Anda di halaman 1dari 20

SILOGISME TAK SEMPURNA

ENTHYMEME
Enthymeme adalah silogisme yang premis minornya
dihilangkan atau disembunyikan karena dianggap
semua orang sudah tahu sehingga tak perlu disebut
lagi.
Contoh :
Hasan Basri adalah manusia, maka ia bakal mati
Karena semua manusia fana, Rusli Zainalpun fana
Anaximenes tidak sempurna.
POLYSILOGISME
Polysilogisme adalah silogisme yang terdiri dari serangkaian silogisme yang
membentuk urutan sebagai berikut : Konklusi pertama menjadi premis mayor
bagi silogisme berikutnya, demikian untuk seterusnya.
Contoh :
Semua makhluk tidak sempurna
Semua manusia adalah makhluk
Semua manusia tidak sempurna (konklusi I )
Semua Gubernur adalah manusia
Semua Gubernur tidak sempurna (konklusi II )
M. Rusli Zainal adalah Gubernur
Jadi M Rusli Zainal tidak sempurna.

SORITES
Sorites adalah silogisme berantai yang susunannya berbeda dengan polisilogisme. Sorites
dapat dibedakan menjadi dua : progresif (sorites Aristotelian ), dan regresif (sorites
Goclenian).
Sorites progresif tersusun atas : predikat proposisi pertama menjadi subyek proposisi
kedua, predikat proposisi kedua menjadi subyek pada proposisi ketiga, demikian seterusnya
sampai ditarik kesimpulan yang subyeknya adalah subyek proposisi pertama dan
predikatnya adalah predikat proposisi terakhir. Rumusannya adalah :
ab atau S  P1
bc P1  P2
cd P2  P3
de P3  P4
ef P4  P5
af S  P5
Contoh :
Hutang budi adalah menerima kebaikan orang lain,
Menerima kebaikan orang lain adalah tak dapat dinilai dengan
uang,
Sesuatu yang tak dapat dinilai dengan uang adalah tak dapat
dibayar dengan uang,
Sesuatu yang tak dapat dibayar dengan uang adalah tak dapat
dibalas dengan tuntas,
Sesuatu yang tak dapat dibalas dengan tuntas adalah sesuatu yang
yang akan dibawa mati,
Jadi hutang budi adalah hutang yang akan dibawa mati

Sorites Regresif disusun dengan rumus sbb :


ef
de
cd
bc
ab
 af
DILEMA
Dilema adalah penyimpulan yang menggunakan dua proposisi impliktif (proposisi dengan
hubungan persyaratan) sebagai premis mayor, juga adakalanya menggunakan proposisi
disjungtif sebagai premis minornya, dan menghasilkan kesimpulan yang bercabang.
Dengan pengertian lain, dilema adalah penyimpulan yang berpangkal pada dua pernyataan
dengan hubungan ketergantungan antara dua bagian yang mewujudkan kesimpulan
bercabang.
Secara umum dapat dirumuskan :
{ [ ( p  q )  ( -p  r ) ]  ( p V –p ) }  ( q V r )

 Penyimpulan dilema ini dapat dibedakan atas dua


macam bentuk :
 Dilema Konstruktif, yakni berdasarkan bentuk logis
modus ponendo ponen, yakni mengakui atau
menetapkan anteseden maka kesimpulannya adalah
menetapkan konsekuen.
 Dilema Destruktif, yakni berdasarkan bentuk logis
modus tolendo tolen, yakni mengingkari atau
menegasikan konsekuen maka kesimpulannya adalah
mengingkari atau menegasikan anteseden.
ADALAH penyimpulan bercabang dengan
modus ponendo ponen, yakni menetapkan
DILEMA anteseden masing-masing proposisi implikatif
KONSTRUKTIF pada premis mayor, dan kesimpulannya adalah
menetapkan konsekuen masing-masing
proposisi tersebut.

 Simple Constructive Dilemma


 Contoh :
Pa : Barang siapa dengan sengaja merusak lingkungan
diancam hukuman pidana penjara selama-lamanya
delapan tahun, dan barang siapa dengan sengaja
mencemari lingkungan diancam hukuman pidana
penjara selama-lamanya delapan tahun.
Pi : Seorang pengusaha pengolahan kayu terbukti dengan
sengaja merusak lingkungan atau sengaja mencemari
lingkungan.
Ks : Maka pengusaha tersebut diancam pidana penjara
selama-lamanya delapan tahun.
DIAGRAM

p r

{ [( p  q )  ( r  q ) ]  ( p V r ) }  q
Complex contructive Dilemma 1

 Contoh :
 Pa :Di kawasan Jakarta selatan jika musim
kemarau air sulit didapat, dan jika musim
penghujan sering terlanda banjir
(p  q )  ( r  s )
 Pi : Musim kemarau atau musim penghujan
(pVr)
 Ks :Di kawasan Jakarta selatan air sulit didapat
atau sering terlanda banjir ( q V s )

