Anda di halaman 1dari 67

KDS ec Rhinitis + ISK + DHF

Laporan kasus
Oleh:
I Gusti Agung Bagus Wisma Parikrama
Pendahuluan

Kejang demam merupakan kelainan neurologis


yang paling sering terjadi pada anak yang berusia 6
bulan sampai 5 tahun.

Rhinitis akut sering ditemukan karena manifestasi


dari rhinitis simpleks, penyakit spesifik, serta sekunder
dari iritasi lokal atau trauma.
ISK masih menjadi masalah kesehatan serta dapat
menjadi penyebab sepsis terbanyak setelah infeksi
saluran nafas. sering tidak terdeteksi baik oleh
tenaga medis maupun oleh orangtua.

Dengue haemorrhagic fever (DHF) masih menjadi


problem kesehatan masyarakat. Angka kematian
pada penyakit DBD yang tidak segera mendapat
perawatan akan terus meningkat,
Kasus
Identitas Pasien Tanggal Masuk : 2 Juli 2019
 Nama : An. A Tanggal Keluar : 11 Juli 2019

 Umur : 7 Bulan 14 Hari


 Jenis Kelamin : Perempuan

Subjektif
Keluhan Utama

Kejang disertai demam


Subjektif
RPS
 Pasien datang dengan keluhan kejang pukul 07.00 pagi.
Kejang ini baru terjadi pertama kali, mata mendelik keatas
dengan posisi tangan dan kaki glonjotan bergerak,
berlangsung kurang lebih 2 menit. Kejang tidak berulang (1
kali) sebelum kejang anak menangis dan saat kejng anak
berhenti menangis setelah kejanga anak sadar lalu
menangis lagi. Kejang didahului oleh panas yang
berlangsung sejak kemarin malam, muncul secara tiba – tiba
sudah diberikan parasetamol tapi panas tidak turun. Pasien
sebelumnya pilek sejak 3 hari lalu, tidak batuk. Tidak ada
muntah, BAB normal, tidak encer, tadi pagi BAB 1x. BAK
normal. Nafsu makan baik, makan bubur. Minum susu
formula
Subjektif
RPD
 Tidak pernah kejang sebelumnya.
 Bulan februari sempat panas tinggi namun tidak sampe MRS
RPK
 Ayah / Ibu tidak mempunyai riwayat kejang.
Riwayat Imunisasi
 BCG (+)
 Hepatitis B I,II,III (+)
 Polio I,II, III, IV (+)
 DPT I, II, III (+)
 Hib (+)
 Campak (-)
Subjektif
Riwayat Kelahiran
 Pasien lahir di bidan, spontan, usia kehamilan 37-38 minggu,
lahir secara normal, tidak ada kelainan bawaan, tidak ada
penyakit penyerta saat ibu hamil. ANC rutin
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
 Pasien mulai bisa duduk, sudah tumbuh gigi
Riwayat Psikososial
 Pasien diasuh oleh orang tua, status mental dan tingkah laku
saat dirawat tidak rewel dan tidak gelisah.
Riwayat Nutrisi
 Minum susu formula saat ini, ditambah dengan pemberian
bubur.
Objektif
 Keadaan umum : Cukup
 Kesadaran : Komposmentis
 Tanda tanda vital
Tekanan darah :-
Nadi : 108x/ menit
Suhu : 39,2C
RR : 24x/ Menit
 Data Antropometri
Berat Badan : 6,7 kg
- Weight for Length Z-Score -2 s.d -1 = Normal
Panjang Badan : 69 cm
- Weight for Age Z-Score 0 s.d -2 = Normal
Lingkar Kepala : 43 cm - BMI for age Z-Score 0 = Normal
- Head Circumreference = Normal
Lingkar Lengan Atas : 13 cm
- Arm Circumreference = Normal
Pemeriksaan Fisisk
 Wajah : Bentuk wajah normal
 Mata : Bentuk simetris, Mata cowong (-) Kepala Leher :
 A/I/C/D (-/-/-/-)
Normal
 Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
 Telinga : Cairan di telinga (-)
 Mulut : Mukosa lembab, hiperemi (-), stomatitis (-) Tonsil : T0/T0, Faring
hiperemi (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks
 Simetris, Retraksi diniding dada (-),
 Pulmo : Vesikuler/ Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
 Cor : S1/S2 tunggal reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Thoraks : Normal
Pemeriksaan Fisisk
 Abdomen : Soefel (+), Bising usus (+), Nyeri tekan (-),
Turgor : cukup. Hepar (dbn), Lien (dbn), Buli buli (kosong)

Abdomen : DBN

 Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT 2detik.

