Anda di halaman 1dari 32

LEPTOSPIROSIS

Preseptor : dr. Apen Afgani., SP.PD

Anggit Tresna Rengganis


Hana Rina Sari
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD AL-IHSNA 2019
DEFINISI
Leptospirosis (ra-urine-fever) adalah penyakit bakteri yang
menyerang manusia dan hewan. Manusia terinfeksi melalui
kontak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi atau
dengan lingkungan yang terkontaminasi urin. Bakteri
memasuki tubuh melalui luka atau lecet pada kulit, atau melalui
selaput lendir mulut, hidung dan mata. Penularan dari orang
ke orang jarang terjadi. (WHO)
LANJUTAN DEFINISI
Pada tahap awal penyakit, gejalanya meliputi demam tinggi,
sakit kepala parah, nyeri otot, menggigil, mata merah, sakit
perut, sakit kuning, perdarahan di kulit dan selaput lendir,
muntah, diare, dan ruam. (WHO)
EPIDEMIOLOGI
 Sebagian besar negara di kawasan Asia Tenggara adalah
endemik terhadap leptospirosis.
 Di Indonesia tersebar luas di P. Jawa, Sumsel, Riau, Sumbar,
Sumut, Bali, NTB, Sulsel, kaltim, dan Kalbar.
 KLB pernah di Riau(1986), Jakarta (2002), Bekasi (2002),
Semarang (2003)
Daerah Leptospirosis di Indonesia
(Pedoman penanggulangan Leptospirosis di Indonesia, 2005)

5
EPIDEMIOLOGI : binatang pembawa (reservoir)

 Binatang rumah (anjing, kucing) dan binatang liar


 Ternak (sapi, kerbau, dll)
 Rodent adalah binatang reservoir paling utama
 Tikus Norway : >50% membawa bakteri leptospira tanpa
sakit dan mengekskresikan leptospira lewat urine secara
masif ke lingkungan

Beberapa serovar lebih sering menginfeksi :


 L. icterohaemorragiae (tikus)
 L. canicola (anjing)
 L. pomona (babi)
ETIOLOGI
 Leptospira adalah corkscrew-shaped bacteria, yang berbeda dari
spirochaeta lainnya dengan adanya end hooks.
 Organisme fleksibel, tipis, dengan spiral halus. Panjang 5-15 mikrometer
dan diameter 0,1-0,2 mikrometer.
 Bersifat aerobik, motil aktif

TAXONOMY
 Order : Spirochaetales,
 Family : Leptospiraceae,
 Genus : Leptospira
 Species : L. interrogans (patogen) dan L. biflexa (saprofit)
FAKTOR RESIKO
 Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman
leptospira atau urine tikus saat terjadi banjir;
 Kontak dengan sungai atau danau dalam aktifitas
mandi, mencuci atau bekerja di tempat tersebut;
 Kontak dengan persawahan ataupun perkebunan
(berkaitan dengan pekerjaan) yang tidak menggunakan alas
kaki;
 Kontak erat dengan binatang, seperti babi, sapi,
kambing, anjing yang dinyatakan terinfeksi
Leptospira;
LANJUTAN FAKTOR RESIKO
 Terpapar atau bersentuhan dengan bangkai hewan, cairan
infeksius hewan seperti cairan kemih, placenta, cairan amnion.
 Memegang atau menangani spesimen hewan/manusia yang
diduga terinfeksi Leptospirosis dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya
 Pekerjaan atau melakukan kegiatan yang berisiko
kontak dengan sumber infeksi, seperti dokter, dokter
hewan, perawat, tim penyelamat atau SAR, tentara, pemburu,
dan para pekerja di rumah potong hewan, toko hewan
peliharaan, perkebunan, pertanian, tambang, serta pendaki
gunung.
Manfestasi klinis
 Fase Pertama (leptospiramia)
ditandai demam tinggi mendadak, malaise, nyeri otot, ikterus, sakit kepala,
nyeri perut, gangguan ginjal, hati, meningitis, berlangsung 4-9 hari

 Fase kedua (imun)


titer IgM meningkat dengan cepat, gangguan klinis memuncak, terjadi
leptopiura, 1 mg-1 bl

 Fase ketiga (konvalesen)


gejala klinis berkurang, dapat timbul lagi, 2- 4 mg

14
Gejala klinis
Sindroma,fase Gejala klinis Spesimen laboratorium
Leptospirosis anikterik Demam tinggi, nyeri kepala, myalgia, Darah, LCS (liquor cerebro spinalis)
Fase leptospiremia (3-7 hari) nyeri perut, mual, muntah conjuctival
suffusion
Fase imune Demam ringan, nyeri kepala, muntah Urine
(3-30 hari) meningitis aseptic

Leptospirosis ikterik Demam, nyeri kepala, myalgia, ikterik, Darah, LCS (minggu 1), urine
Fase leptospiremia dan immun overlaping) gagal ginjal, hipotensi, manifestasi (minggu 2)
pendarahan, pneumonitis hemorrhagic,
leucositosis

Penelitian di malaysia Barat oleh Tan (1970) selama 10 tahun pola klinis leptospirosis;
1. Demam (100%) 6. Gejala ganguan perut (29%) 10. Hepatomegali (18%)
2. Injeksi siller (59%) 7. Sakit kepala (25%) 11. Speinomegali (6%)
3. Ikterik (40%) 8. Proteinuria (25%) 12. Perdarahan (5%)
4. Nyeri tekan oto (45% 9. Menggigil (22%) 13. Batuk (4%)
5. Nyeri otot/seluruh tubuh (31%) 10. Azotemia (20%)

