Keperawatan pada
Anak dengan
Gangguan
Peradangan pada
SGD 4
1. Sarah maulida Rahmah (131611133006) Sistem Digestive :
2.
3.
Ni’matus Sholeha
Rufaidah Fikriya
(131611133009)
(131611133018)
Diare Akut &
4.
5.
Arinda Naimatuz Zahriya
Erva Yulinda Maulidiana
(131611133024)
(131611133033)
Typhoid Fever
6. Elin Nur Annisa (131611133037)
7. Septin Srimentari Lely Darma (131611133046)
8. Gita Shella Madjid (131611133049)
DIARE AKUT
DEFINISI
Menurut Amin (2015), diare atau mencret didefinisikan
sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk
(unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari
3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang
dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan
pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa
lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa
mual, muntah,nyeri abdominal, mulas, tenesmus,
demam,dan tanda-tanda dehidrasi.
ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor:
1. Faktor Infeksi
2. Faktor Malabsorbsi
3. Faktor Makanan
4. Faktor Psikologis
PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan dapat
menimbulkan diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Diare disebabkan oleh 4 faktor yaitu infeksi virus, makanan, malabsorbsi dan psikologis.
Virus berkembang didalam usus halus dan malabsorbsi KH, lemak meningkatkan tekanan osmotic
sehingga terjadi kelebihan pengeluaran air dan elektrolit dan peningkatan isi rongga usus, kemudian
abdomen menjadi distensi dan menyebabkan diare. Sedangkan dari faktor makanan dan psikologi
ini menyebabkan gerakan peristaltic yang berlebihan di usus, sehingga makanan tidak dicerna
dengan baik yang menyebabkan penurunan kemampuan absorbs makanan didalam usus, kemudian
terjadi diare.
CONT...
Pada umumnya pemeriksaan sel radang pada feses diperlukan pada pasien dengan penyakit
berat, yang ditandai oleh satu atau lebih hal berikut ini:
2. Laktoferin Feses
Keterbatasan pemeriksaan leukosit feses seperti
yang dikemukakan di atas mendasari pengembangan
pemeriksaan lactoferrin latex agglutination assay (LFLA)
feses. Laktoferin merupakan penanda bagi adanya leukosit
pada feses, akan tetapi pengukurannya lebih akurat dan
kurang rentan terhadap berbagai variasi dalam pemrosesan
spesimen.
3. Endoskopi Saluran
Cerna
Bagian Bawah Endoskopi umumnya tidak dibutuhkan dalam mendiagnosis diare
akut. Akan tetapi, pemeriksaan ini dapat digunakan untuk:
Membedakan
inflammatory bowel
disease dari diare akibat
infeksi
1.Mendiagnosis adanya
infeksi oportunistik
(seperti, cytomegalovirus)
pada pasien
immunocompromise.
4. Kultur Feses
Pada diare akut, mempertahankan volume intravaskuler yang
adekuat serta mengoreksi gangguan cairan dan elektrolit lebih
prioritas dibandingkan mencari patogen penyebab. Pemeriksaan
kultur feses diindikasikan pada pasien dengan diare inflamasi dengan
darah/mukus pada fesesnya.
Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 53%
dokter baru melakukan kultur darah bila diare telah berlangsung >3
hari. Kultur feses kurang bernilai pada pasien yang mengalami diare
sesudah >72 jam perawatan di rumah sakit karena penyebabnya
hampir selalu infeksi C. difficile atau suatu penyebab noninfeksi.
CONT..
Penularan demam tifoid terjadi secara enternal. Bakteri Salmonella Typhi masuk ke mulut melalui
makanan dan air yang terkontaminasi (˃10.000 basil kuman). Sebagian bakteri yang masuk dimusnahkan oleh
asam HCL lambung dan sebagian akan masuk ke usus halus. Basil Salmonella Typhi akan menembus sel-sel epitel
(sel M) jika imunitas humoral mukosa Ig A usus tidak berfungsi dengan baik. Salmonella Typhi menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyer di ilium distal dan kelenjar getah bening mesentrika
Pada akhirnya jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesentrika mengalami hiperplasia
kemudian melalui duktus thoracicus, basil Salmonella masuk ke aliran darah dan tubuh mengalami fase
bakteremia, menyebar ke seluruh organ retikulo endotelial tubuh seperti hati, sumsum tulang, dan limfa disusul
dengan hepatomegali yang terjadi akibat infiltrasi limfosit, plasma, dan sel mononuklear. Terdapat juga nekrosis
fokal dan pembesaran limfa (splenomegali) di mana Salmonella Typhi berkembang biak dan kembali memasuki
sirkulasi darah sehingga mengakibatkan bakteremia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik seperti
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut dan instabilitas vaskuler.
CONT..
Erosi pembuluh darah di sekitar plak peyer yang sedang mengalami nekrosis
dan hiperplasia menyebabkan terjadinya perdarahan saluran cerna. Proses patologis ini
dapat berlangsung hingga ke lapisan otot dan serosa sehingga menyebabkan perforasi
usus. Secara singkat, pada minggu pertama penyakit terjadi hiperplasia plak peyeri,
pada minggu kedua terjadi nekrosis, pada minggu ketiga terjadi ulserasi serta
penyembuhan ulkus yang meninggalkan jaringan parut pada minggu keempat
WOC
Sekitar 10-15% dari pasien akan mengalami komplikasi, terutama pada yang sudah sakit selama lebih dari
2 minggu. Komplikasi yang sering dijumpai adalah reaktif hepatitis, perdarahan gastrointestinal, perforasi usus,
ensefalopati tifosa, serta gangguan pada sistem tubuh lainnya mengingat penyebaran kuman adalah secara
hematogen. Bila tidak terdapat komplikasi, gejala klinis akan mengalami perbaikan dalam waktu 2-4 minggu.
Tanda yang paling sering didapatkan pada pasien adalah
1. pembesaran hati
2. nyeri tekan abdomen
3. limfadenopati
4. letargi
5. lidah kotor
6. pembesaran limpa
7. penurunan kesadaran
PEMERIKSAAN FISIK
1. Hematologi
2. Urinalis
3. Tinja (feses)
4. Kimia klinik
5. Uji widal
1. HEMATOLOGI
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
CONT..
A. Anamnesis
Pengkajian mengenai :
1. Nama lengkap
2. Jenis kelamin
3. Tanggal lahir
4. Umur
5. Tempat lahir
6. Asal suku bangsa
7. Nama orang tua
8. Pekerjaan orang tua dan penghasilan.
1. Keluhan Utama
1. Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering terjadi pada anak-anak dengan
campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penuruan
kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar
lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
2. Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan makanan basi, karena
faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3. Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan
setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah makanan.
4. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas,
pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Keadaan Umum
– Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
– Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
– Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2. Berat Badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami
diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan
CONT..
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
b. Mata
c. Hidung
d. Telinga
e. Mulut dan Lidah
f. Leher
g. Thorak
h. Abdomen
i. Ektremitas
j. Genitalia
DIAGNOSA DAN
IMPLEMENTASI
C:\Users\USER\Desktop\Askep diare akut.docx
ASUHAN KEPERAWATAN
TYPHOID FEVER
A. Pengkajian
A. Anamnesis
Pengkajian mengenai :
1. Nama lengkap
2. Jenis kelamin
3. Tanggal lahir
4. Umur
5. Tempat lahir
6. Asal suku bangsa
7. Nama orang tua
8. Pekerjaan orang tua dan penghasilan.
1. Keluhan Utama
C:\Users\USER\Desktop\Askep typhoid.docx