Ekstremitas : DBN

 Genetalia : Jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan

Genetalia : DBN

 Status Neurologis : Kaku kuduk (-) reflek cahaya (+)


S. Neurologi : DBN
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
•Darah Stick : 126 mg/dl
•Darah Lengkap (Tanggal 2 juli 2019)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal / Satuan Keterangan

Hemoglobin 11.9 12,0 Normal

Leukosit 13.970 10.600/cmm Lekositosis

Trombosit 636.000 150.000- 300.000/cmm Trombositosis


Assessment
 IGD : Observasi Konvulsi + Febris hari-1
 Ruangan : Kejang Demam Sederhana + Rhinitis Akut

Planing
 Infus D5 1/4 NS 670 cc/24 jam
 Infs Paracetamol 4x100mg (prn)
 Injeksi veccilin 3x350mg i.v
 Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
 Lafifed DM 3 x cth 1/3 p.o
Follow up
Sakit Hari 2. (3-7-2019)
 S : Panas Naik turun, Pilek sudah mendingan.
 O : suhu 39,9 c, N :40x, RR: 140x
 A : KDS + Rhinitis Akut
 P : Urin lengkap UL :
Epitel: 7-10
Infus D5 1/4 NS 670 cc/24 jam Eritrosit : 1-6
Leu : 10-15x
Infs Paracetamol 4x100mg (prn)
Injeksi cefotaxim 3x350mg i.v
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Lafifed DM 3 x cth 1/3 p.o
Follow up
Sakit Hari 3. (4-7-2019)
 S : Panas naik turun. Hari ini ganti popok 4x BAK bening tidak
bau
 O : suhu 37,4 c, N :38x, RR: 142x
 A : KDS + ISk
 P : Kultur Urin
Infus D5 1/4 NS 670 cc/24 jam
Infs Paracetamol 4x100mg (prn)
Injeksi cefotaxim 3x350mg i.v
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Follow up
Sakit Hari 4. (5-7-2019)
 S : Panas naik turun. Lebih sering ganti popok, BAK bening
agak bau
 O : suhu 39,2 c, N :48x, RR: 152x
 A : KDS + ISK suspek DF
Hct :34%
 P : Kultur Urin, DL, CRP Leu : 4100 /cmm
Trb : 140.000 /cmm
Infus D5 1/4 NS 670 cc/24 jam
Infs Paracetamol 4x100mg (prn)
Injeksi ceftriaxon 3x350mg i.v
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Follow up
Sakit Hari 5. (6-7-2019)
 S : Panas turun. ganti popok 3x, minum banyak
 O : suhu 36,7 c, N :44x, RR: 148x
 A : KDS + ISK. Suspek Df
Hct :34%
 P : DL Leu : 4800 /cmm
Trb : 82.000 /cmm
Infus D5 1/4 NS 670 cc/24 jam SGOT : 1200u/l
SGPT : 890u/l
Infs Paracetamol 4x100mg (prn)
Injeksi ceftriaxon 3x350mg i.v
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Follow up
Sakit Hari 6. (7-7-2019)
 S : Pasien tampak lemah, sudah tidak kejang. Demam (-). BAB (+), BAK (+)
Nafsu makan berkurang, minum susu (+). Mual (-), muntah (-).
 O : suhu 36,7 c, RR: 50x, N: 158x
ABD : Distended, Hepatomegali 3cm Hct :35%
Leu : 8630 /cmm
EKS : Ptekie tanpa provokasi (+) Trb : 43.000 /cmm
SGOT : 1200u/l
 A : KDS + ISK + DHF + liver inpairment
SGPT : 890u/l
 P : DL + SGOT, SGPT
Infus D5 1/4 NS 500 cc/jam jika kondisi stabil 700cc/hari
Injeksi ceftriaxon 3x350mg i.v
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Xanda syr 3 x cth 1/2 p.o
Follow up
Sakit Hari 7. (8-7-2019)
 S : Pasien tampak lemah, sudah tidak kejang. Demam (-). Pilek (+)
Sesak (+) BAB (+), BAK (+) Nafsu makan berkurang, minum susu (+).
Mual (-), muntah (-).
 O : suhu 36,5 c, RR: 50x, N: 143x
Hct :30%
ABD : Asites (+), Hepatomegali 3cm Leu :8870 /cmm
EKS : Ptekie tanpa provokasi (+) Trb : 36.000 /cmm
USG : Efusi Pleura
 A : KDS + ISK + DHF + liver inpairment Asites (+)
kardiomegali
 P : DL + USG abdomen
Infus D5 1/4 NS 500 cc/jam jika kondisi stabil 1,5cc/jam
Injeksi ceftriaxon 3x350mg i.v
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Xanda syr 3 x cth 1/2 p.o
Follow up
Sakit Hari 8. (9-7-2019)
 S : Keadaan pasien Membaik. Pilek (+) Sesak (-) BAB (+),
BAK (+) Nafsu makan baik, minum susu (+). Mual (-),
muntah (-). Ruam sudah mulai menghilang
Hct :33%
 O : suhu 36,6 c, RR: 38x, N: 120x Leu :7670 /cmm
ABD : Asites (+), Hepatomegali 3cm Trb : 6.000 /cmm
Hb : 10,7 mg/dl
EKS : Ptekie tanpa provokasi (+) IgG (+) IgM (+)

 A : KDS + Rhinitis Akut + ISK + DHF + liver inpairment


 P : DL + Serologi IgG, IgM +SGOT SGPT
Injeksi ceftriaxon 3x350mg i.v
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Xanda syr 3 x cth 1/2 p.o
Follow up
Sakit Hari 9. (10-7-2019)
S : Keadaan pasien Membaik. Tidak ada keluhan
lagi
O : suhu 36,6 c, RR: 36x, N: 120x
ABD : Supel asites (+), Hepatomegali 3cm
A : KDS + ISK + DHF Hct :32%
Leu :80800 /cmm
P : DL, Serologi IgG, IgM, SGOT, SGPT Trb : 205.000 /cmm
Hb : 11,2 mg/dl
IgG (+) SGOT : 411
Injeksi ceftriaxon 3x357mg i.v IgM (+) SGPT : 278
Injeksi Diazepam 2 mg i.v (prn bila kejang)
Xanda syr 3 x cth 1/2 p.o
Follow up
Sakit Hari 10. (11-7-2019)
S : Keadaan pasien Membaik. Tidak ada keluhan
lagi
O : suhu 36,4 c, RR: 36x, N: 122x
ABD : supel, Hepatomegali 3cm
A : KDS + Rhinitis Akut + ISK + DHF
P : Pulang
Trolit 3x70cc
Xanda syr 3 x cth 1/2 p.o
Tinjauan Pustaka
Kejang Demam

Definisi
• Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.

Epidemiologi
• Kejang demam terjadi pada 2-4% anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. jika
kejang pertama terjadi pada usia kurang dari 1 tahun, kemungkinan
kejadian berulang meningkat menjadi 50%
Etiologi

Demam Usia Genetik Perinatal


Patofisiologi
Perubahan
HIpotalamus
Suhu

Setiap kenaikan suhu


Meningkatkan metabolism
Metabolisme
Kanal Ion ATP dan kebutuhan oksigen
seluler

Oksigen di butuhkan
Untuk Transport Na, K
Mempercepat Oksigen cepat Untuk menstabilkan sel
Reaksi Oksidasi Habis Saraf

Sel saraf Kejang terjadi ketika


Na intrasel
tidak stabil Depolarisasi adanya depolarisasi
meningkat
bersebihan pada sel saraf
Klasifikasi kejang

