dalam Pengamalan
Keadilan
Oleh : Kelompok 5
Allia Hamast
Ganang Rachman Hakim
Hany Sukma
Ihsanu Ramdan Mustofa
Ikasari Khoirunnisa
Mustafa Alkamal
Johannes Leimena , kelahiran 6 Maret 1905 dalam
perjalanannya dijuluki sebagai dokter serba bisa. Ia juga
merupakan satu-satunya politisi Indonesia yang pernah
menjabat menteri ( termasuk menteri muda, wakil menteri
dan perdana menteri) dalam 18 kabinet berbeda selama
21 tahun berturut-turut sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai
Kabinet Dwikora II (1966), Utamanya di Kementerian
Kesehatan dan Sosial.
Cerita Singkat Perjalanan Hidup J. Leimena
1. Saat masih menempuh pendidikan kedokteran tingkat rendah di STOVIA (School Tot
Opleiding Van Indische Artsen) di Jakarta dan NIAS (Nederlandsch Indische Artsen
School) di Surabaya, kepedulian sosialnya mulai bangkit dan kemudian
menemukan dimana saat itu kurangnya kepedulian sosial umat Kristen sehingga
kemudian ia pun termotivasi untuk aktif dalam Gerakan Oikumene yang mana
kemudia ini melahirkan organisasi Kristen Cristelijke Studenten Vereeniging (CSV)
yang merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia).
2. Kemudian setelah menjadi dokter, Leimena sendiri cukup terkenal karena
keberhasilannya menemukan racikan obat salep (Salep Leimena) untuk mengobati
penyakit kulit ringan yang biasa diderita oleh rakyat kecil.
3. Ketika menjabat sebagai Menteri Kesehatan (1953-1955), Oom Jo merumuskan
rencana pembangunan kesehatan yang komprehensif, dikenal dengan nama
Rencana Leimena. Rencana ini mengonsepsikan pelayanan kesehatan untuk
pencegahan dan penyembuhan serta perimbangan fasilitas layanan kesehatan di
kota dan desa.
Jejak Langkah Oom Jo ini merupakan contoh Excellent dari
penjelmaan tiga peran sosial dalam mewujudkan keadilan sosial :
Peran penyelenggara negara ( Point No. 3 )
Peran pasar/pelaku usaha ( Poin No. 2 )
Peran masyarakat sipil ( Poin No. 1 )
Berasal dari kata Al-‘Adl (adil) yang secara harfiah berarti ‘Lurus’ , ‘Seimbang’, keadilan
berarti memperlakukan setiap orang dengan prinsip kesetaraan, tanpa diskriminasi
berdasarkan perasaan subjektif, perbedaan keturunan, keagamaan, dan status sosial.
Cita cita demokrasi Indonesia tidak hanya memperjuangkan emansipasi dan partisipasi di
bidang politik, melainkan juga emansipasi dan partisipasi di bidang ekonomi. Sila Keempat
(Kerakyatan) dan Kelima (Keadilan) dari Pancasila merupakan suatu kerangka yang tidak
dapat dipisahkan. Kebebasan demokratis kehilangan makna tanpa kesanggupan untuk
menghadirkan keadilan sosial. Sila Kelima inilah yang merupakan perwujudan paling konkret
dari prinsip-prinsip Pancasila.
Dengan imperative etis untuk menyelenggarakan keadilan sosial, negara demokratis yang
dikehendaki bangsa adalah “Negara Sosial” atau nama lain dari “Negara Kesejahteraan”
bukanlah “Negara Liberal” yang hanya berfungsi sebagai “Penjaga Malam” yaitu sekedar
menjaga keamanan dan ketertiban individu serta menjamin kebebasan seluas-luasnya
dalam memperjuangkan kehidupannya.
Negara kesejahteraan Indonesia mendasarkan basis legitimasinya dari alinea keempat UUD
1945, yang terdiri dari :
1. Basis keselamatan insani.
2. Basis kesejahteraan.
3. Basis pengetahuan.
4. Basis perdamaian.
17.
Memajukan Kesejahteraan Umum
Dimensi Keadilan dan Kemakmuran
Dalam pikiran rakyat Indonesia, keadilan dan kemakmuran itu berdimensi “kenangan”
dan “harapan”.
Kenangan karena kisah bahwa Nusantara pra-colonial adalah rangkaian “gugus kemakmuran”.
Harapan karena rakyat Indonesia memimpikan kesejahteraan setelah penjajahan berlalu.
Syarat untuk mencapai keadilan dan kemakmuran menurut Soekarno adalah :
Syarat badaniah
Syarat kerohanian
Syarat material
Syarat mental
Revolusi Kebangkitan Bangsa
Indonesia
Para pendiri Republik Indonesia berpendirian bahwa Revolusi Kebangkitan
Bangsa Indonesia haruslah berwajah dua, yakni : revolusi politik dan
revolusi sosial.
Revolusi politik : bertujuan mengusir kolonialisme dan imperialisme.
Revolusi sosial : bertujuan untuk mngoreksi strukutur sosial-ekonomi yang
ada untuk mewujudkan masyuarakat adil dan makmur.
Cita-cita keadilan dan kemakmuran sebagai tujuan akhir dari revolusi ini
diwujudkan dengan memadukan demokrasi politik dan demokrasi
ekonomi melalui pengintegrasian pranata kebijakan ekonomi dan pranata
kebijakan sosial yang menghasilkan keadilan ekonomi dan jaminan sosial.
Sosialisme di Indonesia
Panitia Pemikir Siasat Ekonomi 1947 menghasilkan Dasar Pokok Daripada Plan Mengatur
Ekonomi Indonesia.
Kabinet Hatta I dan II diluncurkan program Rera (Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan
Perang) antara lain :
Memperbaiki ekonomi rakyat, keadaan keuangan perhubungan, perumahan dan kesehatan
Menyempurnakan perguruan tinggi sesuia keperluan masyarakat Indonesia
Rencana Produksi Tiga Tahun (Rencana Kasimo) antara lain :
Menanami lahan kosong di Sumatera Timur
Intensifikasi pertanian dengan bibit unggul
Transmigrasi penduduk Jawa ke Sumatera
Trilogi Pembangunan : pertumbuhan, pemerataan, stabilitas.
18.
Menyelenggarakan Jaminan-Pelayanan Sosial
Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan sangat
hakiki
Klaim moral pertama dari dasar keberadaan negara
adalah kesanggupannya untuk melindungi warga dari
marabahaya (harm)
Perlindungan atas keselamatan warga negara
menghendaki peran negara, pasar, dan masyarakat
dalam melindungi hak-hak dasar individu dan kelompok
Hak – Hak Sosial