15
DIAGNOSIS
KRITERIA FAINE (WHO) UNTUK DIAGNOSIS
LEPTOSPIROSIS
A. Gejala :
◦ Sakit kepala mendadak (Ya) : 2
◦ Conjunctival suffusion (Ya) : 4
◦ Demam (Ya) : 2
◦ Demam > 38.50C (Ya) : 2
◦ Meningismus (Tidak) :2
◦ Nyeri otot (terutama betis)(Ya) : 4
◦ Meningismus, nyeri otot, conjinctival suffusion bersama-sama
(Ya) : 4
◦ Ikterik (Ya) : 1
◦ Albuminuria / azotemia (Ya) : 2
DIAGNOSIS
B. Faktor epidemiologik
◦ Musim hujan (Ya) : 5
◦ Kontaminasi lingkungan (Ya) : 4
◦ Kontak binatang (Ya) : 1
C. Hasil laboratorium serologi
◦ Single (+), titer rendah
◦ Single (+) titer tinggi

• Jumlah : 33
• (A + B > 25 presumptive leptospirosis)
Patogenitas

1.Fase leptospiremia
Leptospira dalam darah, vasculitis (kerusakan endotel kapiler), nephritis
interstisial (radang ginjal), nekrosis tubuler (kematian sel atau jaringan
tubulus pada ginjal), renal failure, pada hati terjadi nekrosis sentriobuler,
paru-paru didapatkan lesi vaskuler dan pada otot terjadi pembengkakan
vakuolasi myofibril dan nekrosis fokal
2.Fase imun
Terjadi respon immun humoral dan celluler, timbul antibodi. Leptospira
menetap di dalam tubulus proksimal ginjal dan dapat keluar melalui
air seni setelah berminggu-minggu terinfeksi. Leptospira dapat
menetap di dalam otak, ruang anterior mata yang menimbulkan uveitis
kronis atau uveitis berulang.
3.Convalescence
Penderita leptospirosis berat pada masa convalescence terjadi
perbaikan fungsi ginjal dan hati seperti semula yang terjadi pada minggu
ke 2-4, patogenesis belum diketahui dengan pasti.

18
KRITERIA DAN GEJALA KLINIS
KASUS SUSPEK

 Demam akut dengan atau tanpa sakit kepala


 nyeri otot
 lemah (malaise)
 conjungtival suffision
 ada riwayat terpapar dengan lingkungan yang terkontaminasi atau aktifitas yang
merupakan faktor risiko Leptospirosis dalam kurun waktu 2 minggu.
KASUS PROBABLE

Dinyatakan probable merupakan saat di Selain itu, memiliki gambaran laboratorium:


mana kasus suspect memiliki dua
gejala klinis di antara tanda-tanda  Trombositopenia < 100.000 sel/mm;
berikut:  Leukositosis dengan neutropilia > 80%;
 nyeri betis  Kenaikan jumlah bilirubin total > 2 gr%
 ikterus atau jaundice kulit atatu atau peningkatan SGPT, amilase, lipase,
sklera dan creatin phosphokinase (CPK)
 manifestasi pendarahan
 penggunaan rapid diagnostic test (RDT)
 sesak nafas
untuk mendeteksi imunoglobulin M
 oliguria atau anuria, yakni
ketidakmampuan untuk buang air (IgM) anti leptospira.
kecil  MAT (>200 TITTER single sample)
 aritmia jantung  Urinary : proteinuria, pus cells, blood
 batuk dengan atau tanpa hemoptisis
 Meningeal irritation
 prostration
KASUS KONFIRMASI

Dinyatakan sebagai kasus konfirmasi di saat kasus probable disertai salah satu dari
gejala berikut:
a) Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik;
b) Hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) positif
c) Sero konversi microscopic agglutination test (MAT) dari negatif menjadi positif.
d) Titre MAT >/= 400 pada single sample
Pemeriksaan penunjang
 Darah rutin : leukosit (3000-26000) shift to the left,
thrombocytopenia ringan.
 Urin rutin : sedimen urin (leukosit, eritrosit dan
proteinuria ringan, jumlah eritrosit biasanya meningkat)
 MAT – microscopic aglutination test (GOLD STANDAR)
 ELISHA TEST
 PCR (early)
TATALAKSANA
Terapi suportif
◦ Keseimbangan cairan dan elektrolit
◦ Diuretika pada keadaan oliguri
◦ Transfusi darah (trombosit atau PRC)
◦ Ventilator untuk pasien dg gagal nafas / ARDS
◦ Dialisis (hemodialisis atau peritoneal dialisis)
 Antibiotik
KOMPLIKASI
 Acute kidney injury (AKI)
 Acute hepar failure
 Acute respiratory failure
 Acute pancreatitis
MANAGEMENT (FARMAKOLOGI)
 Mild illness (suspect case)
◦ Cap Doxycycline 100 mg twice daily for 7 days OR
◦ Amoxicillin or Ampicillin 2 g daily for seven days

 Mild illness (Probable case)/ Severe case


◦ Inj Cry Penicillin G 2 MU IV 6 hourly after ST for 7 days ,
◦ OR
◦ Inj Ceftrioxine 1 gm IV OD for 7 days
MANAGEMENT (FARMAKOLOGI)
Chemoprophylaxis pada wabah Leptospirosis
Capsule Doxycycline 100 mg 3x1 selama 7 hari
Atau Amoxicillin / Ampicillin 2g (4x1) perhari selama 7 hari
Diagnosis Banding
 Demam dengue
 Malaria
 Hepatitis virus
 Rickettsia
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai