Anda di halaman 1dari 36

Prevalensi Karies di Wilayah

Kalimantan Selatan

TUTOR :
Drg. Tri Nur rahman
Anggota kelompok 4 :
■ ISWATUN HASANAH I1D113207
■ SITI FATIMAH I1D113215
■ NOVITA PRATIWI I1D113257
■ REZKY MULIYAWAN I1D113237
■ M. IRFAN HENRDAWAN I1D113255
■ FITRIANI I1D113210
■ LENNY OCTAVIANI TANU I1D113253
■ DEDY SAPUTRA I1D113219
■ HAFIZ RAHMATULLAH I1D113223
SKENARIO 2
hasil Riskesdas provinsi Kalimantan Selatan tahun 2007
didapatkan data bahwa proporsi penduduk bermasalahgigi dan mulut
sebesar 29,2%. Salah satu Kabupaten dengan lahan rawa gambut
terdapat angka proporsi masalah gigi tertinggi yaitu 39,5% dengan
prevalensi tingkat keparahan karies gigi yang sangat tinggi (kriteria
tingkat keparahan karies menurut WHO) yaitu indeks DMF-T sebesar
6,61. belum meratanya suplai air dari PDAM membuat masyarakat
menggunakan air sungai atau air rawa untuk komsumsi sehari-hari.
Berbagai program preventif maupun promotif rutin dilakukan termasuk
flouridasi air minum, namun kurang berhasil.
Analisa dan identifikasi masalah
1. Apa saja upaya pemerintah (alternatif lain) terhadap air bersih yang belum merata?
Jawab : Pada Kabupaten Batola pemakaian air bersih masih kurang, biaya untuk pemasangan air
PDAM yang relatif tinggi. Harusnya diadakan edukasi pada masyarakat untuk membuat sumber
air sendiri. Air sungai ditampung dengan proses penjernihan lalu tempatkan di daerah yang tinggi
hingga tahapan Aerasi.
2. Bagaimana upaya dokter gigi dalam penanganan karies?
Jawab : Promotif dengan penyuluhan / edukasi pada masyarakat setepat sedangkan upaya
preventif bisa dengan melakukan topikal aplikasi, fissure sealant pada fit dan fissure yang dalam,
menganjurkan untuk sikat gigi 2x sehari, rutin periksa gigi setiap minimal 6 bulan sekali.

3. Dimana tempat yang disebutkan prepalensi tertinggi dan kenapa daerah tersebut banyak
terjadi karies?
Jawab : 90% Batola adalah lahan basah.
4. Bagaimana mekanisme flouridasi air minum?
Jawab : SB
5. Berapa klasifikasi DMF-T?
Jawab :
■ 0,0 – 1,1 = Sangat rendah
■ 1,2 – 2,6 = rendah
■ 2,6 – 4,6 = sedang
■ 4,6 – 6,0 = tinggi
■ > 6,0 = sangat tinggi
6. Kenapa program preventif dan promotif?
Jawab : karena keadaan lingkungan, pendidikan, pola pikir, akses air bersih tidak ada.
7. Apa Faktor yang menyebabkan kurangnya suplai air PDAM?
Jawab : karena faktor geografis, tingkah laku dari budaya sebelumnya.
8. Apa indikasi dan kontraindikasi beserta dampak positif dan negatif dari flouridasi?
Jawab :
 Indikasi flouridasi : untuk anak usia 5 tahun diduga karies sedang – tinggi, untuk
anak – anak yang mengalami kelainan seperti sindrom down.
 Kotraindikasi flouridasi : untuk anak karies rendah tidak dianjurkan untuk memakai
flour berlebihan.
 Dampak negatif : Flourosis (bercak –bercak putih / kelebihan flour)
 Dampak positif : Mengurangi karies pada anak
9. Apa tujuan flouridasi air minum?
Jawab : mencegah terjadinya karies
10. Batas normal flouridasi air minum?
Kendala : batas normal 0,7 – 1,2 ppm
Pohon masalah

pemerintah Definisi

Upaya promotif dan


preventif terhadap Indikasi dan
Flouridasi
prevalensi karies kontraindikasi

Dokter Gigi

Dampak positif
dan negatif
Jenis-jenis
Mekanisme
Sasaran belajar
1. Menjelaskan upaya promotif dan preventif oleh kebijakan pemerintah
2. Menjelaskan upaya promotif dan preventif oleh dokter gigi
3. Menjelaskan definisi flouridasi
4. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi flouridasi
5. Menjelaskan dampak positif dan dampak negatif flouridasi
6. Menjelaskan jenis-jenis flouridasi
7. Menjelaskan mekanisme flouridasi
Definisi dan Perhitungan indeks DMF-T
■ Indeks DMF-T adalah indeks yang dipakai pada gigi permanen untuk menunjukkan banyaknya gigi yang
terkena karies, banyaknya gigi yang membutuhkan perawatan dan jumlah gigi yang telah dirawat
(Oktavillia et al, 2014).
– D  Decay
– M  Missing
– F  Filled

