Anda di halaman 1dari 21

Sindroma Nefrotik

(Textbook reading)

MUCHLISSATUS SHOLICHAH
2121210064
Lab Interna RSUD Kanjuruhan
Program Studi Kedokteran
UNISMA
2017
Definisi
• Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah
satu manifestasi klinik glomerulonefritis
(GN) ditandai dengan edema anasarka,
proteinuria masif >3,5 g/hari,
hipoalbuminemia <3,5 g/dl,
hiperkolesterolemia, dan lipiduria.
Epidemiologi
• Di klinik (75%-80%) kasus SN merupakan SN primer
(idiopatik).
• Anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan
nefropati lesi minimal (75%-85%) dengan umur rata-rata
2,5 tahun, 80% < 6 tahun laki- laki: perempuan = 2:1
• Pada orang dewasa paling banyak nefropati
membranosa umur 30-50 tahun dan perbandingan laki-
laki dan wanita 2 : 1.
• Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun
sedangkan pada dewasa 3/1000.000/tahun.
ETIOLOGI
KRITERIA DIAGNOSIS
ANAMNESA
• Edema kedua kaki , edema periorbita dan
scrotum / labia

• Diare Malaise
• Asites Anoreksi
• Efusi pleura Oliguria
• Athralgia Hematuria
Pemeriksaan Fisik
Hipertensi (25%)

Hipotensi dapat terjadi pada keadaan


hipoalbuminemia dan hipovolemia

Distres pernapasan (akibat edema pulmonal atau efusi


pleura)

Hepatomegali

Akut abdomen/peritonitis
Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis
proteinuria masif (3+ sampai 4+) (> 40 mg/m2 LPB/jam
atau 50 mg/kg/hari atau rasio protein/kreatinin pada urin
sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+) , dapat disertai
hematuria (>20 eritrosit/LPB).
2. pemeriksaan darah :- hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl)
- hiperkolesterolemia (> 200 mg/dL)
- LED meningkat
- globulin normal/sedikit meninggi
- Kadar ureum dan kreatinin
umumnya normal
Patofisiologi Proteinuria

Mekanisme Mekanisme
size barrier charge barrier
terganggu terganggu

Peningkatan
permeabilitas
kapiler

Protein lolos
melalui
mebran basal
glomerulus
C. Patofisologi edema
Reaksi antigen-antibodi

Peradangan glomerulus

Permeabilitas membran basalis

Proteinnuria

Hypoalbuminemia

Takanan osmotik kapiler hyperlipidemi

Tekanan hidrostatik kapiler

Transudasi ke dalam intersisiel hipovolemic

ADH GFR
Aidosteon

Retensi Na dan H2O


Edema
Patofisiologi (proteinuria-edema) Skema Hipotesis “ UNDERFILL“

Undervill

Proteinuria

Hipoalbuminemia

Tek. Onkotik Plasma ↓

Volume plasmal ↓

ADH ADH Sistem Renin Angiotensin ANP/N


-ANP N/Aldosteron (RAAS)↑

Retensi Air Retensi Na Retensi Na

Edema
Skema Hipotesis “
OVERFILL“
OVERFILL

Defek Tubulus Primer

Retensi Na

Volume plasmal ↑

ADH ↓ /N ANP
Aldosteron ↓

Tubulus Resisten
Terhadap ANP

EDEMA

12
Hipoalbuminemia
Produksi
albumin

Kehilangan
Sintesis albumin
Asupan protein dihati protein melalui
urin

Diet tinggi protein


mampu
Kompensasi hati
Pd SN terjadi meningkatkan
sintesis albumin
proteinuria massif sintesis albumin
(tetap gagal cegah
akibat↓tek onkotik tetapi mendorong
hipoalbumin
ekskresi albumin
melalui urin
Komplikasi
Keseimbangan Hiperkoagulasi Hiperlipidemia
nitrogen
Kehilangan massa - Peningkatan - Meningkatkan
otot sebesar 10-20% koagulasi resiko Penyakit
dari masa tubuh intravaskular akibat jantung koroner
komplikasi -
tromboemboli.
- Peningakatan
fibrinogen dan
penurunan fibrolisis
Komplikasi
 Infeksi (sepsis, pneumonia, selulitis dan
infeksi saluran kencing)
 penurunan kadar immunoglobulin
 cairan edema sebagai media biakan
 defisiensi protein
 penurunan aktifitas bakterisid leukosit
 terapi “immunosupresif”
 penurunan perfusi limpa karena hipovolemi
Penatalaksanaan
• Pengobatan Non spesifik
- mengurangi proteinuria
- mengontrol edema : diuretik, diet
rendah garam, tirah baring
- mengobati komplikasi : obat penurun
kolesterol (simvastatin, pravastatin,
lovastatin)
Penatalaksanaan
• Kortikoseroid
 prednison setiap 2 hari sekali selama 2
bulan kemudian dosis dikurangi bertahap
dan dihentikan setelah 1-2 bulan jika
relaps, terapi dapat diulangi
 prednison/prednisolon 1-1,5 mg/kg berat
badan/hari selama 4 minggu diikuti 1
mg/kg berat badan selang 1 hari selama 4
minggu.
• Skema pemberian diuretik untuk mengatasi edema :
Furosemid 1 – 3 mg/kgbb/hari + spironolakton 2-4 mg/kgbb/hari
Respon -
Berat badan tidak menurun atau tidak ada diuresis dalam 48 jam
Respon -
Dosis furosemid dinaikkan 2 kali lipat (maksimum 4-6 mg/kgbb/hari)
Respon -
Tambahkan hidroklorothiazid 1-2 mg/kgbb/hari
Respon -
Bolus furosemid IV 1-3 mg/kgbb/dosis atau per infus dengan kecepatan 0,1-1
mg/kgbb/jam
Respon -
Albumin 20% 1g/kgbb intravena diikuti dengan furosemid intravena
Penatalaksanaan
TERAPI RELAPS
* Prednison 2 mg/kgbb/hari (maksimal 80 mg/hari)
dengan dosis terbagi selama 4mgg → dilanjutkan
dengan 4 minggu kedua dengan dosis 1,5
mg/kgbb/hari, secara alternating (selang sehari)
* Jika proteinuria ≥ 2+ tanpa edema dan terbukti
infeksi: beri antibiotik 5-7 hari
* proteinuria ≥ 2+ dengan edema : beri pengobatan
steroid
Tatalaksana komplikasi
 Infeksi: tersering selulitis dan peritonitis yg umumnya
disebabkan oleh bakteri gram – dan S. pneumonia (penisilin
parenteral kombinasi dengan sefalosporin gen III selama 10-14
hari)
 Hipertensi: ACE-inhibitor, Ca chanel blocker, beta adrenergic
blocker
 Hipovolemia: Beri cairan fisiologis dan plasma sebanyak 15-
20ml/kg dengan cepat atau albumin 1g/kgBB
 Tromboemboli: Pencegahan dilakukan dengan pemberian
asetosal dosis rendah dan dipiradamol. Jika sudah terjadi
emboli, px diberikan heparin 50 U/kg IV dan dilanjutkan dg
100 U/kg setiap 4 jam IV
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai