PRESEPTOR:
dr.Liza Fitria, Sp.A, M.Biomed
SMF ANAK
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2019
PERTUSIS
Definisi
ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Demam sejak 2 hari sebelum masuk Rumah
Sakit.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Batuk sejak 2 bulan yang lalu hilang timbul. Batuk
meningkat sejak ±1 bulan ini. Batuk timbul ketika pasien
menangis. Batuk berdahak sulit dikeluarkan disertai darah
sejak 5 jam SMRS, berwarna merah kehitaman berlendir,
sebanyak ½ sendok.
Muntah sejak 3 bulan ini. Muntah setiap pasien batuk,
frekuensi 2-3 kali sehari sebanyak ¼ gelas, muntah berisi
makanan dan minuman
LAPORAN KASUS
. Riwayat Persalinan
Lama hamil : cukup bulan
Ditolong oleh : Dokter
Cara lahir: sectio caesaria
Indikasi :Oligohidramnion
Berat lahir :3600 gram
Panjang Lahir : 50 cm
Saat lahir langsung menangis: kuat
Kesan: normal
LAPORAN KASUS
Riwayat Makanan dan Minuman
-Bayi : ASI :umur: bulan
-Susu Formula :umur: - bulan
-Buah biscuit :umur: bulan
-Bubur susu :umur: - bulan
-Nasi tim :umur: 6 bulan
LAPORAN KASUS
3
Polio: 1
3
Hepatitis B: 1
3
Haemofilus Influenza
B:1
Tidak ada Tidak ada
perkembangan mental
Kesan : Normal
LAPORAN KASUS
Thorax
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri & kanan, tidak ada bagian paru
yang
tertinggal selama ekspirasi dan inspirasi.
Palpasi : sulit dilakukan
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : brokovesikuler dikedua lapang paru, tidak
ada wheezing,
tidak ada ronki
LAPORAN KASUS
a. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di RIC V linea midclavicularis
sinistra.
Perkusi :
- batas jantung kanan di RIC IV linea parasternalis dextra.
- Batas jantung kiri di RIC V linea parasternalis sinistra
- Batas atas jantung : RIC II linea parasternalis sinistra.
auskultasi : Irama reguler, murmur tidak ada, gallop
tidak ada
LAPORAN KASUS
a. Abdomen
Inspeksi : perut membuncit tidak ada, tidak ada sikatrik, tidak ada venektasi.
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : tympani diseluruh regio abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : tidak ada kelainan
Genetalia : tidak ada kelainan
Anggota gerak : akral hangat
CRT <2 detik
LAPORAN KASUS
REFLEKS FISIOLOGIS KANAN KIRI
REFLEKS BICEPS + +
REFLEKS TRICEPS + +
REFLEKS + +
BRACIORADIALIS
- -
REFLEKS BABINSKY
REFLEKS GORDON - -
REFLEKS OPPENHEIM - -
REFLEKS CHADDOKS - -
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Hb : 11,7 g/dl
Leukosit :22.340/uL
Hitung jenis:-
Kesan: leukositosis
LAPORAN KASUS
Urine
Tatalaksana kegawatdarutan
Oksigen diberikan pada distress
pernafasan yang akut dan kronik
Penghisapan lendir terutama
pada bayi dengan pneumonia
dan distress pernafasan
Tatalaksana nutrisi
-ASI dan tim saring 700kkal
Tatalaksana medikamentosa
-IVFD Kaen 1B 12 gtt/menit
-Inj. Ampicilin 3x200mg IV
-Inj.Gentamicin 2x30mg IV
-Ambroxol tab 3x4mg p.o
Follow Up
Objective
KU: Tampak sakit sedang
Nd : 130x/menit
Nf : 33x/menit
S : 36,6°C
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Ekstremitas
Palpasi :.Ictus cordis teraba di RIC Akral hangat (+/+)
IV linea midclavikularis sinistra Edema (-/-), sianosis (-/-), CRT < 2 detik
Perkusi :
Batas atas : RIC II parasternal sinistra Assessment
Batas kanan: RIC IV Parasternal dextra Pertusis
Batas kiri : RIC IV Midclavicula sinistra Planning
Auskultasi : Irama reguler, bising jantung -IVFD Kaen 1B 12 gtt/menit
tidak ada -Inj. Ampicilin 3x200mg IV
Abdomen -Inj.Gentamicin 2x30mg IV
Inspeksi : Perut tidak membuncit, -Ambroxol tab 3x4mg p.o
sikatrik tidak ada
Palpasi : : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Hari dan Tanggal Kepala : Normocephal
18/09/2019 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : Sekret ada, nafas cuping hidung tidak ada
Subjective Mulut : Sianosis tidak ada
-Batuk(+) , sesekali,dahak sukar dikeluarkan Leher : Tidak ada pembesaran KGB
-Pilek (+) berkurang Paru
-Demam(-) Inspeksi : Dinding dada simetris kiri dan kanan
-Makan (+) 4 sendok Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
-Minum ASI (+) Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
-BAK(+) kuning jernih Auskultasi :.Bronkovesikular, wheezing tidak ada, ronkhi
BAB(+) konsistensi lunak, warna kuning tidak ada
Objective
KU: Tampak sakit sedang
Nd : 136x/menit
Nf : 38x/menit
S : 36,7°C
Jantung Ekstremitas
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Akral hangat (+/+)
Palpasi :.Ictus cordis teraba di RIC IV linea Edema (-/-), sianosis (-/-), CRT < 2 detik
midclavikularis sinistra
Perkusi : Assessment
Batas atas : RIC II parasternal sinistra Pertusis
Batas kanan: RIC IV Parasternal dextra Planning
Batas kiri : RIC IV Midclavicula sinistra -IVFD Kaen 1B 12 gtt/menit
Auskultasi : Irama reguler, bising jantung tidak ada -Inj. Ampicilin 3x200mg IV
Abdomen -Inj.Gentamicin 2x30mg IV
Inspeksi : Perut tidak membuncit, sikatrik tidak ada -Ambroxol tab 3x4mg p.o
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan
lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultas i: Bising usus (+) normal
Analisa Kasus
Pertusis yang berarti batuk yang sangat berat atau batuk yang intensif,
merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut yang dapat menyerang setiap orang
yang rentan seperti anak yang belum diimunisasi. Yang ditandai dengan frekuensi dan
derajat batuk bertambah, khas terdapat pengulangan 5-10 kali batuk kuat selama
ekspirasi yang diikuti oleh usaha inspirasi massif yang mendadak dan menimbulkan
bunyi melengking (whoop), dari anamnesa pada pasien ini didapatkan batuk sejak 2
bulan yang lalu hilang timbu dan atuk meningkat sejak ±1 bulan ini. Batuk timbul
ketika pasien menangis. Batuk berdahak sulit dikeluarkan disertai darah sejak 5 jam
SMRS, berwarna merah kehitaman berlendir, sebanyak ½ sendok.
Episode batuk dapat terjadi lagi sampai mucous plug pada saluran nafas menghilang.
Muntah sesudah batuk cukup khas, sehingga seringkali menjadi tanda kecurigaan apakah
anak menderita pertusis walaupun tidak disertai bunyi whoop. Anak menjadi apatis dan
berat badan menurun. Batuk mudah dibangkitkan dengan stress emosional
(menangis,sedih,gembira) dan aktivitas fisik. Pada pasien ini ditemukan muntah sejak 3
bulan ini, muntah setiap pasien batuk, frekuensi 2-3 kali sehari sebanyak ¼ gelas, muntah
berisi makanan dan minuman pasien juga demam sejak 2 hari SMRS. Demam hilang timbul,
tidak mengigil,tidak berkeringat,dan tidak dipengaruhi waktu dan nafsu makan menurun
sejak 2 hari yang lalu.
Gejala klinis yang didapat pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien
diperiksa. Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan leukositosis 20.000-50.000 /Ul
dengan limfositosis absolute khas. Pada pasien ini ditemukan hasil pemeriksaan
laboratorium Hb : 11,7 g/dl, Leukosit :22.340/uL
Kesimpulan
Pertusis (batuk rejan) batuk yang sangat berat atau batuk yang
intensif, yaitu penyakit infeksi saluran nafas akut yang dapat menyerang
setiap orang yang rentan seperti anak yang belum diimunisas. Pertusis
dapat ditularkan melalui udara secara kontak langsung yang berasal dari
droplet penderita selama batuk.
Penyebab pertusis adalah brodetella pertusis dan perlu dibedakan
dengan sindrom pertusis yang disebabkan oleh bordetella para pertussis
dan adenovirus (tipe 1,2,3 dan 5). Bordetella pertussis setelah ditularkan
melalui sekresi udara pernafasan kemudian melekat pada sillia epitel
saluran pernafasan. Mekanisme pathogenesis infeksi oleh B. pertussis
terjadi melalui 4 tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan terhadap
mekanisme pertahanan penjamu, kerusakan local, dan akhirnya timbul
penyakit sistemik.
Masa inkubasi pertusis 6-20 hari,rata-rata 7 hari, sedangkan perjalanan
penyakit ini berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan penyakit
ini dapat berlangsung dalam 3 stadium, yaitu stadium kataralis (prodormal,
preparoksimal), stadium akut paroksismal (paroksismal,spasmodic), dan
stadium konvalens. Pada anamnesis penting ditanyakan adanya riwayat
kontak dengan pasien pertusis, adakah serangan khas yaitu paroksismal
dan whoop yang jelas. Perlu pula ditanyakan mengenai riwayat imunisasi.
Penyulit utama terjadi pada system nafas dan saraf pusat. Pneumoni
merupakan penyulit yang paling sering dijumpai, menyebabkan 90%
kematian pada anak < 3 tahun. Penatalaksanaannya terbagi atas obat
pilihan utama dan alternative serta dosis dibedakan sesuai usia. Cara
terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan imunisasi. Prognosis
tergantung usia, anak yang lebih tua mempunyai prognosis yang lebih
baik.