Anda di halaman 1dari 44

TUMOR HIDUNG DAN

SINUS PARANASAL
Pembimbing:
dr. Hery Kabullah, Sp. THT-KL

Oleh : Tania Wangunhardjo


PENDAHULUAN

 Tumor hidung dan sinus paranasalis, baik jinak


maupun ganas, jarang ditemukan. Hanya 1%
dari seluruh kejadian tumor ganas pada tubuh,
dan 3% dari tumor ganas di kepala dan leher.
 Lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan
rasio ♂ : ♀ = 2 : 1.
ANATOMI HIDUNG DAN
SINUS PARANASAL
ETIOLOGI
Belum diketahui
Diduga :
- Zat kimia dan hasil industri : nikel, debu kayu,
formaldehid, kromium, minyak isopropil, dll
- Alkohol, asap rokok, makanan yang diasinkan
dan diasap
MANIFESTASI KLINIS
 Gejala dini mirip dengan rhinitis atau
sinusitis kronis  sering diabaikan
 Gejala lanjut tergantung dari asal primer
tumor dan arah perluasannya.
- gejala nasal
- gejala orbital
- gejala oral
- gejala fasial
- gejala intrakranial
Gejala Nasal :
 Massamemenuhi rongga hidung dan mendesak
septum nasi
 Obstruksi hidung unilateral dan rhinorrhea yang
progresif
 Sekret bercampur darah atau epistaxis
 Tumor yang besar dapat mendesak tulang
hidung sehingga terjadi deformitas hidung
 Khas pada tumor ganas ingusnya berbau karena
mengandung jaringan nekrotik
 Tumor yang meluas ke nasofaring dapat
menyebabkan tuli konduksi akibat pembuntuan
muara tuba eustachius.
Gejala Orbital :

Kompresi bagian apex rongga orbita dan


penjepitan ductus nasolacrimalis
 Diplopia

 Proptosis

 Ophtalmoplegi

 Gangguan visus
 epifora
Gejala Oral :

 Gigi palsu tidak pas / gigi goyah


 Nyeri di gigi
 Gangguan oklusi
 Penonjolan atau ulkus di palatum atau procesus
alveolaris atau sulkus ginggivobukal
Gejala fasial :
 Invasi
ke jaringan lunak di depan dinding anterior
cavum nasi.  bengkak dan penebalan pada pipi
dan hidung  asimetris
 Nyeri, anestesia, atau parestesia bila terkena N.V
Gejala Intracranial :
 Inflitrasi melalui basis cranii dan menuju fossa
crania anterior : nyeri kepala hebat ,
oftalmoplegia, gangguan visus.
 Likuorea

 Jika perluasan ke fossa kranii media maka nervus


otak lainnya juga akan terkena
Jika tumor meluas ke belakang terjadi trismus,

akibat terkenanya M. Pterigoideus Interna

disertai anestesi atau parestesi daerah yang

dipersarafi nervus Maxilaris dan Mandibularis


KLASIFIKASI
TUMOR HIDUNG
DAN SINUS
PARANASALIS
Tumor jinak dan ganas di cavum nasi dan sinus
paranasal dapat berasal dari epitel dan non
epitel.
 Tumor jinak epitelial : Adenoma, Papiloma.

 Tumor jinak non epitelial : Fibroma,


Angiofibroma, Hemangioma, Neurilemomma,
Osteoma, Diplasia fibrosa.

 Tumor ganas epitelial : Ca Sel Squamosa, Ca


kelenjar liur, Adeno Ca, Undifferentiated Ca.

 Tumorganas non epitelial : Hemangioperisitoma,


Sarcoma ( Rhabdomiosarcoma, osteogenik
sarcoma), keganasan limfoproliferatif.
TUMOR JINAK
PAPILOMA
Papilloma squamosa :
 Tumor jinak tersering
 Lesi sering ditemukan pada sambungan
mukokutanesus hidung anterior ( kaudal anterior
dari septum nasi)
 Disebabkan oleh virus
 Merupakan jenis eksofitik / fungiform, berasal dari
epitel berlapis pipih
 bentuk mirip polip nasi namun lebih vaskuler, padat
dan tidak mengkilap
 Diagnosa dan terapi: eksisi lesi dengan anestesi
lokal, pemberian anti viral
Inverted Papilloma :
 Papilloma dengan jenis endofitik.
 Asalnya dari dinding hidung lateral

 Jinak secara patologis, tapi ganas secara klinis :

- Bersifat sangat invasif lokal


- Cenderung residif (>40%)
- Pada 5% kasus, ditemukan daerah-daerah keganasan
dalam massa jaringan
- Dapat berubah menjadi ganas (10% kasus)
 Terapi : bedah radikal
ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILIS
 Tumor jinak namun agresif
 Banyak pada pria remaja.
 Penyebab : tidak diketahui, dicurigai faktor
hormonal.
 Asal : dinding posterolateral atap nasofaring (dekat
foramen sphenopalatina)
 Keluhan : sering epistaxis dan buntu hidung yang
lama
 Massa berwarna merah keunguan dan licin
OSTEOMA
Proliferasi tulang padat pada sinus Frontalis (paling
sering) dan sinus Ethmoidalis
Sefalgia, sinusitis berulang, rasa tertekan pada orbita

Terapi : jika mencapai ostium sinus, perlu direseksi


atau dilakukan obliterasi sinus.
DISPLASIA FIBROSA
 Tumor jinak fibro-osseus tidak berkapsul yang melibatkan
tulang – tulang wajah dan sering mengenai sinus
paranasalis.
 Penyebab tidak diketahui.
 Tumor tumbuh lambat, jarang disertai nyeri, dan
cenderung muncul saat pubertas. Biasanya, pasien
datang dengan alasan kosmetik ( asimetri wajah).
 Pertumbuhan tumor melambat dengan bertambahnya
usia.
 Terapi : reseksi total, hindari radiasi.
TUMOR GANAS
SQUAMOUS CELL CARCINOMA (SCC)
 Tumor ganas yang paling sering terjadi
 Ditemukan pada pertemuan antara septum nasi dengan
tepi mukokutaneus ( tepat di belakang kolumela).
 Di sinus, banyak di sinus maxillaris, kedua di sinus ethmoid
 Banyak terjadi pada pria perokok.
 Terapi :
- tumor terbatas : radiasi
- tumor lanjut : reseksi pembedahan & terapi radiasi
ADENOCARCINOMA
 Biasa ditemukan pada
cavum nasi bagian
superior (pada daerah
konka nasi media &
superior).
 Dihubungkan dengan
pekerjaan industri :
kayu, nikel,
hidrokarbon, kromium.

MRI T2-weighted potongan koronal menunjukkan masa pada nasoethmoid


yang ekspansif sampai menginfiltrasi dasar dari sinus frontalis kanan dan sinus
maksilaris kanan. Pasien ini menderita adenocarcinoma.
KLASIFIKASI TNM
T : Tumor primer
 N : Kelenjar getah bening regional

 M : metastasis jauh
Tumor Primer (T)
 T0 : Tidak tampak tumor primer

 Tis : Karsinoma in situ

 T1: Tumor terbatas pada mukosa antrum


tanpa erosi dan destruksi tulang

 T2 : tumor dgn erosi atau destruksi pada


infrastruktur, termasuk palatum durum
dan/atau meatus medius
 T3: tumor meluas sampai ke kulit pipi, dinding
belakang sinus maksila, dasar orbita atau sinus
etmoid anterior.

 T4: tumor mengenai isi orbita dan/atau invasi ke


suprastruktur, salah satu dari: lamina kribiformis,
sinus etmoid posterior atau sfenoid, nasofaring,
palatum mole, fossa pterigomaksila atau
temporal , dan dasar tengkorak
Kelenjar getah bening regional (N)

 N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar

 N1 : Pembesaran kelenjar ipsilateral ≤3 cm

 N2a : Metastasis satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm

 N2b : Metastasis multipel kelanjar ipsilateral, < 6cm

 N2c : Metastasis kelenjar bilateral atau kontralateral, diamter


terbesar < 6 cm

 N3 : Metastasis kelenjar limfe, diamter lebih dari 6 cm.


Metastasis Jauh (M)

M0 : Tidak ada metastasis jauh

M1 : Terdapat metastasis jauh


STADIUM TNM
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium T3 N0 M0
III
T1,2,3 N1 M0
Stadium T4 N0,1 M0
IV
Semua T N2,3 M0
Semua T Semua N M1
PEMERIKSAAN
Anamnesa

Inspeksi wajah penderita


- asimetri
- proptosis, arahnya kemana?
ke atas  dari sinus maxillaris
ke bawah  dari sinus frontalis / ethmoidalis
- pendorongan dinding lateral cavum nasi
- penonjolan dahi / pipi
Rhinoskopi Anterior dan posterior
 Massa :
- permukaan licin  tumor jinak
- permukaan benjol-benjol, rapuh, dan mudah
berdarah  tumor ganas.
 Jika
dinding lateral cavum nasi terdorong ke
medial  massa dari sinus maxillaris
Palpasi (dengan sarung tangan)
palpasi gusi rahang atas dan palatum apa ada
nyeri tekan, penonjolan, atau gigi goyah?
Nasoendoskopi dan Sinuskopi
= membantu menemukan tumor dini
Pemeriksaan pembesaran kelenjar leher
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos sinus paranasal

- posisi waters : sinus maksila

- posisi caldwell : sinus ethmoid & orbita

- posisi lateral : sinus sphenoid & dinding anterior dan

posterior sinus frontalis & maxillaris

- posisi submentoverteks : sinus sphenoid & sinus ethmoid

posterior

2. CT scan  perluasan tumor & destruksi tulang

3. MRI  membedakan jaringan tumor dan jaringan normal

4. Foto polos paru  curiga metastase


DIAGNOSA
Diagnosa Pasti : Histopatologi
Dengan cara Biopsi :
- langsung : di cavum nasi / cavum oris
- Tidak langsung : Sinuskopi / Operasi Caldwell-Luc

Jika curiga tumor vaskuler (Angiofibroma) : Angiografi


TERAPI
 Tumor Jinak
Pembedahan
 Tumor Ganas
(tergantung  jenis, lokalisasi & perluasan)
1. Operasi
 Rinotomi lateral

 Maksilektomi parsial / total

 Maksilektomi total + eksenterasi bulbi


2. Radiasi
- Dilakukan bila operasi kurang radikal / residif
- Tumor sangat besar / inoperable
- metastasis jauh
3. Kemoterapi
- terapi tambahan pada pembedahan dan
radiasi
TERAPI TUMOR GANAS HIDUNG
DAN SINUS PARANASAL

Tumor N0M0 N+M0 N+M+


primer
T1 Sinar / MP RND + MP + Sinar +
sinar sitostatika
T2 MP + sinar RND + MP + Sinar +
sinar sitostatika
T3 MT + sinar RND + MT + Sinar +
sinar sitostatika
T4 MT + sinar RND + MT + Sinar +
(+rekonstruksi) sinar sitostatika
(+rekonstruksi)
PROGNOSA

Pada umumnya kurang baik karena :


1. Diagnosis terlambat
2. Sulit dievaluasi
3. Sifat tumor agresif dan mudah kambuh
LETAK TUMOR & PROGNOSISNYA

Suprastruktur

Mesostruktur

Infrastruktur

Sebileau’s Three Planes


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai