Ebp Perspektif Dan Implementasi Di Praktik Klinis
Ebp Perspektif Dan Implementasi Di Praktik Klinis
PRAKTIK KLINIS
(SIGNIFIKANSI, FISH BONE ANALISIS,
ANALISIS SWOT & POA)
MENILAI DAMPAK DARI INTIMIDASI DI
TEMPAT KERJA PADA KOMPETENSI
KEPERAWATAN ANTARA PERAWAT
KELOMPOK 2 :
TINI (R012181005)
ACO MURSID (R012181011)
SURYANINGSI DULANG (R012181022)
A. Latar Belakang
• Bullying merupakan masalah global yang berulang dan terus-menerus pada profesi
keperawatan (Park, Cho, & Hong, 2015; An & Kang, 2016). The Emergency Nurses
Association in The United melaporkan bahwa bullying di tempat kerja dalam
pengaturan perawatan kesehatan 3,8 kali lebih tinggi. Survei yang dilakukan pada
tahun 2005 - 2011 pada perawat yang dibullying menunjukkan prevalensi 15% -
18% yang meningkat menjadi 24 % pada tahun 2012 (Chatziioannidis et al., 2018).
Sedangkan Insiden kejadian bullying pada perawat di Amerika Serikat tercatat
sekitar 18% - 31% (Alyaemni & Alhudaithi, 2016). Di Indonesia prevalensi kejadian
bullying yang dilaporkan sekitar 10% yang menunjukkan bahwa 54.6 % mengalami
kekerasan fisik dan non fisik (Zahra & Feng, 2018).
• Perilaku bullying pada perawat yang dilakukan oleh pasien (73.6%), keluarga pasien
sekitar (57.9%), sekitar 14,7% yang dilakukan oleh rekan kerja. Insiden kekerasan
paling sering terjadi di ruang perawatan (37.0%) dan di ruang tunggu (33,3%)
(Alyaemni & Alhudaithi, 2016). Perawat merupakan korban dari intimidasi dan
kekerasan (Li, Zhang, Xiao, Chen, & Lu, 2019). Kekerasan di tempat kerja dapat
dikategorikan sebagai kekerasan fisik (pemukulan, menendang, menampar, dan
menikam), pelecehan verbal (penganiayaan melalui kata-kata atau nada, seperti
penghinaan dan tidak hormat) dan pelecehan seksual (Zhang et al., 2017)
• Dampak dari bullying dapat menyebabkan gejala psikologis (depresi, kecemasan,
gangguan stres pasca-trauma) dan gejala fisik (jantung berdebar, sakit kepala,
kelelahan kronis dan insomnia) (Yun, 2016). Hal ini juga dapat meningkatkan
kejenuhan dan niat untuk meninggalkan profesi (Spence Laschinger, et al, 2012).
Sehingga bisa berdampak pada keselamatan pasien dan kualitas pelayanan kesehatan
(Meng & Koh, 2016).
B. Pengertian
C. Dampak
Dampak dari bullying dapat menyebabkan gejala psikologis
depresi, kecemasan, gangguan stres pasca-trauma, dan gejala
fisik seperti jantung berdebar, sakit kepala, kelelahan kronis,
dan insomnia (Yun, 2016), kelelahan, kurangnya motivasi,
kurangnya konsentrasi, emosional dan bunuh diri (Duru,
Ocaktan, Çelen, & Örsal, 2018). Hal ini juga dapat
meningkatkan kejenuhan, niat untuk meninggalkan
profesi(Spence Laschinger, et al, 2012), bisa terjadi pada
keselamatan pasien dan kualitas pelayanan kesehatan (Meng
& Koh, 2016)
A. Signifikasi
• Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross-
sectional. Populasi untuk penelitian ini adalah perawat
terdaftar yang bekerja di Rumah Sakit Pangeran
Hamzah (PHH) dan Rumah Sakit Universitas Jordan
(Juh). Kriteria inklusi mencantumkan semua perawat
terdaftar bekerja di dua rumah sakit tersebut selama
minimal 1 tahun sehingga potensi peserta akan
memiliki cukup pengalaman dan keperawatan
kompetensi untuk menyelesaikan kuesioner. Ukuran
sampel dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95%, kekuatan
statistik 80%, andan α dari 0,05. Sampel pada
penelitian ini adalah 272 perawat dari kedua rumah
sakit.
• Hssil menunjukan bahwa 46,7% ( n = 127) dari peserta melaporkan
bahwa mereka tidak pernah mengalami bullying di tempat kerja, dan
hanya 2,6% ( n = 7) menyatakan bahwa mereka telah mengalami
intimidasi di tempat kerja setiap hari. Peserta melaporkan bahwa
atasan langsung sering sebagai sumber bullying (21%, n = 57) di
antara perawat. Beberapa perawat (25%, n = 68) melaporkan bahwa
mereka tidak pernah dianggap berhenti dari pekerjaan mereka hadir
selama 6 bulan terakhir. Mengenai jenis kelamin pelaku, lebih dari
48% ( n = 131) dari peserta mengalami intimidasi oleh pelaku laki-
laki, sementara sekitar 45% ( n = 122) dari peserta diganggu oleh
pelaku perempuan. Sehingga nilai p value dari variabel intimidasi
yang berhubungan dengan pekerjaan di dapatkan p = 004 < 0.05.
Mengenai kompetensi keperawatan dan perilaku bullying, analisis
menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan. Namun, tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan Intimidasi fisik. Hasil
menunjukkan p = 0,932 > 0.005. Hal ini menunjukan bahwa perawat
yang memiliki kompetensi klinis lebih cenderung mengalami
intimidasi di tempat kerja
B. Fish Bone
C. Analisa SWOT
• Analisis SWOT merupakan salah satu strategi dalam
perencanaan yang sistematis, tujuan dari analisa SWOT
adalah untuk mengumpulkan, menganalisa informasi, dan
mengidentifikasi strategi dalam mnghadapi suatu
komunitas, organisasi atau individu pada waktu tertentu
(Skinner et al., 2012).
Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)
bullying
keluarganya
perawat
perawat bullying
b. Identifikasi
dampak bullying
c. Identifikasi
pelaku bullying.
pemecahan masalah
bullying atau
intimidasi
1. Menyusun SPO peneyelesaian Untuk meminimalisir prilaku Manajemen keperawatan
bullying.
• Tindakan bullying merupakan tindakan kekerasan yang
dilakukan kepada seseorang baik secara fisik maupun
psikologis. Bullying pada perawat dapat dilakukan oleh
pasien, keluarga pasien, sesama perawat maupun profesi
lainnya. Bullying mengakibatkan depresi, kecemasan,
gangguan stress, dan gejala fisik, kelelahan, kurangnya
motivasi kerja, kurangnya konsentrasi, emosional dan
bahkan bunuh diri. Serta meningkatkan kejenuhan,
turnover, dan burnout. Sehingga tindakan bullying
berdampak buruk pada pelayanan kesehatan.
Kesimpulan