KDS KDK

•< 15 menit •>15 menit


•Tidak berulang •Berulang dlm
dlm 24 jam 24 jam
•Bentuk kejang •Fokal, umum
umum didahului fokal
Tipe kejang
Kejang Absens
 Tatapan terpaku, yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
 Awitan dan akhiran cepat, seelah itu kembali
konsentrasi penuh
Kejang Mioklonik
 Kedutan involunter pada otot secara mendadak
 Umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
 Kehilangan kesadaran sesaat
Tipe kejang
Kejang Tonik-Klonik
 Didahului hilangnya kesadaran
 Saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh,
dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
 Diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan
bawah
 Setelah kejang lemas, bingung, dan kemudian tidur
Kejang Atonik
 Hilangnya tonus otot secara mendadak
 Kelopak mata turun, kepala menunduk atau jatuh ke tanah
 Singkat dan terjadi tiba tiba
Tipe kejang
Status Epileptikus
 Kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang
 Anak tidak sadar diantara kejang
 Berpotensi terjadi depresi nafas, hipotensi dan hipoksia
Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan penyebab demam
 Darah lengkap
 Pemeriksaan atas indikasi ( GDA, elektrolit, Lumbal pungsi)
 Pemeriksaan EEG
 Pemeriksaan lainnya (X-ray, CT-SCAN, atau MRI)
Diagnosis
 Anamnesis :
• Kejang dimulai dengan demam,
• kejang berlangsung kurang dari 15 menit,
• setelah kejang anak sadar,
• kejang tidak berulang dalam 24 jam,
• kejang dapat berupa kejang umum, klonik, atau tonik
klonik.
 Pemeriksaan fisik : tidak ditemukannya adanya tanda
rangsangan mengingeal.
Diagosis banding
 Meningitis
Meningitis bakteri akut memiliki trias klinik, yaitu demam,
nyeri kepala hebat, dan kaku kuduk. Tidak jarang disertai
kejang umum dan gangguan kesadaran.
 Epilepsi
penyakit saraf yang ditandai dengan episode kejang
yang dapat disertai hilang- nya kesadaran penderita.
Penatalaksanaan
 Saat Kejang
• diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75 mg/kgBB, atau diazepam rektal 5
mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, dan diazepam
rektal 10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg.
 Saat panas
• Antipiretik
Dosis paracetamol yaitu 10-15 mg/kgBB/kali, diberikan 4 kali sehari
Dosis ibuprofen yaitu 5-10 mg/kgBB/kali, 3 sampai 4 kali sehari
• Antikonvulsan
diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam,
diazepam rektal dengan dosis 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam pada suhu 38,5C
Penatalaksanaan
 Obat Rumatan
Asam valproat 14-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis.
 Obat rumatan diberikan jika:
• durasi lebih dari 15 menit,
• kejang fokal,
• ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah
kejang
Penatalaksanaan
Edukasi
Hal yang harus dikerjakan saat kejang yaitu :
 Tetap tenang dan tidak panik
 Longgarkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
 Bila anak tidak sadar, posisikan telentang dengan kepala miring
 Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung, jangan masukan sesuatu
ke dalam mulut
 Ukur suhu, observasi
 Catat lama dan bentuk kejang
 Tetap bersama anak selama kejang
 Berikan diazepam rektal hanya saat terjadi kejang, dan
 Bawa anak ke dokter jika kejang berlangsung lebih dari 5 menit
Rhinitis Akut

Definisi
• Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yang berlangsung akut (< 12
minggu

Etiologi
Infeksi virus

bakteri

iritan
Tanda dan gejala
 Keluar ingus dari hidung
 Hidung tersumbat
 Bersin bersin
 Dapat disertai batuk setelah gejala hidung
tatalaksana

 Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh


sendiri secara spontan setelah kurang lebih 1 - 2 minggu.
 Umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat
simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal
dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup.
Infeksi saluran kemih

DEFINISI
 Infeksi saluran kemih (ISK) adalah bertumbuh dan berkembang biaknya
kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.
 ETIOLOGI
ISK di sebabkan bakteri, virus dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi
penyebabnya.
• Escherichia coli
• Proteus sp
• Klebsiella
• Pseudomonas
• Chlamydia dan Mycoplasma
Faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu faktor
predisposisi infeksi
fimosis,
alir-balik vesikoureter (refluks vesikoureter),
uropati obstruktif,
kelainan kongenital buli-buli
Diawali dari penyebaran kuman secara
ascenden

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman)


masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang
biak.

Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari


flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
Patofisiologi vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar
anus.

Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam


saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal.
KLASIFIKASI ISK PADA ANAK
Simtomatik
Berdasarkan
gejala
Asimtomatik
Pyelonefritis
Berdasarkan Atas akut
lokasi infeksi Sistitis, Uretritis
Bawah

kelainan saluran Simplek


kemih
Komplek
Gejala Klinis

Bayi
Gagal tumbuh, demam, nafsu
0-1
makan berkurang, dan icterus
bulan

Usia Kesulitan makan, gagal tumbuh, muntah,


1bln– diare, dan demam yang tidak dapat
2th dijelaskan. (rewel/cengeng).
Tanda-tanda klasik ISK seperti rasa ingin miksi terus
>2 th (urgency), dysuria (sakit waktu miksi), sering berkemih
(frequency), atau nyeri perut atau pinggang.
Gejala dan Tanda
 Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai
menggigil, gejala saluran cerna seperti mual, muntah,
diare. Tekanan darah pada umumnya masih normal,
dapat ditemukan nyeri pinggang.

Pada sistitis, demam jarang melebihi 38°C, biasanya


ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah, serta
gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan
berkemih, retensio urin, dan enuresis.
Pemeriksan Penunjang

Pencitraan ( USG &


Urinalisi dan Kultur Urin
VCUG)
Tatalaksana

Penatalaksanaan pada ISK memiliki empat tujuan utama:


1. Menghilangkan gejala dan bakteriuria dalam episode akut
2. Pencegahan pembentukan jaringan parut ginjal
3. Pencegahan ISK berulang
4. Koreksi terhadap kelainan urologi (Wahyudi, 2015).
• Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang resistensinya
masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti sefalosporin atau
ko-amoksiklav.
• terapi dengan antibiotik parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson
selama 2-4 hari dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama
pemberian 10 hari.
Komplikasi

 ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan


meningitis.
 Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi,
gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia.
 Parut ginjal terjadi pada pasien setelah mengalami episode
pielonefritis akut.
 Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain umur muda,
keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi
berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih
Prognosis
 ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis baik bila dilakukan
pengobatan pada fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap
kemungkinan infeksi berulang.
 Sedangkan, pada ISK dengan kelainan anatomis, umumnya kurang memuaskan
meskipun telah diberikan pengobatan yang adekuat dan dilakukan koreksi bedah.
 Maka prognosis tergantung ada atau tidaknya kelainan anatomi dan kecepatan
serta ketepatan terapi
DEFINISI & EPIDEMIOLOGI

Penyakit epidemik akut, disebabkan o/ virus


yg ditransmisikan nyamuk Aedes yaitu
Aedes aegypti & Aedes albopictus.

Ditemukan di negara tropik & subtropik

WHO (2001) memasukkan Indonesia dlm


kategori “A”  tingginya angka perawatan RS
Peningkatan & kematian e.c. DBD, khususnya pada anak.
jml kasus
DBD
(2015)
(1968) 126.675 kasus,
58 kasus 1.229
meninggal
ETIOLOGI VEKTOR
VIRUS
Aedes aegypti Aedes albopictus
Virus
• Tinggal RNA
di dalam • Tinggal diluar rumah,
rumah : Flaviviridae
Family hutan
Serotipe :
• Aktif di siang
Genus hari
: Flavivirus • Aktif di siang hari
DENV-1, DENV-2, DENV3,
Species : Dengue DENV-4
virus

Hidup di ketinggian 1000 – 2200m, jarak terbang +-


350m
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Inkubasi intrinsik  3 - 14 hari sblm gejala
muncul, gejala klinis muncul pada hari ke-4 s.d.
hari ke-7
Inkubasi ekstrinsik  8 – 10 hari

Gejala :
• Demam,
• Sakit kepala,
• Nyeri retro orbita,
• Myalgia, atralgia,
• Perdarahan
spontan
KLASIFIKASI
Expanded dengue syndrome
DX/ LAB
Isolasi & identifikasi virus

Deteksi antigen

Tes serologi

Px/ darah rutin

• Leukopeni (<5000/ul)
• Trombositopenia (<150000/uL) hari 3
– 5. Mulai meningkat pada fase
penyembuhan
• Hematokrit ≥ 20%  kebocoran
plasma
PENATALAKSANAAN
Sesui perjalana penyakit

a. Fase demam
Tata laksana pada fase demam DD atau DBD bersifat simtomatik dan suportif.
Parasetamol merupakan antipiretik pilihan pertama dengan dosis 10mg/kg/dosis
selang 4 jam apabila suhu >38oC.

b. Fase kritis a. 1 jam 1: 7ml/kgBB/jam


Berikan cairan intravena sesuai dengan derajat dehidrasi b. 1 jam 2: 5ml/kgBB/jam
sedang. Jenis cairan, terbagi menjadi 2 yaitu: c. 1 jam 3: 3ml/kgBB/jam
- Kristaloid (RL, RA, D51/2 NS)
- Koloid (Dextran 40, Plasma, Albumin)
(Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan kristaloid yang tidak mengandung dekstosa).

Keadaan umum membaik,


c. Fase Penyembuhan Meningkatnya nafsu makan, Tanda
vital stabil, Ht stabil dan menurun
Hentikan pemberian cairan intravena
sampai 35-40%, Diuresis cukup
PEMBAHASAN Berdasar anamnesa sesui dengan
definisi KDS :
 Pasien datang dengan keluhan kejang. kejang demam adalah kebangkitan
kejang yang diawalai peningkatan
pertama kali, mata mendelik keatas suhu tubuh > 38 c
dengan posisi tangan dan kaki glonjotan, Dan berlangsung sebentar< 15 mnt,
+/- 2 menit. 1 kali anak menangis setelah tidak berulang dan bentuk kejang
umum
kejang. Kejang didahului oleh panas 39,2
c yang muncul secara tiba – tiba.
 Pasien sebelumnya pilek sejak 3 hari lalu Sesuai dengan definisi dan
gejala rhinitis akut :
 Kemudian ditunjang dengan hasil lab Rhinore kurang dari < 12
yaitu peningkatan leukosit sebesar 13.970 minggu

Peningkatan leu :
Pertanda infeksi
PEMBAHASAN
 Kemudian pada hari kedua panas pasien
masih naik turun selam 24 jam terakhir
walaupun sudah di beri antipiretik,
Sesuai dengan gejala isk
sedangkan pilek pada pasien telah pada bayi umur 1bln – 2th
membaik dimana adanya gejala yg
 Selanjutnya direncanakan pemeriksaan tak khas yaitu demam yang
tidak dapat dijelaskan
urin lengkap karena gejala pasien tidak
khas.
Hasil UL ;
Dan di tunjang oleh hasil UL dimana
epitel 7-10/lp
ditemukannya lukosit 10-15
leukosit 10-15/lp (+) Dimana normalnya dalam urin tidak
ditemukan leukosit atau ditemukan
Eritrosit 1-2/lp hanya < 0-1/lp
Hasil ini memperkuat diagnosis ISK
PEMBAHASAN
 Pada hari 3 dan hari ke 4 panas masih
tetap naik turun, walau sudah di beri
antipiretik dan memustuskan mengganti
antibiotik karena dlm 24 -48 jam tidak Dilihat dari perjalanan
ada perbaikan klinis demamnya yaitu
timbul mendaadak
 Namun pada pemeriksaan dl yang kemudian tidak turun
dilakukan mulai terlihat adanya dengan pemberian
penurunan trombosit yaitu antipiretik, lalu di hari
ke 4 panas mulai
Hct :34% menurun
Hal ini mirip dengan
Leu : 4100 /cmm pola demam pada
demam dengue
Trb : 140.000 /cmm Ditunjang dengan
adanya tromositopenia
Dilihat dari perjalanan
demamnya yaitu timbul
PEMBAHASAN mendaadak kemudian tidak
turun dengan pemberian
antipiretik, lalu di hari ke 5
 pada hari ke 5 panas mulai turun panas mulai menurun
Hal ini mirip dengan pola
 Pada pemeriksaan fisik pada lipatan siku demam pada demam
kanan pasien mulai terlihat bercak berdarah
perdarahan (ptekie) tanpa provokasi
namun jumlahnya belum terlalu banyak.
Juga ditemukan sign ptikie
 Dan di usulkan untuk pemeriksaan DL artinya adanya kebocoran
plasma
trombosit 82.000/cmm
Hct 34%
Hasil lab menunjukan
Leu 4800/cmm trombositopenia dibawah harga
norman yaitu 150.000-450.000/cmm.
dimana terjadi penurunan saat di DHF
peeriksan pertama kali yaitu grade II
636.000/cmm.
PEMBAHASAN Hari ke 6 di temukan
trombositopenia yang sangat
 pada hari ke 6 panas turun, makan rendah dan adanya pembesaran
berkurang. hepar yang menandakan
adanya gangguan pada organ
 Pada pemeriksaan abdomen ditemukan lain serta di tunjang dengan
pembesaran hepar kurang lebih 3 cm. SGOT SGPT yang meningkat
menunjukan adanya liver
kemudian pada lipatan siku kanan
impairment.
pasien mulai terlihat bercak perdarahan
(ptekie) tanpa provokasi tambah
banyak.
 Dan di usulkan untuk pemeriksaan DL sesuai dengan definisi
SGOT SGPT EDS dimana adanya
Dl : Hct :34% SGOT : 1200 keterlibatan/ganguan
pada organ lain yang
Leu : 8630 /cmm SGPT : 890 disebabkan olah virus
dengue
Trb : 43.000 /cmm
PEMBAHASAN
 pada hari ke 7 panas turun, makan
berkurang. Rewel dan sesak
 Pada pemeriksaan abdomen ditemukan
pembesaran hepar kurang lebih 3 cm. Hari 7 fase kritis pada dhf
sifting dulnes (+). ektremitas (ptekie) adanya plasma leakage yaitu
tanpa provokasi tambah banyak. efusi pleura dan asites, namun
peningkatan hct tidak
Dl : Hct :30% mencapai 20%.
pembesaran hepar serta
Leu : 8870 /cmm pada pemeriksaan dl adanya
trombositopenia
Trb : 36.000 /cmm
Serta hasil usg ditemukannya efusi
pleura dan adanya asites
PEMBAHASAN
 Pada hari ke 8 keaadan pasien sudah
Di hari ke 8 ini sudah mulai
membaik, sesak berkurang, nafsumakan pada fase konvalesens
sudah mulai bertambah, ptikie sudah dimana sudah mulai
mulai berkurang. adanya perbaika klinis serta
trombosit sudah mulai
 DL: meningkat dan
berkurangnya ptekie
Hct :33% tandanya adanya
reabsorbsi cairan
Leu : 7670 /cmm ekstraseluler ke intra seluler
Trb : 60.000 /cmm Serta positifnya IgG
pada hari ke 8
IgG (+) menunjukan infeksi
sekunder semakin
IgM(+) mendukung
diagnose dhf
PEMBAHASAN
 Pada hari ke 9 keaadan pasien baik,
tidak sesak, nafsu makan bagus, ptikie
sudah mulai berkurang.
PEMBAHASAN
 Pada hari ke 10 keaadan pasien baik,
tidak sesak, nafsu makan bagus, ptikie
sudah mulai berkurang.
 DL:
Hct :32%
Di hari ini sudah mulai pada
Leu : 8080 /cmm fase konvalesens dimana
sudah mulai adanya
Trb : .205.000 /cmm perbaika klinis serta
SGOT : 411 trombosit sudah normal
kembali.
SGPT : 278
kesimpulan

 Pada kasus diatas disimpulkan anak A


didiagnosa sebagai Kejang demam
sederhana et causa DHF + faringitis + ISK.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai