Anda di halaman 1dari 34

Evaluasi desa ODF (Open Defecation Free) pasca deklarasi

di Desa Sukasari Kecamatan Tambaksari


Kabupaten Ciamis tahun 2017

OLEH :
BERY ANDARA
DESSY LESTARI
HARITS FAUZI ABDULLAH
KHOTIPAH SUSILAWATI

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR UNIVERSITAS MALAHAYATI


SMF PUBLIC HEALTH RSUD CIAMIS
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan di Indonesia didominasi oleh penyakit-penyakit


berbasis lingkungan Rendahnya kualitas sanitasi dan higiene

WHO menyampaikan bahwa kematian yang disebabkan karena


waterborne disease mencapai 3.400.000 jiwa/tahun.

Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI


Nomor 852 / Menkes / SK /IX/2008 dan Permenkes RI No 3 tahun
2014 disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Pintu masuk sanitasi total dalam upaya memutuskan rantai


kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makan dan
lainnya serta merupakan pilar pertama dari STBM itu sendiri adalah
Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS).
[1]
1.1. LATAR BELAKANG

Desa/Kelurahan ODF adalah desa/kelurahan yang 100%


masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat

60,12 juta jiwa penduduk Indonesia (35%) masih melakukan


praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Kecamatan Tambaksari terdiri dari 6 desa, dimana 4 diantaranya


telah mendeklarasikan diri sebagai desa ODF

Desa Sukasari, 81% (1284) rumah tangga yang sudah memiliki


jamban sehat dan 19% (301) sisanya tidak, terendah dibandingkan 4
desa lainnya yang sudah ODF. Sedangkan ketersediaan Sarana Air
Bersih (SAB) di desa Sukasari sebanyak 1100 atau sekitar 68%
1.2. Rumusan Masalah

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan


kembalinya perilaku masyarakat Buang Air
Besar Sembarangan (BABS) pada desa ODF
(Open Defecation Free) pasca deklarasi di Desa
Sukasari Kecamatan Tambaksari Kabupaten
Ciamis tahun 2017
1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang


menyebabkan kembalinya perilaku masyarakat
Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada desa
ODF (Open Defecation Free) pasca deklarasi di
Desa Sukasari Kecamatan Tambaksari Kabupaten
Ciamis tahun 2017 .

[3]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

STBM merupakan suatu pendekatan partisipatif yang mengajak


masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui
suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan
mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air
besar di tempat terbuka dan sembarang tempat.

Pendekatan yang dilakukan dalam STBM dapat menyerang atau


menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang
kondisi lingkungannya.

Metode pemicuan yaitu membuat masyarakat merasa jijik, malu,


takut dosa, dan takut sakit sebagai dampak dari perilaku tidak
sehat yang mereka lakukan
2.1.6 Klasifikasi

Indikator suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah mencapai status


SBS adalah :
1. Semua masyarakat telah BAB hanya dijamban yang sehat dan
membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat
(termasuk disekolah).
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh
masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang
tempat.
4. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat
untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.
5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai
sanitasi total.
2.5. Kerangka Teori
Pemicuan Promosi dan Pesan melalui Mengembangkan
perubahan kampanye media massa/ komitmen
perilaku komunikasi lain masyarakat

Peningkatan Mengembangkan
Memfasilitasi
terbentuknya Lingkungan mekanisme
yang penghargaan
komite/TKM
Kondusif

Kebijakan Komitmen
daerah (SK Pemda Mengembangkan
u/menyediakan opsi teknologi
bupati, Perda,
sumber daya
3 sarana sanitasi
RPJMP, dll).
Kompone
n STBM Peningkatan
Peningkatan Menciptakan
Terbentuk
lembaga Lingkungan Penyediaan dan
memperkuat
koordinasi yang Sanitasi
jejaring pasar
Kondusif sanitasi
Ada tenaga
fasilitator, Ada sistem Mengembangkan
pelatih dan pemantauan mekanisme
program dan proses peningkatan kapasitas
peningkatan pengelolaan pelaku pasar sanitasi
kapasitas pembelajaran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Subjek Penelitian

Subjek dan Populasi : Masyarakat yang berada di Desa


Sukasari Kecamatan Tambaksari
Kabupaten Ciamis

Cara pengambilan : Purposive sampling (12 responden)


Sampel
3.5. Kriteria Sampel

• Kriteria Inklusi :
1. Masyarakat yang sudah berada di Desa Sukasari
sejak tahun 2010.
2. Bersedia menjadi responden.

• Kriteria Eksklusi
1. Masyarakat tidak kooperatif.
2. Masyarakat yang tinggal di Desa Sukasari
Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis setelah
tahun 2011
3.2 Metode Penelitian

• Penelitian kualitatif (qualitative


Rancangan research)
• Pendekatan deskriptif evaluative
Penelitian

Teknik • Teknik wawancara mendalam


pengumpulan (Indepth Interview)
data

• Tempat : Desa Sukasari Kec.


Tempat dan Waktu Tambaksari Kab. Ciamis
Penelitian • Waktu : Sept-Nov 2017
Tema
Kategorisasi

Coding

Transkripsi
Menggunakan
Panduan
wawancara

Member Melakukan
check randomisasi pada
responden

Membangun
Debrifing hubungan baik

Triangulasi
3.2.6 Definisi Konseptual

No. Variabel Definisi Konseptual


1. Peningkatan Mencakup advokasi kepada para pemimpin pemerintah,
lingkungan yang pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam
kondusif/Enabling membangun komitmen bersama untuk melembagakan
Environment kegiatan pendekatan STBM.

2. Peningkatan Peningkatan penyediaan sanitasi yang secara khusus


penyediaan diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan
sanitasi/Sanitation percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak
and Hygiene dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi
Supply perdesaan.

3. Peningkatan Komponen peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi


kebutuhan merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan
sanitasi/Demand perilaku yang higienis dan saniter.21
Creation
Pemilihan Pengumpulan Penulisan
Izin Analisis data
Subjek data Laporan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
sebanyak 46 lembar transkrip, 355 koding,
14 kategorisasi, 3 tema.
Usia
Jenis Kelamin
2,050 2,000

1,800
2,000 1,991
1,600

1,950 1,400

1,200
1,900
1,000 Jumlah
1,860
1,850 800

600
1,800
400

1,750 200

Laki-laki Perempuan 0
0-17 Tahun 18-55 Tahun > 55 tahun
Jumlah
Pekerjaan
Tingkat Pendidikan 3,500
1,400

3,000
1,200

1,000 2,500

800 2,000
Jumlah

Jumlah
600 1,500

400 1,000

200
500

0
Tidak / Akademi 0
SLTP / SLTA / Universit
Belum SD / MI / Karyawa Karyawa Wiraswas Pengangg
MTs MA as Petani Lainnya
tamat SD Diploma n PNS n Swasta ta uran
Jumlah 176 1,169 894 729 91 164 Jumlah 144 384 389 21 2,904 9
4.1.3 Faktor Penyebab Kembalinya Perilaku BABS

• Kurang meratanya sosialiasi tentang desa ODF saat pemicuan


pada masyarakat Desa Sukasari.
P…” kapungkur ibu pernah ngiringan penyuluhan perkawis
buang air besar sembarangan? “
R4-4...”asa henteu”

• Tidak pernah dibuat media cetak seperti selebaran atau poster


mengenai ODF
R2-6...” di dieu mah teu aya poster mah cuma penerangan-
penerangan kitu wae.”

• Kurangnya keterlibatan masyarakat yang bertindak sebagai


Natural Leader
R2-10...” aya, kader PKK paling oge....”
4.1.3 Faktor Penyebab Kembalinya Perilaku BABS

• Belum terlaksananya penerapan sanksi,


R3-8...” teu aya peraturan mah, ngemutan hungkul.”

• Pengembangan mekanisme penghargaan tidak terlaksana.


R9-12...” Emang selama ini mah setelah deklarasi teu aya
sih khusus penghargaan bahwa misalkan dusun
ini terbaik dalam masalah ODF dan memang
tidak ada anggaran nya , dan sifatnya ya hanya
himbauan …”
4.1.3 Faktor Penyebab Kembalinya Perilaku BABS

• Membuat akses air bersih cukup sulit, terutama kemarau.


R1-13...”…. karena cuaca halodo teu aya cai jadi weh
aruih deui milarian cai intina mah kadinya.”

• Belum memiliki jamban faktor ekonomi, dan hanya menunggu


bantuan dari pemerintah.
R2-19...”teu aya artos na, hehe mung ngadamel mah teu
acan aya.”
R5-16...”… anjuran hungkul bantuan mah teu aya haha..“

• Masih menemukan beberapa jamban tidak sehat.


