Anda di halaman 1dari 15

KEARIFAN

LOKAL
Kearifan Lokal
Kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul
dan berkembang secara terus-menerus di dalam 2

sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata


aturan/norma, budaya, bahasa, kepercayaan,
dan kebiasaan sehari-hari.
LEUWENG
LARANGAN
3
Leuweung salah satu kalimat dari
Bahasa Sunda yang berarti "Hutan".
Dalam Bahasa Indonesia meupakan
salah satu penunjang kehidupan bagi 4

seluruh umat manusia, diakui atau


tidak disadari atau tidak memang
begitu adanya.
Desa Mandalamekar sangat tergantung
dengan hutan. Mereka sangat tergantung
dengan hutan, air sungai yang mengalir di
sepanjang kampung dan mengairi sawah dan
kolam-kolam warga berasal dari mata air di
hutan. Jika hutannya gundul bagaimana air
bisa mengalir? Ditengah kegelisahan
tersebut warga mengadakan rembukan
bagaimana caranya supaya hutan yang
sudah ada tidak dirusak, tidak dirambah,
tidak ditebangi pohonnya.

Akhirnya muncul gagasan
dari sesepuh kampung
untuk kembali ke
semboyan atau ajaran
orang tua dulu. Yaitu
dengan menetapkan
kawasan hutan lindung
dengan sebutan
"Leuweung Larangan".
6
Dengan ditetapkannya kawasan hutan
lindung tersebut maka warga dilarang
untuk menebang pohon, mengambil
pohon atau merusak tanaman yang
ada didalamnya apapun alasannya.
Dan tentu saja para sesepuh 7

menyiapkan sanksi bagi para


pelanggar aturan adat tersebut.
Warga hanya diperbolehkan
menanam pohon, mengurus pohon
atau mengambil rumput untuk pakan
ternak saja.
Kawasan hutan lindung atau leuweung
larangan merupakan tanah desa, jadi
bukan milik warga. sedangkan bagi warga
memiliki tanah/ lahan disekitar kawasan
hutan lindung diberi bibit dan dianjurkan
untuk menanami kawasan tersebut
sehingga kawasan hutan lindung tetap
terjaga dan bertambah luas. Kebijakan 8

lain yang diambil adalah dengan


menetapkan aturan setiap menebang 1
(satu) pohon maka wajib menanam
kembali 1 pohon sebagai pengganti. Bukan
hanya menanam warga juga disarankan
untuk menjaga dan merawat yang mereka
tanam tersebut.
BRUBUH 9
Masyarakat petani Jawa dulu punya larangan-
larangan terhadap hutan, yang menjadi cara
menjaga kelestarian alam. Mereka punya 10

perhitungan waktu untuk menebang pohon.


Kearifan lokal ini disebut "Brubuh".
"Brubuh adalah sistem penebangan kayu
tradisional yang didasarkan atas
perhitungan yang menggunakan sistem
kalender pertanian Jawa yang dikenal
dengan istilah 'pranata mangsa'," kata
peneliti Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta Surono. 11

Saat memaparkan hasil penelitiannya, ia


mengatakan dalam konsep "brubuh",
penebangan kayu tradisonal masyarakat
Jawa tidak dilakukan sembarang waktu,
tetapi dilakukan pada musim-musim
tertentu.
'Pranata mangsa' memiliki
12 musim (mangsa). Musim
yang paling baik untuk
melakukan brubuh adalah
'mangsa tuwa' (musim tua) 12

yakni 'mangsa kasanga'


(kesembilan), 'kasadasa'
(kesepuluh), dan 'dhesta'
(kesebelas).
Manfaat menebang kayu atau bambu pada musim tua itu, seperti
dijelaskan Surono, kayu atau bambu yang dihasilkan memiliki
kandungan lignin paling rendah sehingga tidak mudah dimakan
serangga dan memiliki tingkat kelenturan dan kekuatan paling
tinggi.

Ia mengatakan kayu dari hasil tebangan dengan sistem "brubuh"


itu lebih awet dan mampu membuat manusia untuk tidak setiap
saat menebang kayu untuk memenuhi kebutuhan mereka.

13
Meskipun demikian, musuh terbesar
dari sistem 'brubuh' adalah nafsu
manusia mengeruk keuntungan yang
berlebihan. Selain itu, kearifan lokal 14

tersebut juga semakin terkikis dan


tidak dikenal lagi di kalangan
generasi muda
THANK YOU
ANY QUESTION?

15

Anda mungkin juga menyukai