■ Indeks DMF-T individual = D + M + F


■ Indeks DMF-T populasi = Jumlah kejadian DMF-T populasi
Jumlah populasi keseluruhan
Syarat Pencatatan
1. Gigi tidak boleh dihitung lebih dari satu kali
2. Hanya gigi yang hilang karena karies yang dicatat
3. Gigi dengan restorasi yang banyak tetap dihitung satu
4. Gigi desidui tidak termasuk DMF-T
5. Gigi dianggap erupsi jika permukaan oklusal atau ujung insisal terlihat
6. Restorasi sementara dianggap Decay
Kriteria tingkat keparahan karies
menurut who
■ 0,0 – 1,1  Sangat rendah
■ 1,2 – 2,6  Rendah
■ 2,7 – 4,4  Sedang
■ 4,6 – 6,5  Tinggi
■ Lebih dari 6,6  Sangat tinggi
Upaya Promotif dan Preventif

Lima tahap pencegahan menurut leavel and clark :


1. Health Promotion
Dapat diterapkan pada pencegahan karies gigi, di antaranya pendidikan kesehatan
tentang kedokteran gigi, mengenai gizi yaitu tuntutan pemberian kualitas makanan
yang baik selama pembentukan dan perkembangan gigi.

2. Specific Protection
Langkah langkah yang dapat ditetapkan pada tahap ini adalah aplikasi topikal fluor di
daerah yang tidak terjangkau fluoridasi air minum, penutupan fisura, serta
kemungkinan dilakukannya imunisasi aktif.
Selanjutnya..
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Dilakukan untuk medeteksi karies gigi dan penyakit mulut lainnya yang bersamaan dengan
program kesehatan gigi. Program ini sebaiknya dilakukan secara bersama dan
berkesinambungan.

4. Disability Limitation
Pada tahap ini contoh kasus yang dapat diambil misalnya kegagalan dalam mendeteksi dini
suatu penyakit atau perawatan yang tidak adekuat dapat menyebabkan kehilangan gigi atau
proses karies dalam tahap lanjut yang telah mengenai pulpa sehingga harus dilakukan
perawatan saluran akar dan ekstraksi.

5. Rehabilitation
Pada tahap terakhir ini dapat dilakukan penggantian gigi serta penempatan gigi pada posisi
yang tepat, sesuai bentuk dan anatomi (1).
Upaya Promotif dan Preventif Pemerintah
Terhadap Prevalensi Karies

1. Kegiatan Promosi Kesehatan


Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan oleh puskesmas dan dinas kesehatan.
Tema-tema yang disampaikan didalam promosi kesehatan gigi dan penggunaan air.
Penyuluhan tentang kualitas air dilakukan oleh petugas sanitarian puskesmas yang
dilaksanakan di sekolah, di masyarakat dan di puskesmas (4).

2. UKGS
UKGS dilaksanakan bekerja sama dengan dinas kesehatan. Kegiatan yang
dilaksanakandalam UKGS berupa sikat gigi massal, sosialisasi tentang kesehatan gigi
dan tindakan perawatan gigi bagi siswa yang mendapatkan permasalahan gigi dengan
diberi surat rujukan ke puskesmas setempat (4).
3. UKGM
UKGM merupakan program pemerintah yang ditujukan pada upaya peningkatan
kesehatan gigi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan UKGM dapat berupa kegiatan
preventif berupa penyuluhan tentang kesehatan gigi serta kegiatan tindakan perawatan
gigi ringan ketika ada warga yang giginya perlu pemeriksaan dan penanganan
sederhana(4).
Selanjutnya..

4. Fluoridasi Air Minum


Penyesuaian terkontrol konsentrasi fluoride alami dalam air minum yang
direkomendasikan untuk kesehatan gigi yang optimal. Tingkat optimal pada air minum
ditentukan adalah 1mg/L (1 ppm) (2).

5. Pemberian Fluoride Tablet dan Tetes.


Penggunaan dosis maksimal adalag 0,5 mg/hari. Indikasi pemberian fluor tablet dan
tetes adalah apabila kadar fluor pada air minum kurang dari 0,3 ppm.
6. Pemberian Susu mengandung fluor
Pemberian susu dapat dilakukan di puskesmas, diberikan kepada anak-anak dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan gigi.

7. Pemberian garam mengandung Fluor (2).


2. Upaya Promotif dan Preventif Dokter Gigi
Terhadap Prevalensi Karies
1. Fissure sealent
Pada anak-anak, fissure sealent terbukti dapat mengurangi fisur dan karies pada gigi molar
tetap sebanyak 45-70%. Bahan yang digunakan adalah GIC yang mengandung fluor.
Indikasi fissure sealent adalah :
a. Memiliki karies pada gigi sulung
b. Memiliki hubungan saudara dengan riwayat karies
c. Memiliki karies di gigi molar pertama tetap
d. OH buruk
e. Disabilitas
f. Gigi-gigi yang memiliki fisur yang dalam(2).
3. Definisi Flouridasi
Fluoridasi adalah penyesuaian tingkat fluoride dalam air untuk
manfaat kesehatan gigi. Dapat mengurangi resiko karies gigi 20 – 40 %.
Fluoridasi biasanya dilakukan dengan menambahkan NaF, asam
fluorosilicic (H SiF6) atau natrium fluorosilicate (Na2SiF6) untuk air
minum. (6)
4. Indikasi dan Kontraindikasi Flouridasi

Indikasi fluoridasi
■ Pasien anak dibawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang-tinggi.
■ Gigi dengan permukaan akar yang terbuka.
■ Gigi yang sensitif.
■ Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk dibersihkan giginya. (Co:
Down Syndrome)
■ Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik.
Kontraindikasi fluoridasi
■ Pasien anak dengan karies rendah.
■ Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor.
■ Ada kavitas yang terbuka. (6)
5. Dampak Positif dan Dampak Negatif
Flouridasi
Dampak positif
■ Pra erupsi
1. Selama pembentukan gigi, fluoride melindungi enamel dari pengurangan matriks
yang dibentuk.
2. Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang lebih resisten terhadap
asam.
3. Pemberian yang optimal dapat membuat kristal lebih besar dan kandungan
karbonat lebih rendah sehingga kelarutan terhadap asam lebih rendah.
■ Pasca Erupsi
1. Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam
2. Fluoroapatit lebih padat dan membentuk kristal, sedang daerah permukaan gigi
yang bereaksi dengan asam lebih sedikit
3. Pembentukan CaF yang lebih resisten terhadap asam sehingga gigi tidak mudah
karies(3).
■ Dampak negatif dari Fluor adalah menimbulkan reaksi beracun, Fluor bila masuk ke
dalam tubuh, separuhnya akan tetap tertinggal di dalam tulang dan akan bertambah
sesuai dengan umur.
■ Dampak negatif pada Fluor membuat beberapa negara tidak menggunakan fluor pada
fluoridasi air minum adalah
a. Skandinavia
b. Swiss
c. Perancis
d. Jerman
e. Belgia (5).
■ Toksisitas Fluoride akut
1. Mual
2. Hipersalivasi
3. Muntah
4. Nyeri abdominal
5. Diare
(2).
■ Toksisitas Fluoride Kronis
1. Demarkasi opak pada gigi
2. Hipoplasia
3. Fluorosis
4. Melemahkan dan melumpuhkan skeletal
5. Osteoporosis
6. Gagal jantung
7. Gagal nafas
8. Kematian (2).
6. Jenis-jenis Flouridasi

■ Berdasarkan Kimia nya


1. Natrium Fluoride (NaF)
2. Natrium Monofluorofosfat (NaMFP)
3. Stannous Fluoride (SnF)
4. Amine Fluoride (AmF) (2).
Berdasarkan bentuk fisiknya
1. Gel Fluoride
Bentuk ini dapat diaplikasikan pada tray atau sikat gigi.
Dosis yang dapat digunakan oleh dokter gigi (1,23%= 12.300 ppm) dan dosis yang
rendah untuk penggunaan oleh pasien di rumah.
Terdapat resiko toksisitas pada penggunaan gel yang mengandung fluoride tinggi.
Aturan pakai : a. tidak boleh lebih dari 2ml/tray
b. meludah setelah aplikasi gel 30 menit
c. tidak digunakan pada anak usia >6 tahun
2. Fluoride Kumur
Mengandung 0,05% (225 ppm) dosis pakai setiap hari dan kumur mingguan 0,20%
(900 ppm) menggunakan Natrium Fluroide.
Indikasi : pasien ortodontik
Kontraindikasi : anak usia kurang dari 6 tahun
3. Varnish Fluoride
Kandungan Natrium Fluoride pada varnish fluoride adalah 5% (22.600ppm). Tersedia
dalam tabung kecil, aplikasi menggunakan cotton bud.

