumkan keinginan untuk perubahan perusahaan dengan
merestrukturisasi aktivitas bisnis. UBS ingin mempertajam fokus pada investasi perbankan.
A Post-Mortem : Problem Resolved?
Pada akhir 2012, UBS terlibat skandal lainnya. UBS trader, Tom Hayes dan
Roger Darin didakwa berpartisipasi dalam memanipulasi LIBOR dan suku
bunga acuan lainnya. UBS didenda sebesar US$ 1,5 Trilyun oleh regulator
di UK, US dan Switzerlan. Selain UBS, banyak bank lainnya seperti
Barclays dan RBS didenda atas keikut sertaannya.
Timbulnya skandal dalam dunia perbankan pada institusi keuangan
merefleksikan kegagalan signifikan yang dihadapi seluruh sektor
keuangan. Meskipun perubahan dilakukan berulang kali pada sistem
kontrol dan perubahan pada kepemimpinan perusahaan, bank terus
menerus menjadi skema kecurangan dan manipulasi.
Jadi, bisakah isu-isu keuangan benar-benar terselesaikan?

Anda mungkin juga menyukai