(p  q )  ( r  s )
Diagram : (pVr)
q
p r ============
s (qVs)
DIAGRAM

(pq)(r s)
q (pVr)
p r
(qVs)
s
Complex contructive Dilemma 3

 Contoh :
 Pa : Jika bersalah mengapa tidak segera
diadili, dan jika tidak bersalah
mengapa tidak segera dibebaskan
( p  q )  ( -p  r)
 Pi : Seorang tersangka di Polresta X
bersalah atau tidak bersalah ( p V –p )
 Ks : Tersangka di Polresta X tersebut tidak
segera diadili atau tidak segera
dibebaskan. ( q v r )
DIAGRAM

( p  q )  ( -p  r )
P -p ( p V –p )
q r
(qVr)
Dilema Destruktif merupakan
penyimpulan bercabang dengan modus
tolendo tolen, yaitu mengingkari
DILEMA konsekuen masing-masing proposisi
DESTRUKTIF
implikatif pada premis mayor maka
kesimpulannya adalah mengingkari
masing-masing anteseden proposisi
tersebut.

Dilema ini dibedakan dua macam :


1. Simple Destructive Dillema
2. Complex Destructive Dillema
Simple Destructive Dilemma :
{ [ (p  q )  ( p  r ) ]  ( -q V -r ) }  -p
 Contoh :
 Pa : Jika saya pergi mengajar maka harus
menyiapkan materi kuliah, dan jika saya
pergi mengajar maka harus mengembalikan
pinjaman dana ke fakultas.
 Pi : Saya tidak (belum) siap dengan materi
kuliah atau saya belum bisa mengembalikan
pinjaman dana ke fakultas.
 Ks : Saya tidak pergi mengajar ( - p )
Diagram :

p (p  q )  ( p  r )
q r ( -q V -r )

 -p
Complex Destructive Dillema

{ [ ( p  q ) ( r  s ) ]  ( -q V –s) }  ( -p V –r )

 Contoh :
 Pa : Jika saya pergi kuliah maka harus
menerobos hujan lebat, dan jika
pinjam catatan teman maka saya
harus mengembalikan hari ini juga.
 Pi : Saya tak berani menerobos hujan
lebat dan atau saya tak mau dapat
mengembalikan catatan pada hari
juga.
 Ks : Maka saya tidak pergi kuliah dan atau
saya tidak perlu pinjam catatan teman.
Diagram :

( p  q ) ( r  s )
( -q V –s)
q p r s
 ( -p V –r )
DILEMA DAN RETORSI

 Dilema pada prinsipnya merupakan


penalaran alternatif. Jika premisnya
demikian kesimpulannya demikian, dan jika
premisnya begitu kesimpulannya begitu.
 Dilema merupakan cara yang sangat
efektif untuk memaksakan kesimpulan
tertentu, yang hanya dapat dipatahkan
dengan delema yang dibalik yang disebut
Retorsi.
Untuk mendapatkan kesimpulan yang benar terdapat tiga aturan dilema :

 Jika memakai disjungsi harus utuh,


berbalikan penuh, semua bagian harus
selesai tak boleh ada kemungkinan lain,
sehingga tak ada jalan keluar
 Hubungan anteseden dan konsekuen
haruslah merupakan satu-satunya dan tak
ada konsekuen lain, dan tak mungkin
penarikan kesimpulan dengan jalan lain.
 kesimpulan yang ditarik dari masing-
masing bagian harus merupakan satu-
satunya kesimpulan yang mungkin diambil.
RETORSI

 Retorsi adalah suatu penyimpulan atau


penalaran dalam bentuk dilema yang
kesimpulannya diusahakan untuk
mengingkari atau menegasi kesimpulan dari
dilema semula . Dengan pengertian lain
retorsi adalah melawan dilema dengan
dilema.
DILEMA PROTAGORAS
 Jika saya menang, Eualthes harus membayar saya (
menurut putusan pengadilan ) ( p  q )
 Jika Eualthes yang menang, dia harus membayar
saya ( berdasar perjanjian) ( r  q )
 Saya yang menang atau Dia yang menang ( p v r )
 Kesimpulannya : Bagaimanapun juga Eualthes
harus membayar saya ( q )
DK : [ { ( p  q)(rq)} (pVr)]  q

p r
Retorsi Eualthes
 Jika saya menang, saya tak perlu membayar
( menurut putusan pengadilan ) ( r   q )
 Jika saya kalah,saya tak perlu membayar (berdasar
perjanjian) ( p q )
 Saya yang menang atau Protagpras yang menang ( r
Vp)
 Kesimpulannya : bagaimanapun juga saya tak perlu
membayar ( -q )

-q
[ { ( r   q )  ( p  q ) }  ( r V p ) ]   q
p r

Anda mungkin juga menyukai