4. Pasta gigi mengandung fluoride


Kandungan fluoride pada gigi adalah 1000ppm. Pasta gigi, untuk mengurangi resiko
fluorosis terdapat pasta gigi yang mengandung 500-750 ppm fluoride (2).
7. mekanisme flouridasi

Ada 3 cara :
1. Meningkatkan resistensi email, mencegah demineralisasi.
2. Memicu remineralisasi gigi
3. Menghambat glikolisis pada bakteri plak sehingga menggurangi pembentukan
asam. (7)
■ Bila terdapat fluoride selama remineralisasi, maka akan membentuk fluoroapatit
[Ca10(PO4)6F2] yang lebih stabil dan tahan asam dibanding kalsium karena pH krisis
F=4,5 sedangkan Ca=5,5.
■ Mampu menghambat plak bakteri dengan menghalangi enzim enolase pada saat
glikolisis oleh bakteri
■ Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit yang lebih stabil (3).
proses pembuatan air gambut menjadi
air layak minum
Udara Kaporit
Kapur Tawas

Koagulasi
Air baku Netralisasi Aerasi Flokulasi Filtrasi Desinfektan
Sedimentasi

Air Minum

Widayat dan Said , 2011


proses pembuatan air gambut menjadi
air layak minum
■ Netralisasi adalah mengatur keasaman air baku yang bersifat asam dengan pH< 7
dinaikkan menjadi netral (pH 7 - 8).
■ Proses aerasi yaitu mengontakkan air baku dengan udara kususnya Oksigen (O2),
dengan tujuan zat besi (Fe) dan mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku teroksidasi
dan selanjutnya membentuk senyawa besi dan mangan yang dapat diendapkan.
■ Koagulasi dilakukan dengan pembubuhan bahan koagulan ke dalam air baku, dimana
kotoran yang berupa koloid maupun suspensi yang ada di dalamnya menggumpal
sehingga mudah diendapkan.
■ engendapan Tujuan pengendapan atau sedimentasi adalah mengendapkan gumpalan
yang terjadi akibat proses koagulasi-flokulasi secara gravitasi, selain itu proses
pengendapan ini mengurangi beban kerja filter.
■ Filtrasi dilakukan dengan media penyaring yang terdiri dari kerikil, arang/karbon aktif,
ijuk dan pasir. (9)
Standar baku kualitas air minum
■ Persyaratan Fisika
1. Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh
2. Air yang kualitasnya baik adalah tidak berbau dan memiliki rasa tawar
3. Air yang baik dan layak untuk diminum tidak mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas
maksimal yang diperbolehkan (1000 mg/l)
4. Air yang baik mempunyai temperatur normal, 8º dari suhu kamar (27ºC)
5. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna
■ Persyaratan Kimia
1. Air yang baik adalah air yang bersifat netral (pH = 7)
2. Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak melebihi batas yang ditetapkan
3. Kandungan bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak melebihi jumlah yang telah ditentukan.
4. Derajat kesadahan (CaCO3) maksimum air yang layak minum adalah 500 mg per liter.
■ Persayaratan Biologi
1. Tidak Mengandung Organisme Patogen
2. Tidak Mengandung Mikroorganisme Non Patogen (10)
Daftar Pustaka
1. Hirayana Putri,Megananda et al. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Pendukung gigi
2. Duggal,Monty et al. 2014. At a Glance Kedokteran Gigi Anak. Erlangga. Surabaya.
3. Yetti Herdiyati dan Inne Suherna. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi
4. Adhani R et al. 2015. Karies Gigi di Masyarakat Lahan Basah
5. Maulani Chaerita.2005. Kiat Merawat Gigi anak.
6. Putri MH. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.
2010.
7. Victoria. Oral Flouride including water of tooth decay. International journal of food science. Vol
4.2015
8. Herdiyati, Y. dkk. 2010. Penggunaan fluor dalam Kedokteran gigi . Universitas Padjajaran.
9. Widayat W dan Said NI. Pengolahan Air Gambut secara Kontiyu. Jurnal Teknologi Lingkungan
2011: 2(3): 214-22.
10. Yusuf Y. Teknologi pengolahan air tanah sebagai sumber air minum pada skala rumah tangga.
SIGMA journal. Desember 2012; 4(2): 63-70

Anda mungkin juga menyukai