Anda di halaman 1dari 57

UJI KUALITATIF DALAM

SEDIAAN OBAT
Pendahuluan
Analisis kualitatif obat berhubungan dengan pengenalan senyawa
obat. Pada proses analisis kualitatif dilakukan pengujian sifat-sifat zat
atau bahan, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimianya.

Teknik analisis obat secara kualitatif didasarkan pada golongan obat


menurut jenis senyawanya secara kimia, dan bukan berdasarkan
efek farmakologinya. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang
suatu obat dengan struktur kimia yang sama, mempunyai efek
farmakologi/daya terapeutis yang jauh berbeda.
Pendahuluan
Perhatikan senyawa dibawah ini merupakan golongan asam hidroksi
benzoat dan turunannya :
 asam salisilat (asam orto-hidroksi benzoat) digunakan sebagai
obat luar (keratolitikum)
 asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat
analgetikum dan antipiretikum
 nipagin (metil-p-hidroksibenzoat) digunakan sebagai zat
pengawet.

Asam salisilat Asetosal Nipagin


Jenis senyawa
yang dianalisis

Anorganik Organik

- Ikatan ionik - Ikatan kovalen


- Skema analisis - Belum terdapat
konvensional skema amalisis yang
tersedia (kation & baku
Anion) - Lebih kompleks
- Lebih sederhana

Mengingat umumnya senyawa obat adalah senyawa organik, maka


hal ini juga menjadi kendala dalam analisis senyawa obat.
Dasar Pembelajaran

Kendala
•Identifikasi •metode analisis
pemastian jenis •Mengingat konvensional masih
senyawa dilakukan instrumen-instrumen menjadi pilihan agar
secara modern banyak yang tidak analisis obat tersebut
menggunakan dimiliki institusi dapat dilakukan di
instrumen-instrumen pendidikan maupun manapun dengan
peralatan yang
industri
sederhana.

Saat ini Sehingga


Analisis Kualitatif Konvensional

 teknik pengujian secara konvensional yang didasarkan pada sifat


fisika dan kimia senyawa obat.
 Langkah pertama adalah menentukan sifat fisik sampel tersebut,
seperti warna, bau, indeks bias, titik didih, massa jenis, dan
kelarutannya.
 untuk melakukan analisis kualitatif yang cepat dan tepat
diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisik bahan-
bahan yang dianalisa. Pengetahuan ini sangat diperlukan dalam
menarik kesimpulan yang tepat.
 Data tentang sifat-sifat fisik ini dapat ditemukan dalam
Farmakope Indonesia, Merck Indeks, dan beberapa literatur
lainnya
Obat
OBAT
Padat cair Semisolid

Zat Aktif Eksipien

Sampel

Analit Matriks
Bagan analisis kualitatif obat
Sampel Obat

Preparasi Sampel

Analisis

Pendahuluan/
Organoleptis Uji/reaksi spesifik
golongan

Kesimpulan
Sampel Obat

Sediaan Obat

Padat cair Semisolid

Non Steril
Tablet Sirup
Eliksir
Kapsul Potio krim,
Suspensi salep,
Pil Pasta,
Steril : Gel
Serbuk Sediaan injeksi
Obat tetes
Zat pembawa
dalam sediaan obat
Padat Semisolid Cair

Pembawa Pembawa Dasar salep Larutan


anorganik organik pembawa
Bolus/Al-silikat Fruktosa Salep lemak Aseton

Kalsium karbonat Glukosa Bulu domba alkohol Etanol

Magnesium oksida Laktosa Salep hidrofil Asam asetat

Natrium hidrogen Sakarosa Lanolin Isopropanolol


karbonat
Sorbitol Salep Metanol
Talk polietilenglikol
Amilum Gliserin
Vaselin

Adeps lanae
 proses yang harus
dilakukan untuk
menyiapkan sampel
sehingga siap untuk
dianalisis menggunakan
PREPARASI metode atau instrumentasi
yang sesuai.

