Obat parasimpatis :
A. Kolinergik
B. Antikolinergik
Antikolinergika atau parasimpatolitika melawan
khasiat asetilkolin dengan jalan menghambat
terutama reseptor-reseptor muskarin yang
terdapat di SSP dan organ perifer. Zat-zat ini
tidak bekerja terhadap reseptor-reseptor Nikotin.
Obat ini antara lain digunakan untuk mestimulasi
peristaltis, meningkatkan sekresi kelenjar ludah,
getah lambung dan air mata, dan memperkuat
sirkulasi dengan mengurangi lendir dan
mengendurkan otot-otot saluran napas.
Efek samping umum antikolinergik berupa efek-
efek muskarin, yakni mulut kering, obstipasi,
retensi urin, tachycardia, palpitasi, dan aritmia,
midriasis, dan banyak keringat.
Pada dosis tinggi timbul efek sentral, seperti
gelisah, ngawur, eksitasi, halusinasi, dan delirium.
Representative substance that
contain anticholinergic activity
Antihistamine (H1-antagonists) :
Brompheniramine,Chlorpheniramine,Dimenhydrinate,Dip
henhydramine, Meclizine
Antiparkinsonian agents : Biperidine,Ethopropazine,
Procyclidine, dan Trihexyphenicyl
Antipsyschotic agents :
Acetophenazine,Cholrpromazine,Promazine dan
Triflupromazine
Tricyclic antidepressants :
Amitriptylins,Desipramine,Doxepin,Imipramine,
Protriptyline dan Trimipramine.
Gastrointestinal anticholinergic/antispasmodic agents
: Anisotropine, Antropine Belladonna,
,Homatropine,Hyoscyamine,Methanthelina,
Propantheline dan Scopolamine
Secondary amines
Amoxapine +++ ++ 8 2-7
Nortriptyline ++ +++ 18-28 4-19
Desipramine ++++ +++ 14-62 2-11
Protriptyline +++ _ 55-124 10
Tertiary amines
Amitriptyline ++ ++++ 31-46 4-10
Imipramine ++ ++++ 6-20 2-5
Doxepin + ++ 8-24 2-8
Trimipramine + + 7-30 2-6
Tetracyclic
Maproilline ++ + 21-25 6-10
Triazopyridine
Trazodone 0 +++ 4-9 3-7
Chlorpromazine
Triflupromazine
Piperidine ++ + +++
Mesoridazine
Thioridazine
Piperazine + ++++ +
Perphenazine
Fluohenazine
Prochlorperazine
Trifluperazine
Butyrophenones + +++ +
Haloperidol
Thioxanthenes
+++ ++ ++
Chlorprothixene
Thiothixene + ++ +
Other
Loxapine + ++ +
SSP
Mekanisme toksisitas antipsikotik adalah dengan
menghambat reseptor dopamin pada limbic sistem
dan basal ganglia.
Blokade reseptor menghasilkan neuronal cell firing
Sintesis katekolamin pada SSP juga dihambat
Overdosis penggunaan antipsikotik menyebabkan
gejala dan tanda pada SSP, ekstrapiramidal dan sistem
saraf otonom serta pada sistem kardiovaskular
Setiap bagian pada SSP dapat dipengaruhi oleh
antipsikotik terutama pada limbic sistem, hipotalamus
dan basal ganglia
Limbic sistem bertanggungjawab untuk mengontrol
mood
Aktivitas antipsikotik dapat memblokade dopamin
Amygdala, bagian dari limbic sistem dapat di stimulasi
oleh antipsikotik dosis besar
Respon paling besar ditunjukan oleh penggunaan
aliphatic phenothiazines dan juga oleh derivat
piperazine dan thioxanthenes
Overdosis obat antipsikotik dapat menimbulkan
reticular activating system (RAS) yang menyebabkan
sedasi biasanya terjadi setelah 1 jam setelah
penggunaan
Overdosis yang akut pada anak bisa menyebabkan
koma
EPS
Reseptor dopaminergik pada striatum yang berada di
basal ganglia dihambat oleh obat antipsikotik
Penghambatan tersebut dapat menyebabkan efek
ekstrapiramidal yang biasanya terjadi pada dosis
terapeutik dan bertambah parah ketika terjadi
overdosis
Efek ektrapiramidal yang terjadi seperti tremor,
atetosis dan gerakan-gerakan lain diluar kesadaran
Sistem Saraf Otonom
Obat antipsikotik mendukung kerja antikolinergik dan
menghambat alfa adrenergik
Tioridazin merupakan penghambat kolinergik yang paling
baik
Klorpromazin memiliki kemampuan penghambatan
kolinergik yang intermediet
Derivat piperazin dan haloperidol penghambat yang paling
lemah
Efek yang ditimbulkan: mulut kering, konstipasi, dan
pandangan kabur
Efek penghambatan alfa adrenergik menyebabkan
ortostatik hipotensi dengan refleks takikardia
Sistem Kardiovaskular
Efek kardiovaskular yang ditimbulkan oleh keracunan obat
antipsikotik berhubungan dengan mekanisme periperal
dan sentral
Hipotensi ortostatik terjadi karena blokade sentral dari
vasomotor center
Efek toksis pada kardiovasuler paling sering terjadi pada
anak-anak
Kejadian yang paling sering adalah hipokalemia dan atau
penyakit kardiovaskular lainnya
Kematian biasanya ditimbulkan oleh ventricular
fibrillation atau cardiac arest
Angka kematian dilaporkan setelah 3 sampai 5 jam setelah
keracunan
Penanganan Keracunan Obat
Antipsikotik
Rentang dosis klorpromazin dewasa 25 mg – 5000 mg
Rentang dosis haloperidol dewasa 0,5 – 30 mg
Pada 100 kasus keracunan klorpromazin terjadi pada dosis 1,4 gr
Pasien yang mengalami keracunan obat antipsikotik harus
segera diberikan penanganan dari gejala dan monitoring kondisi
secara konstan
Stabilisasi tanda vital menjadi prioritas utama
Perbaikan tekanan darah harus segera dilakukan
Setelah pemberian cairan infus, norepinefrin atau dopamin
dapat diberikan
Pemberian dopamin lebih baik dibandingkan norepinefrin
karena dopamin bekerja lebih selektif pada jantung
Fenitoin atau lidokain dapat mengontrol aritmia yang
disebabkan oleh fenotiazin
Quinidin dan prokainamid kontraidikasi
Fenitoin berguna untuk mengobati kejang yang terjadi
Jika kejang masih tidak terkontrol dapat ditambahkan
diazepam
Menurunkan Absorbsi
Tindakan emesis dan pembilasan dapat dilakukan
tergantung dari tingkat kesadaran pasien dan ada atau
tidak adanya kejang
Pemberian karbon aktif diulang setelah 24-48 jam
untuk mendapatkan eliminasi obat yang efektif dari
dalam darah
Meningkatkan Ekskresi
Diuretik tidak dapat diberikan untuk eliminasi
antipsikotik
Dialisis dan hemoperfusi tidak memberikan
keuntungan yang signifikan untuk pasien yang
keracunan antipsikotik
TERIMA KASIH