R8-19...” … tos teu aya nu ngontrol deui mah nya pada di
damel deui panciringan na.”
4.1.3 Faktor Penyebab Kembalinya Perilaku BABS

• Prinsip jamban sharing belum terlaksana secara menyeluruh


R7-29 ...” muhun da nugaduh didieu oge nembe oge 3 an.”

• Kurang menyadari betapa pentingnya penggunaan jamban sehat


dan bagaimana ciri jamban yang sehat.
R7-32 ...” nya jauh tibumi jamban na, rada – rada tebih di
bumi supaya aman heheh…”

• Untuk memberikan makan ikan di kolam-kolam mereka.


• Tidak terlaksananya monitoring berkala dan verifikasi kontinyu.
R1-27...” teu aya ngontrol secara langsung mah …”

• Belum adanya upaya strategis diantaranya belum menerapkan


kebijakan lokal.
R10-4...”… jadi sampai saat ini belum aya perdes ...”
Dan hal inipun belum ditemukan di tingkat yang lebih tinggi,
yakni kabupaten Ciamis.

• Kurang sinerginya lintas sektor kepemerintahan dalam


pelaksanaan sanitasi total di masyarakat.
R11-3...”… ari air bersih peranna penyediaan air bersih
sanes ti kesehatan jadi infrastruktur sarana fisik
ayana di PU
4.3 Keterbatasan Penelitian

• Lokasi dan akses tempat yang ditempuh selama perjalanan


cenderung sulit karena akses tempat tersebut memiliki
infrastruktur yang kurang baik

• Kurangnya pendekatan peneliti kepada responden sebelum


dimulai wawancara sehingga keterbukaan responden dalam
memberikan informasi sangat rendah
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Faktor kebutuhan sanitasi paling banyak, yang akan mempengaruhi
tingkat keaktifan dan pengetahuan kesehatan.

Faktor penyediaan sanitasi yang meliputi ketersediaan air bersih, opsi-


opsi jamban sehat sederhana dan prioritas akan pentingnya memiliki
jamban di rumah

Faktor kebutuhan sanitasi lainnya seperti kampanye dan promosi


media, keterlibatan peran Natural Leader, dan pengembangan
komitmen masyarakat melalui penerapan sanksi sosial

Faktor lingkungan yang kondusif untuk mendukung tercapainya


sanitasi total, melalui dukungan kelembagaan dalam memonitoring,
regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk di dalamnya
pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi
pendidikan, institusi keagamaan dan swasta
5.2 Saran

1. Dilakukan pemicuan yang lebih spesifik di tiap dusun.


2. Mengadakan program penyuluhan berkala untuk masyarakat
mengenai ODF.
3. Meningkatan promosi kesehatan tentang kesehatan lingkungan
dengan perlunya kerjasama tokoh masyarakat, aparat desa, dll.
4. Memanfaatkan penyampaian informasi melalui sarana media.
5. Pembuatan grup yang beranggotakan masyarakat.
6. Meningkatkan peran serta aktif dari Natural leader.
7. Mengadakan program monitoring berkala yang secara khusus
memverifikasi status ODF Desa Sukasari, minimal 1 tahun
sekali.
8. Meningkatkan pengawasan dari tenaga kesehatan terhadap
rumah yang belum memiliki jamban dan sarana air bersih.
5.2 Saran

9. Meningkatkan kapasitas swadaya masyarakat.


10. Membuat kebijakan khusus seperti peraturan desa (PERDES).
11. Meningkatkan mutu dan kualitas dari pelayanan tenaga
kesehatan di bidang kesehatan lingkungan dengan cara
menyediakan sumber daya manusia (SDM).
12. Melakukan koordinasi dan kerjasama yang baik dengan lintas
unit yang membawahi masalah sarana dan prasana sanitasi
13. Mengadakan pengembangan mekanisme penghargaaan ke
perorangan atau tingkat dusun.
14. Dilakukan penelitian lain yang khusus menpelajari pilihan
teknologi sanitasi dengan metode studi kasus di Wilayah Desa
Sukasari.
15. Penelitian lanjutan di wilayah yang berbeda, memiliki tingkat
OD tinggi dengan penambahan jumlah sampel dan variable lain.

Anda mungkin juga menyukai