SAMPEL  Preparasi sampel


disesuaikan dengan
bentuk/wujud sediaan
obat.
 Sediaan padat, cair, dan
semisolid memiliki tata cara
preparasi yang berbeda.
1. Preparasi sampel padat

 Perlu diketahui :
• metode berikut lebih bersifat umum untuk sediaan
padat secara kualitatif
• Tujuan dari metode ini untuk memisahkan antara zat
aktif dan eksipien.
 Teknik : metode Pelarutan, Penyaringan, dan Ekstraksi
 Eksipien sediaan padat terdiri dari bahan organik dan
anorganik
 Contoh pada sediaan tablet :
• Bahan organik : Pengisi, Pengikat, penghancur,

• Bahan anorganik : Lubrikan, Glidan


Pemisahan Zat Aktif & Pengisi Sediaan padat

Bentuk sediaan Padat dapat dilakukan dengan teknik kelarutan

Contoh :
Obat Padat
+ Pelarut organik (CHCl3,
aseton, alcohol 98%, eter )

Tidak Larut Larut


Dikisatkan /
Evaporasi
Hasil Hasil

Dilanjutkan tahapan analisis


pemisahan zat pembawa anorganik
Sisa pembakaran dibilas dalam air :
Mengendap : Larut :
CaCO3 MgO Bolus/Al-silikat Talk/ Mg-silikat Na2CO3
(alkalis) (alkalis) (netral) (netral) (alkalis)
Dilarutkan dalam HCl encer :
Larut : Mengendap : Uji karbonat
CaCl2 MgCl2 Bolus Talk :
Uji Ca : Uji Mg : Peleburan :
-Warna nyala -Sebagai (CaF2 + H2SO4) Pembentuka
merah bata endapan Sisa dilarutkan dalam H2O n CO2 dan
- sebagai Mg(NH4)PO4 pengeruhan
Al2(SO4)3 MgSO4 larutan
endapan Ca- - dengan
oksalat larutan kuning Uji Al : Uji Mg : Ba(OH2)
titan (basa) -Sebagai Lihat MgCl2
endapan Al(OH3)
berwarna berwarna ungu
merah terang setelah
ditambahkan
CaF2 dan
fenolftalein
- warna merah
ungu dengan
khinalizarin
Pemisahan zat pembawa organik
 umumnya lebih sukar dilakukan dibandingkan
pemisahan zat pembawa anorganik
 dapat dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan
menggunakan pelarut yang sesuai atau dengan teknik
Solid Phase Extraction (SPE)
 zat pembawa pokok (karbohidrat) dipisahkan dengan
menggunakan etanol setelah terlebih dahulu
diasamkan dengan asam tartrat, namun amilum tidak
dilakukan dengan cara ini karena dapat menimbulkan
gumpalan yang menganggu.
 Identifikasi karbohidrat (monosakarida) dapat
dilakukan dengan reaksi Molisch dan beberapa uji
karbohidrat lainnya.
1. Preparasi Sampel Cair
 Metode ini dapat digunakan pada sediaan obat dalam
bentuk cair secara kualitatif
 Sampel yang memiliki kandungan zat aktif dan eksipien
yang banyak, tentunya proses preparasinya jauh lebih
panjang dan kompleks.
 Pada :
 Sirup, Injeksi, obat tetes : terdiri oleh bahan-bahan yang terlarut
sempurna pada pelarut yang digunakan
 Suspensi : terdiri dari bahan zat aktif, yang tidak larut pada
pelarut yang digunakan, biasanya ditambahkan suspending
agent.
 Emulsi : Terdiri dari zat aktif cair yang tidak terlarut pada pelarut
yang digunakan, biasanya ditambahkan emulgator
 Sediaan cair yang terdiri dari komponen yang komplek atau
multikomponen membutuhkan tahapan pemisahan yang lebih
banyak dan bertahap untuk memisahkan masing-masing
komponen tersebut
 Sediaan cair yang terdiri dari komponen yang komplek atau
multikomponen membutuhkan tahapan pemisahan yang
lebih banyak dan bertahap untuk memisahkan masing-
masing komponen tersebut
 Metode pemisahan : Evaporasi, Destilasi pelarut, ekstraksi
cair-cair.
Pemisahan Zat Aktif & Pengisi Sediaan Cair

 Bentuk sediaan Cair dapat dilakukan dengan dapat langsung


di kisatkan ataupun perlu dilakukan dilakukan ekstraksi terlebih
dahulu jika terdapat 2 fase cair.
 Perlu diketahui pelarut merupakan pengisi (eksipien.
 Contoh pemisahan sirup

Obat Cair

Pelarut dapat Pelarut dapat


didestilasi (jika dikisatkan/ dievaporasi
perlu dianalisis) (jika tidak dianalisis)

Serbuk Serbuk
(zat aktif) (zat aktif)

Dilanjutkan tahapan analisis


 Sediaan Emulsi

Obat (Air dan Minyak)

+ Metanol & Pb Asetat


- dikocok

Campuran fase metanol


dan Pb Asetat

-Fase Metanol diambil


-dikisatkan

Hasil
identifikasi larutan pembawa
Analisis larutan pembawa dilakukan
dengan destilasi dan pemisahan.
Hasil destilasi ditentukan titik didihnya.
larutan Titik didih identifikasi

Metilen klorida 39 – 42 oC Reaksi positif dengan AgNO3,


Terjadi reduksi Cu2O dengan pereaksi fehling.
Aseton 55 -57 oC Reaksi idioform positif
Pemeriksaan golongan metilen aktif
Kloroform 59 – 62 oC Uji ion klorida positif
Terjadi reduksi Cu2O dengan pereaksi fehling.
Metanol 64 – 65 oC Setelah perlakuan awal kemudian dengan Pereaksi
schiff terbentuk warna merah
Karbontetra- 76 -77 oC Tidak terjadi reduksi Cu2O dengan pereaksi fehling.
klorida Reaksi isonitril positif

Etanol 78 oC Reaksi idioform positif

Isopropanolol 81 – 83 oC Reaksi idioform positif

Air 100 oC Dengan campuran CuSO4 berwarna biru

Asam asetat 118 – 119 oC Pereaksi FeCl3 berwarna merah


3. Preparasi Sampel Semisolid

 Pada sampel sediaan semipadat/semisolid


tahapan pemisahan antara zat aktif dan basis
menjadi proses paling pertama yang harus
dilakukan.
 Jika tidak dilakukan proses pemisahan antara Z.A.
dan basis tentunya akan menyulitkan proses analisis
dan dapat menganggu proses pengamatan.
 Secara umum metode pemisahannya dilakukan
dengan teknik ekstraksi, melarutkan sediaan
semisolid dalam pelarut organik non polar dengan
air.
 Pelarut organik yang sering digunakan untuk
melarutkan basis misal ; Petroleum eter/Petroleum
benzen
analisis obat dalam salep
 Sediaan Semisolid : salep

Z. Aktif + Basis
+ Cera Alba & Air
Panaskan

Fase Air Fase lemak

Dikisatkan + Air & PE


dicuci

Fase Air Fase PE

Dikisatkan

Hasil
ANALISIS
 Tahapan analisis kualitatif
meliputi :
 Uji Pendahuluan
 Uji Golongan
 Uji/reaksi Spesifik
Uji pendahuluan … (1)

a. Penginderaan/penyandraan (organoleptik)
b. Tes kelarutan
c. Uji keasaman
d. Penentuan unsur-unsur
a. Penginderaan/penyandraan (organoleptik)

 Uji identifikasi sifat fisik obat meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa
obat menggunakan indera.
 Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara
langsung dan hasil pengamatannya merupakan informasi awal
yang berguna untuk analisis selanjutnya.
 Pada umumnya bahan baku obat tidak berwarna atau berwarna
putih, oleh karena itu adanya pewarnaan lain dari bahan dapat
menjadi titik awal untuk identifikasi lanjutan.
Percobaan pendahuluan … (2)
Warna
Kuning – jingga : menadion, tetrasiklin, riboflafin (fluoresensi UV),
nitrofurantoin.
Kuning muda : Nitrazepam
Merah : rifampisin, sianokobalamin

Bau
• Aromatis Fenol, Pelarut organic, minyak atsiri, vanillin
• Menusuk Asam organik yang mudah menguap, mentol,
• Setelah dibakar
karamel : Gula, asam tartrat, amilum
amoniak : Ureida, asam amida, barbiturat
Rasa
Pemeriksaan dilakukan dengan jumlah sedikit mungkin zat.

Manis : Gula-gula, gliserin, sakarin

Asam : Asetosal, Asam sitrat, Asam tartrat, Asam oksalat, Vitamin C

Pahit : Alkaloid (Emetin, Efedrin, Etil morfin, Dihidrokodin, Kinin, Kodein,


Morfin, Pilokarpin, Striknin), Barbiturat, Antazolin, Isoniazida, Kafein,
Klorampenikol, Neostigmin, Nitrofurantoin.
b. Tes kelarutan

• Kelarutan zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat kimia fisik yang
dapat digunakan untuk identifikasi obat.
• Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda terhadap beberapa
pelarut (air, alkohol, atau pelarut lainnya) ataupun dengan suasana
asam/basa
• Tes kelarutan dilakukan dengan memasukan sedikit zat ke dalam
tabung reaksi kemudian di dalamnya ditambahkan pelarut kemudian
digoyang-goyang dan diamati apakah zat tersebut dapat larut.
Jumlah bagian pelarut yang dibutuhkan
Istilah Kelarutan untuk melarutkan satu bagian zat yang
dilarutkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
b. Tes kelarutan
Kelarutan dalam asam dan basa

Larut dalam 3N NaOH (basa) : Asam karbonat, fenol, senyawa


nitro, tiazida, sulfonamid,
riboflavin, teobramin, oksazepam
Larut dalam 3N H2SO4 (asam) : Basa fraksi III, kinin, kinidin.
c. Tes Keasaman

• Pada saat menguji kelarutan obat, perlu diuji pula keasaman larutan
atau pH larutan obat/zat.
• Uji keasaman larutan obat/zat secara sederhana dilakukan
menggunakan kertas lakmus merah atau biru.
• Larutan senyawa-senyawa golongan asam, misalnya asam benzoat,
asam sitrat, asam askorbat, dan lain-lain, didalam air sudah pasti
mengubah lakmus biru menjadi merah.
• Hasil uji ini dapat pula membedakan antara alkaloid basa dan alkaloid
asam (garamnya).
• Alkaloid basa, misalnya efedrin, akan mengubah lakmus merah jadi biru ,
tetapi karena sifat kebasaannya yang sangat lemah maka perubahan
lakmus merah menjadi biru hampir tidak jelas.

• Alkaloid asam, misalnya efedrin HCl, akan mengubah lakmus biru menjadi
merah dan perubahannya sangat jelas.
d. Penentuan unsur-unsur

 Penentuan unsur dalam identifikasi senyawa obat


adalah tahap untuk menentukan
keberadaan/kehadiran unsur selain karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) pada obat yang
diidentifikasi.
 Unsur-unsur lain yang diperiksa tersebut adalah
nitrogen (N), sulfur (S), fosfor (P), dan halogen (Cl, Br,
dan I). Keberadaan unsur-unsur tersebut sangat
berpengaruh terhadap langkah pengujian senyawa
obat tersebut.
 Keberadaan unsur N, S, P, dan halogen dapat
disesuaikan dengan unsur-unsur penyusun senyawa
obat yang dapat dilihat pada rumus kimia obat yang
tertera pada monografi masing-masing dalam
Farmakope Indonesia.
Penentuan Unsur-unsur
(selain C, H, O)

unsur N unsur N & Cl unsur N & Br

benzokain Efedrin HCl


(C9H11NO2), (C10H16NOCl)
Bromheksin
parasetamol difenhidramin
(C14H20Br2N2)
(C8H9NO2), HCl
bromisoval
salisilamid (C17H22NOCl)
(C6H11BrN2O2)
(C7H7NO2) kloramfenikol
(C11H12Cl2N2O5)

unsur N, Cl,
unsur N & S unsur N & P
&S

Metionin Hidroklorotiazid
(C5H11NO2S) (C7H8ClN3O4S2)
kodein fosfat
Sulfametoksazol Promazin HCl
(C18H24NO7P),
(C10H11N3O3S) (C17H21N2SCl),
Tiamin HCl
(C12H18N4OSCl2)
Reaksi untuk penggolongan obat

 Uji Golongan
Reaksinya didasarkan pada golongan/
pengelompokan suatu senyawa.

Pengolongan dapat berdasarkan


1. Sifat (asam/ basa)
2. Atom-atom penyusun
3. Gugus Fungsi
4. Struktur kimia
Reaksi untuk penggolongan obat

1. Golongan Asam
2. Golongan Anorganik
3. Golongan Alkohol dan Fenol
4. Golongan Alkaloid
5. Golongan Antibiotik dan Antihistamin
6. Golongan Sulfonamida
7. Golongan Hormon
8. Golongan Barbital
9. Golongan Karbohidrat
Golongan asam

 Reaksi pendahuluan :
• Rasa : asam
• Bau : khas
• Sisa pijar : +
• Reaksi nyala : +
• Kertas lakmus : biru ---- merah
• Reaksi warna :lihat di modul
• Contoh zat yang bersifat asam : der. Salisilat,Na PAS,
as. Glutamat, Ca-glutamat, Pb asetat, Mg asetat,
sulfanilat,PABA, vit C, asam oksalat,asam sitrat, as.
Formiat, as. Benzoat,
Golongan Anorganik

Reaksi pendahuluan :
• Pirolisis : ada sisa pijar
• Bau :khas
• Reaksi warna : lihat di modul
• Contoh gol anorganik : garam amonium, asam
borat, halogen, kalomel,
Golongan alkohol dan fenol

Reaksi pendahuluan :
• Reaksi King (Diazo A +Diazo B n (1:40) +NaOH
hingga alkalis) :(+) merah anggur
• Reaksi king (+) berwarna merah anggur tanpa
pemanasan kecuali nipagin,nipasol,salol
• Tertarik oleh amilalkohol : fenol
• Tidak tertarik oleh amilalkohol : alkohol
• Untuk alkohol dipanaskan dulu, untuk fenol tanpa
pemanasan
Golongan alkaloid

Reaksi pendahuluan :
Sampel + CHCl3 +NH4OH, dikocok
Lapisan CHCl3 diuapkan + HCl 0,5 N + reagen :
-Dragendorf : endapan coklat merah
-Bouchardat : endapan coklat merah
-Mayer : endapan kuning putih
- Kecuali alkaloid sintetis
- Contoh obat : INH,Aminofilin,nikotinamid,vit B6,
antipirin, parasetamol,antalgin,papaverin HCl
-hasil
uji unsur positif mengandung unsur N dan pada
umumnya alkaloid terasa pahit.
Golongan antibiotik dan
antihistamin

 Reaksi pendahuluan :
• Sampel + asam-asam pekat: terbentuk warna
• Bila ditambah air warna hilang :antibiotik
• Warna stabil dalam air :antihistamin

Tetrasiklin
CTM
Golongan sulfonamida

 Pemeriksaan senyawa sulfonamida dilakukan


dengan menguji larutan zat dalam asam klorida
dengan batang korek api. Keberadaan senyawa
sulfonamida dalam asam klorida akan mengubah
batang korek api menjadi berwarna jingga.
 ini uji pendahuluan pendukung dalam pemeriksaan
golongan sulfonamida adalah hasil uji unsur positif
mengandung unsur N sebagai amin aromatis primer
dan S, serta rasa agak pahit.
Contoh : sulfadiazin, sulfamerazin,sulfanilamid,
Golongan hormon

Reaksi pendahuluan :
Sampel + asam-asam pekat : lambat laun
terbentuk warna
Sampel + CHCl3 atau aseton, dikocok. Lapisan
CHCl3 atau aseton diuapkan + asam-asam
pekat : terbentuk warna-warna
Contoh : deksametason, prednison, linoral,
hidrokortison
Dexametason
Golongan karbohidrat

Reaksi pendahuluan :
• Sampel + pereaksi molisch : terbentuk warna-
warna
• Contoh : glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa,
amilum, karboksi metil sellulosa (CMC), dan lain-
lain.
Dalam pemeriksaan golongan karbohidrat ini, uji
pendahuluan pendukung adalah rasa manis pada zat
uji, kecuali amilum yang hampir tidak berasa. Hasil uji
kelarutan amilum dalam air, yaitu tidak larut dalam air
dingin, tetapi dengan pemanasan akan terbentuk
larutan kental.
DAFTAR
REAGEN &
PENGUJIAN  Reagen berikut merupakan
yang digunakan dalam
analisis obat.
 Tidak semua reagen
tersebut pada daftar ini.
 Mohon untuk dimengerti
bukan untuk dihapalkan.
Percobaan pendahuluan

Analisis unsur Nitrogen, Sulfur,


dan Halogen
 Pemeriksaan Nitrogen (Lassaigne)
Dalam tabung pijar + 20-50 g bahan + Na, dipanaskan.
Sampel + Fe (II)Sulfat (dididihkan) besi hiroksida dilarutkan
dengan 6 N HCl  warna biru

 Pemeriksaan Sulfur
50 mg bahan + 1,0 ml H2O2 30% dan 2 tetes larutan
Fe(III)klorida 10 %  encerkan dengan air + 1,0 ml 3N HCl
dan 1,0 ml larutan BaCl2 5 %  endapan putih BaSO4.

 Pemeriksaan Halogen (Beilstein)


Bahan diletakkan pada keping tembaga lalu dibakar
dengan api  nyala warna hijau karena terbentuk
tembaga-halogen yang menguap
Reaksi golongan … (N)
 Senyawa Nitrogen terdapat dalam bentuk nitrat dan nitrit;
sebagai senyawa nitro; amin primer, sekunder, atau tersier
yang bersifat basa; sebagai amonium kuartener;
golongan amin aromatik; asam amida netral; asam
amino; dan dalam bentuk lain.
 Semua nitrat larut dalam air, dengan menambahkan
FeSO4 dan H2SO4 pekat terbentuk cincin berwarna coklat.

 Pemeriksaan Senyawa nitro aromatik (niklosamida,


nitrazepam, kloramfenikol)
 50 mg zat dalam 3 ml etanol 4 ml air + 200 mg Zn + 3
ml HCl encer  dipanaskan  2 ml filtrat + 2 tetes
pereaksi diazzo I + diazzo II  terbentuk endapan
jingga
[pereaksi Diazzo I ( 10 g NaNO2 dalam 100 ml aquadest),
pereaksi Diazzo II (0,25 g 2-naftol dalam 100 ml 3N
NaOH)]
Reaksi golongan … (N)
 Pemeriksaan basa amin
 sampel + pereaksi mayer (suasana asam H2SO4) 
endapan kekuningan
 Pereaksi Mayer (1,35 g HgCl2 dalam 100 ml larutan KJ 5 %)
 Pemeriksaan amin alifatik primer (reaksi Senfol)
 sampel dalam etanol + karbondisulfida  dipanaskan 
sisa larutan + larutan Hg(II)klorida 5 %  bau khas ‘mustard’
 Pemeriksaan amin aromatik primer (reaksi Diazzo)
 benzokain, etakridin, PAS, prokain, dan sulfonamid.
 50 mg zat dalam 1 ml 3N HCl + 2 tetes pereaksi Diazzo I +
Diazzo II  endapan merah jingga
 Pemeriksaan amin sekunder
 zat dalam 2 ml 3N HCl (didinginkan 5oC) + 2 ml NaNO2 1 %
 encerkan dengan 5 ml air + dikocok 2 x eter  diuapkan
 sisa penguapan + 50 mg fenol  (dipanaskan lalu
didinginkan) + 1 ml H2SO4  terbentuk warna biru-hijau
pekat jika dituang dalam air berubah jadi merah
Reaksi golongan … (N)
 Pemeriksaan amin alifatik primer dan aromatik (reaksi Isonitril)
• zat dalam etanol + kloroform + basa alkali (dipanaskan) 
tercium bau khas isonitril
 Pemeriksaan asam amino (reaksi Ninhidrin)
• 1 ml sampel netral + 2 tetes larutan ninhidrin 1 % dalam air 
dipanaskan sampai mendidih  terbentuk warna
kemerahan, ungu, atau biru.
• Positif untuk efedrin, tolbutamid, antazolin, asam askorbat.
 Pemeriksaan golongan guanidin (reaksi Sakaguchi)
• 1 mg zat dalam 5 ml air + 1 ml NaOH 10 % dalam 1 ml
larutan 1-naftol 0,05 % dalam etanol  dinginkan pada 15oC
+ 3 tetes larutan natrium hipobromit  terbentuk warna
merah ungu
• larutan hipobromid (2 g NaOH dalam 7,5 ml air + 0,5 ml brom
+ air sampai 10 ml)
 Pemeriksaan turunan piridin
• 100 mg zat + 100 mg natrium karbonat kering  dipanaskan
 tercium bau piridin
Reaksi golongan … (seny. pereduksi)
 Reaksi Fehling
• 20 mg zat + campuran Fehling I dan II  dipanaskan
terbentuk endapan tembaga(I) oksida berwarna merah
bata
• Pereaksi Fehling I (larutan CuSO4.5H2O 7 %), Pereaksi
Fehling II (35 g Kna-tartrat + 10 g NaOH + air sampai 100
ml)
• Positif untuk : asam askorbat, isoniazid, hidrokortison,
sakarosa
 Reaksi kalium permanganat
• zat dalam air + KMnO4 0,1 % dalam air atau aseton 
warna yang semula hilang berubah menjadi coklat
• Positif untuk : asam askorbat, isonniazid, olefin
• apabila ada basa, percobaan harus dilakukan dalam
suasana asam sulfat
 Reaksi adisi dengan brom
• 50 mg zat dalam 2 ml asam asetat + ditetesi air brom 
apabila ada ikatan tak jenuh, warna brom hilang
• air brom (1,0 g Br2 atau 0,3 ml Br2 dalam 100 ml asam
asetat)
Reaksi golongan … (asam organik, ester, aldehid )
 Pemeriksaan asam organik
 100 mg zat 6 tetes tionilklorida  dipanaskan  sisa
kering + 1 ml hidroksilamin HCl 7 % dalam metanol yang
mengandung timolftalein 0,02 %  + 2N KOH dalam
metanol  warna biru  didihkan dan dinginkan + 3 N
HCl  warna biru hilang  + Fe(III)klorida 10 % + HCl 
kompleks besi-hidroksamat (warna merah)
 Pemeriksaan ester (reaksi asam hidroksamat)
 50 mg zat + 1 ml hiroksilaminklorida 7 % dalam metanol
 perlakuan sama seperti pada asam organik  asam
amida dan asam anhidrida memberikan reaksi yang
sama
 Pemeriksaan aldehida (reaksi Schiff)
 zat dalam air + diasamkan dengan 3N HCl (pH<3) +
pereaksi Schiff  terbentuk warna merah sampai ungu
 Pereaksi Schiff (100 mg rosanilinklorida dalam 50 ml air 
dipanaskan  + 1,25 g natrium sulfit + 20 ml 6N HCl + air
sampai 100 ml)
Reaksi golongan … (hasil uraian formaldehid, gugus
aktif metilen, idioform)
 Pemeriksaan hasil uraian formaldehida (reaksi asam
kromatopat)
• 10 mg zat dalam 2 ml asam sulfat pekat + 2-3 mg natrium
kromatoprat  dipanaskan  terbentuk warna biru
sampai ungu
• Positif untuk : metamizol, hidroklortiazida, indometasin
 Pemeriksaan gugus aktif metilen
• zat dalam etanol + beberapa butir kristal 1,3-dinitrobenzol
+ larutan basa alkali 15 %  terbentuk warna merah
• Positif untuk : diazepam, hidromorfin, oksikodon,
hidrokodon
 reaksi iodoform
• 10 mg zat + 2 ml 3N NaOH + air iodium  dipanaskan 
tercium bau idioform
• air iodium (1,0 g I2, 20 g KI, 100 ml H2O)
• Positif untuk : aseton, etanol, isopropanolol, asam laktat,
warfarin
Reaksi golongan … (reaksi besi(III) klorida, Millon,
asam sulfat terdiazotasi)
 Reaksi besi (III) klorida
• 5 mg zat dalam 1 ml air  netralkan dengan NaHCO3 / HCl 
+ 2 tetes FeCl3 1 %  terbentuk warna merah sampai ungu
• Positif untuk : hidoksi aromatik, fenol, enol, pirazolon, fenotiazin,
 Reaksi Millon
• larutan zat + pereaksi milon  dipanaskan  terbentuk warna
merah
• Pereaksi Millon ( 10 g air raksa dilarutkan dalam 10 g asam
nitrat berasap  diencerkan dengan 20 g air)
• Positif untuk : fenol, nipagin
 Reaksi gabungan dengan asam sulfanilat terdiazotasi
• 10 mg zat dalam 1 ml 3N NaOH + asam sulfanilat + NaNO2 10
%  terbentuk warna merah
• larutan asam sulfanilat (0,5 g asam sulfanilat + 70 ml air + 6,0 ml
6N HCl + air sampai 100 ml)
• Positif untuk : fenol dan imidazol (tetrasiklin, Parasetamol)
Reaksi khusus … (1)
 Reaksi Murexid
• 10 mg zat + 1,5 ml hidrogen peroksida + 5 tetes asam
sulfat pekat  dipanaskan sampai kering  + beberapa
tetes 6N NH3  terbentuk warna merah-ungu
• Positif untuk senyawa purin (teofilin, kofein, teobramin,
etofilin)
 Reaksi Zwikker
• 10 mg zat + 10 tetes pereaksi Zwikker I + Zwikker II 
terbentuk warna ungu
• Pereaksi zwikker I ( kobalt (II) nitrat 1 % dalam metanol)
• Pereaksi Zwikker II (piridin 10 % dalam metanol)
• positif untuk barbiturat, glutetimid, fenitoin, purin,
sulfanilamid.
 Reaksi Vitali-Morin
• 5 mg zat + 0,5 ml asam nitrat berasap  diuapkan
sampai kering  dilarutkan dalam 5 ml aseton + ditetesi 1
ml 0,1 N KOH-etanol  timbul warna khusus
Pembentukan warna pada reaksi Vitali-Morin

Warna yang timbul Senyawa

Biru – ungu Atropin, Skopolamin-N-butilbromida


Merah – ungu Tetrakain, Strikhnin, Amitriptilin
Merah darah Bamipin, Imipramin, Asam mefenamin
Merah Niklosamida, Fenprokumon, Desipramin
Merah – coklat Antazolin, Alprenolol, Trimetropim, Warfarin
Merah karmin tua Propifenazon, Tolbutamida
Merah jingga Fisostigmin, Parazin, Promazin
Endapan merah jingga Asam salisilat, Salisilat
Jingga Prometazin, Klorpromazin, Karbokromen
Endapan jingga- coklat Fenoksimetilpenisilin
Hijau Lidokain
Ungu hijau  jingga Propanolol
Reaksi khusus … (2)
 Senyawa kompleks berwarna dengan krompentoksida yang larut
dalam benzol
 10 mg zat dalam air + 5 tetes #N asam sulfat + 1 ml
hidrogenperoksida 3 % + 0,5 ml 0,1 N kalium bikromat + 1 ml
benzol  dikocok  lapisan benzol berwarna biru-ungu
 Positif untuk pilokarpin, fenazon, pentetrazol, propifenazon,
klortimazol
 Senyawa kompleks berwarna dengan larutan tembaga sulfat
dalam basa alkali
 10 mg zat dalam 1 ml air + 3 tetes HCl + 5 tetes CuSO4 2 % + 1 ml
3N NaOH (sampai basa)  terbentuk warna biru sampai ungu
 Positif untuk etanolamin, asam amino, beberapa sulfonamida
 Reaksi steroida
 zat dalam 2 ml kloroform + 3 ml asam sulfat pekat  lapisan
kloroform berwarna merah (Reaksi Salkowski)
 zat dalam 2 ml kloroform + 10 tetes asam asetat anhidrida + 2
tetes asam sulfat pekat  terbentuk warna biru sampai hijau.
(reaksi Libermann-Buchard)
N H2

NH N
SO 2 O

C H3
N O
N
N
Cl
N H2
C
O
Daftar Pustaka

 Farmakope :
Farmakope Indonesia (Edisi II, III dan IV) Departemen Kesehatan RI, United
State Of Pharmacopeia, British Pharmacopeia, Nederlandse Pharmacopee
 Higuchi, T and E.B. Hanssen, Pharmaceutical Analysis, John Willey and Sons,
New York, 1961.
 Beckett, H.A. and J.B. Stenlake, Practical Pharmaceutical Chemistry, Part One,
The Atlone Press of the University, London, 1975.
 Ganjar, I. G., dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
 Sudjadi, dan Abdul Rohman, Analisis Farmasi,2012, pustaka pelajar
yogyakarta
 Kemenkes, 2016, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Kimia
Farmasi.

Anda mungkin juga menyukai