Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KEBUTUHAN BODY MEKANIK


Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Aktivitas

• Pengkajian
• Diagnosa Keperawatan
• Perencanaan
• Implementasi
• Evaluasi
PENGKAJIAN
A. Riwayat Keperawatan
• Pengkajian keperawatan pada masalah
mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain
menilai adanya kemampuan dan keterbatasan
dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi
berbaring ke posisi duduk, kemudian bangkit
dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan
posisi.
• Selanjutnya menilai adanya kelainan dalam
mekanika tubuh pada saat duduk, berakivitas,
atau saat pasien menglami pergerakan serta
pengkajian terhadap status ambulasi.
• Pengkajian keperawatan pada masalah
mekanika tubuh dan Kemudian, menilai gaya
berjalan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kelainan dengan cara mengamati
apakah gaya berjalan pasien ( mantap atau
tegak lurus ), ayunan lengan atas ( pantas
atau tidak ), kaki ikut siap pada saat ayunan
atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis
gravitasi atau tidak, serta berjalan apakah
diawali dan diakhiri dengan mudah atau
tidak.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada aktivitas dan
olahraga yang menonjolkan kesejajaran tubuh,
cara berjalan, penampilan dan pergerakan sendi,
kemampuan dan keterbatasan gerak, kekuatan
dan massa otot, serta toleransi aktivitas.
A. Kesejajaran tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan
pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring.
Cont’d
Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada
kesejajaran tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Mengdentifikasi penyimpanan kesejajaran
tubuh yang disebabkan fostur yang buruk.
3. Memberi kesempatan klien untuk
mengopservasi posturnya.
Cont’d
Pengkajian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
4. Menentukan perubahan fisiologis normal pada
kesejajaran tubuh Mengidentifikasi kebutuhan
belajar klien untuk mempertahankan kejajaran
tubuh yang benar.
5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau
disfungsi saraf.
6. Memperoleh informasi mengenai factor-faktor lain
yang mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti
kelelahan, malnutrisi, dan masalah psikologis.
Cont’d
• Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh
adalah menempatkan klien pada posisi istirahat
sehingga tidak tampak dibuat-buat atau posisi
kaku.
• Jika mengkaji kesejajaran tubuh pasien imobilisasi
atau pasien tidak sadar maka bantal dan alat
penopang di angkat dari tempat tidur lalu klien
diletakkan pada posisi telentang.
Saat Berdiri
1. Kepala tegak dan midline
2. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul
lurus dan sejajar.
3. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang
lurus
4. Ketika klien dilihat dari arah lateral, Kepala tegak
dan garis tulang belakang digaris dalam pola S
terbaik. Tulang belakang servikal pada arah
anterior adalah cembung, tulang belakang lumbal
pada arah anterior adalah cembung.
Saat Berdiri
5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian
dalam dengan nyaman dan lutut pergelangan kaki agak
melengkung. Orang tampak nyaman dan tidak sadar akan
lutut dan pergelangan kaki yang fleksi.
6. Lengan klien nyaman di samping.
7. Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan
dasar penopang, dan jari – jari kaki menghadap ke depan.
8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi
berada di tengah tubuh, dan garis gravitasi mulai dari
tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara
kedua kaki. Bagian lateral garis gravitasi dimulai secara
vertikal dari tengah tengkorak sampai sepertiga kaki bagian
posterior.
Saat Duduk
1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam
kesejajaran yang lurus.
2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha.
3. Paha sejajar dan berada pada potongan horisontal.
4. Kedua kaki di topang di lantai. Pada klien pendek tinggi,
alat bantu kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi
fleksi dengan nyaman.
5. Jarak 2 – 4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk
dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian
posterior. Jarak ini menjamin tidak ada tekanan pada arteri
popliteal atau saraf untuk menurunkan sirkulasi atau
mengganggu fungsi saraf.
6. Lengan bawah klien ditopang pada penganan tangan, di
pangkuan, atau di atas meja depan kursi.
Berbaring
• Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan
persepsi normal terhadap tekanan.
• Sehingga mereka biasa merasakan posisi nyaman ketika
berbaring. Karena rentang gerak, sensasi dan sirkulasi pada
orang sadar berada dalam batas normal, mereka mengubah
posisi ketika mereka merasakan ketengangan otot dan
penurunan sirkulasi.
• Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan
posisi lateral pada klien dengan menggunakan satu bantal, dan
semua penopangnya diangkat dari tempat tidur. Tubuh harus
ditopang oleh matras yang adekuat. Tulang belakang harus
berada dalam kesejajaran lurus tanpa ada lengkungan yang
terlihat. Pengkajian ini memberi data dasar mengenai
kesejajaran tubuh klien.
b. Cara Berjalan

• Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk


membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan
kemampuan berjalan tanpa bantuan.
• Pengkajian cara berjalan dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien
dan risiko cedera akibat jatuh. Hal ini dilakukan dengan meminta klien
berjalan sejauh kurang lebih 10 kaki di dalam ruangan, kemudian amati hal-
hal berikut :
1. Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
2. Tumit menyentuh tanah lebih dahulu daripada jari kaki
3. Kaki dorsofleksi pada fase ayunan
4. Lengan mengayun ke depan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang
berlawanan
5. Gaya berjalan halus, terkoordinasi, dan berirama; ayunan tubuh dari sisi ke
6. sisi minimal dan tubuh ke depan, dan gerakan dimulai dan diakhiri dengan
santai.
7. Kecepatan berjalan (normalnya 70-100 langkah per menit)
Penampilan dan Pergerakan Sendi

Rentang gerak merupakan jumlah maksimum


gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada
salah satu dari tiga potongan tubuh, sagital,
frontal, dan tranversal. Mobilisasi sendi tiap
potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan
konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi
adalah spesifik untuk setiap potongan
• Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi,
serta pengkajian rentang gerak aktif atau
rentang gerak pasif. Hal-hal yang perlu dikaji
antara lain :
1. Adanya kemerahan atau pembengkakan sendi
2. Adanya deformitas
3. Perkembangan otot yang terkait dengan masing-
masing sendi
4. Adanya nyeri tekan
5. Krepitasi
6. Peningkatan temperatur di sekitar sendi
7. Derajat gerak sendi
Kemampuan dan keterbatasan gerak

• Pengkajian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang


adanya indikasi rintangan dan keterbatasan pada
pergerakan klien dan kebutuhan untuk memperoleh
bantuan. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
1. Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien
untuk bergerak.
2. Adanya hambatan dalam bergerak (misalnya terpasang selang
infuys atau gips yang berat)
3. Kewaspadaan mental dan kemampuan klien untuk mengikuti
petunjuk
4. Keseimbangan dan koordinasi klien.
5. Adanya hipotensi ortostatik sebelum berpindah tempat
6. Derajat kenyamanan klien
7. Penglihatan
Kekuatan dan Massa Otot

• Sebelum membantu klien mengubah posisi


atau berpindah tempat, perawat harus
mengkaji kekuatan dan kemampuan klien
untuk bergerak. Langkah ini di ambil untuk
menurunkan risiko tegang otot dan cedera
tubuh, baik bagi klien maupun perawat.
Toleransi Aktifitas

• Toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah


latihan atau kerja yang dapat dilakukan
seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas
diperlukan jika ada perencanaan aktivitas
seperti jalan, latihan rentang gerak, atau
aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut atau
kronik
Faktor yang Mempengaruhi Toleransi Aktivitas

FAKTOR FISIOLOGIS
Frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan
terakhir.
Tipe penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir.
Status kardiopulmunar (mis, dispnu, nyeri dada).
Status musculoskeletal (mis,, penurunan massa otot).
Pola tidur.
Keberadaan nyeri, pengontrolan nyeri.
Faktor yang Mempengaruhi Toleransi Aktivitas

Tanda-tanda vital; frekuensi pernapasan dan nadi kembali ketingkat


istirahat dalam 5menit setelah latihan tekanan darah kembali setelah
latihan tekanan darah kembali seperti semula dalam 5-10 menit setelah
latihan.
Tipe dari frekuensi aktivitas latihan.
Kelainan hasil labolatorium, seperti penurunan konsentrasi oksigen
arteri, penurunan kadar hemoglobin, kadare elektrolit yang tidak normal.
FAKTOR EMOSIONAL
Suasana hati (mood); depresi, cemas.
Motivasi.
Ketergantunagan zat kimia(mis., obat-obatan, alcohol, nikotin).
Gambaran diri.
• FAKTOR PERKEMBANGAN
Usia.
Jenis kelamin.
Kehamilan
Perubahan massa otot karena perubahan
perkembangan,
Perubahan system skeletal karena perubahan
perkembangan.
• Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu
meningkatakan kemandirian klien yang
mengalami :
1. Disabilitas kardiovaskular dan respiratorik
2. Imobilisasi komplet dalam waktu yang lama
3. Penurunan massa otot atau gangguan
muskuloskeletal
4. Tidur yang tidak mencukupi
5. Nyeri
6. Depresi,cemas, atau tidak termotivasi
Diagnosa Keperawatan
• Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada
masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya
kelemahan akibat spasme muskulusletal pada
ekstremitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau
penggunaan alat bantu dalam waktu lama.
2. Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis,
gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan tongkat
yang tidk benar.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik secara umum.
Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan
Mekanika Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
• Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan :
1. Kesejajaran tubuh yang buruk
2. Penurunan mobilisasi
• Risiko cedera yang berhubungan dengan :
1. Ketidaktepatan mekanika tubuh
2. Ketidaktepatan posisi
3. Ketidaktepatan teknik pemindahan
• Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
1. Penurunan rentang gerak
2. Tirah baring
3. Penurunan kekuatan
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan :
1. Statis sekresi paru
2. Ketidaktepatan posisi tubuh
• Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan :
1. Penurunan pengembangan paru
2. Penumpukan sekresi paru
3. Kertidaktepatan posisi tubuh
• Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
1. Pola napas tidak efektif
2. Penurunan pengembangan paru
3. Penumpukan sekresi paru
• Gangguan integritas kulit atau resiko gangguan integritas kulit
yang berhubungan dengan :
1. Keterbatasan mobilisasi
2. Tekanan permukaan kulit
3. Gaya gesek
• Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
1. Keterbatasan mobilisasi
2. Risiko infeksi
3. Retensi urine
• Risiko infeksi yang berhubungan dengan :
1. Statisnya sekresi paru
2. Kerusakan integritas kulit
3. Statisnya urine
• Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
1. Perubahan pola eliminasi
2. Keterbatasan mobilisasi
• Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan :
1. Penurunan asupan cairan
• Ketidakefektifan koping individu yang
berhubungan dengan :
1. Pengurangan tingkat aktifitas
2. Isolasi sosial
• Gangguan pola tidur yang berhubungan
dengan :
1. Keterbatasan mobilisasi
2. Ketidaknyamanan
Intervensi

1. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh


saat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.
Implementasi

• Body Alignment
a. Membantu pasien berdiri
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah
untuk memberikan bantuan berdiri.
b. Membantu pasien duduk
• Pengertian: Suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah
untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.
• Tujuan: Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal
pada semua orang yang terlibat.
Mengatur berbagai posisi
klien

• Posisi fowler

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.

Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi


kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan &
KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler : 15 – 45o
Posisi dorsal recumbent

• Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi
diatas bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi
dengan telapak kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk memeriksa
daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan
Posisi Trendelenburg

• Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian


kepala lebih rendah daripada bagian kaki
• Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
Posisi antitrendelenberg

• Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan


kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan
intrakranial pada pasien trauma kapitis.
Posisi pronasi/ tengkurap

• Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan


kepala menoleh kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping
kepala. Posisi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
• Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
• Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
• Membantu drainase dari mulut.
Posisi lateral (side lying)

• Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk
fleksi pada pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih
depan dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh
kesamping. Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan
kelurusan punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu
menghilangkan tekanan pada sakrum
Posisi supine/ terlentang.

• Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan


bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi pasien
harus di tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di bawah
kepala tempat tidur.
• Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi
masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
Posisi Sim’s

• Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan. Tujuan


posisi ini :
1. untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria).
2. Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
3. Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada
klien paralisis
4. Memudahkan pemeriksaan perineal
5. Untuk tindakan pemberian enema
Posisi Genu pectoral/knee chest
position

• posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada


menempel pada bagian alas TT
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
Posisi Litotomi

• Posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki


dan menariknya keatas bagian perut. Tujuan : Merawat atau
memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat
kontrasepsi
Posisi Orthopneik

• Posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg


meja yang menyilang diatas TT (90o).
• Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg
ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi.
Evaluasi
• Evaluasi yang diharapkan dari tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah
mekanika tubuh dan ambulasi adalah untuk
menilai kemampuan pasien dalam
menggunakan mekanika tubuh dengan baik,
menggunakan alat bantu gerak, cara
menggapai benda, naik atau turun, dan
berjalan.
•Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai