Anda di halaman 1dari 31

INFEKSI PADA

UMBILIKUS
Pendahuluan

▪Infeksi yang terjadi pada umbilikus atau tunggul tali pusat


(omfalitis)
biasanya ditemukan sebagai selulitis superfisial yang dapat
menyebar ke seluruh dinding abdomen dan dapat
berkembang
menjadi mionekrosis, nekrositik fasciitis, atau penyakit
sistemik.

▪Omfalitis jarang ditemukan di negara-negara industri,


meskipun
demikian, omfalitis merupakan penyebab tersering
mortalitas
neonatus di daerah-daerah berkembang.
♦ Mengingat manifestasi klinis dan komplikasi
infeksi pada umbilikus serta angka morbiditas dan
mortalitas yang cukup tinggi terutama di negara
berkembang maka diperlukan upaya pengenalan
dini serta penatalaksanaan yang tepat.
Definisi
♦ Infeksi adalah proses saat organisme
yang mampu menyebabkan penyakit
masuk kedalam tubuh atau jaringan
dan menyebabkan trauma atau
kerusakan.
♦ Infeksi yang terjadi pada umbilikus
atau tunggul tali pusat (omfalitis).
Faktor
Risiko
1.Penanganan tali pusat yang tidak baik
(misalnya aplikasi budaya seperti pemberian
minyak atau bedak pada tali pusat).
2.Infeksi sekunder:
⁄ Ketuban pecah dini
⁄ Ibu dengan infeksi
⁄ Proses kelahiran yang tidak steril
⁄ Prematuritas
3.Bayi berat lahir rendah
Faktor risiko yang dapat menyebabkan
omfalitis pada orang dewasa antara lain:
♦ Adanya benda asing pada umbilikus
♦ Obesitas
♦ Dasar umbilikus yang dalam
♦ Higienitas yang buruk
♦ Anomali embrional, seperti paten duktus
urakus atau vitelina, kista atau sinus
urakal dan kista atau sinus vitelina.
Etiologi
♦ Bakteri
aerob:
⁄ Staphylococcus aureus (penyebab tersering)

⁄ Streptokokus grup A

⁄ Escherichia coli

⁄ Klebsiella

⁄ Proteus

♦ Bakteri anaerob (penyebab sepertiga kasus


omfalitis):
⁄ Bacteroides fragilis

⁄ Peptostreptococcus

⁄ Clostridium perfringens
Patofisiologi
HOST

ENVIRONMEN AGENT
T

Tali ♦pusat terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh darah, tali pusat
dipotong segera setelah lahir, meninggalkan puntung tali pusat.
Normalnya, daerah puntung tali pusat terdapat koloni bakteri yang
berpotensi menjadi patogen selama atau segera setelah lahir. Bakteri ini
menarik leukosit polimorfonuklear ke tali pusat. Masuknya granulosit dan
terjadinya proses fagositosis, serta pengeringan, infark jaringan dan
nekrosis, dan aktivitas kolagenase dan protease lainnya, semua
berkontribusi terhadap proses tersebut.
Patofisiologi

Infeksi dapat berlanjut di luar jaringan subkutan


melibatkan permukaan fasia (necrotizing fasciitis), dinding
abdomen otot (myonecrosis), dan ketika bakteri
menyerang pembuluh darah pusar
Klasifikasi
♦ Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau
busuk, dan di sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan
pembengkakan terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di
sekitar pangkal tali pusat.
♦ Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas
melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi
mengeras dan memerah serta bayi mengalami
pembengkakan perut.
Gejala Klinik

♦ Gejala lokal:
⁄ Discharge yang purulen dan berbau busuk dari
umbilikus atau tali pusat.
⁄ Eritema, edema, dan nyeri tekan di daerah
periumbilikal

♦ Gejala sistemik:
⁄ Takikardi
⁄ Hipotensi dan capillary refill menurun
⁄ Takipneu
⁄ Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.
Diagnosis Banding
♦ Granuloma umbilikus (granuloma yang
dapat dilihat pada umbilikus)
♦ Patent vitello-intestinal duct
♦ Patent urachus (pembukaan fistel
dengan discharge urin)
♦ Necrotizing enterocolitis (distensi
abdomen, muntah, BAB berdarah)
♦ Sepsis general
♦ Jarang, anomali appendiculo-omphalic
Diagnosis
♦ Usap mikrobiologi dari umbilikus harus
dikirim untuk kultur aerob dan anaerob.
Kultur darah harus disertakan pada saat
♦ yang tepat.
Diagnostik dapat ditegakkan melalui
♦ pemeriksaan penunjang berupa:
Rontgen abdomen sangat diperlukan jika
dicurigai terjadi necrotizing enterokolitis.
Dapat dijumpai gas di intraperitoneal dimana
terjadi peritonitis (disebabkan oleh bakteri
penghasil gas). Multiple fluid levels dapat
mengarah ke obstruksi adhesi tapi dapat pula
dijumpai pada ileus.
♦ USG abdomen berguna untuk memberikan
gambaran mengenai dinding abdomen jika
dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk
mendiagnosis abses intraperitoneal, abses
retroperitoneal, dan abses hepar.
♦ USG Doppler dilakukan jika dicurigai
terjadi thrombosis vena portal.
♦ Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula
ke umbilikus.
♦ MRI atau CT-scan dapat digunakan untuk
menilai fistula kongenital
Tatalaksana

Farmakologi
♦ Antibiotik: ampiclox, cloxacillin,
flucloxacillin, methicillin yang
dikombinasi dengan gentamycin.
♦ Untuk bakteri anaerob, dapat diberikan
antibiotik berupa metronidazole.
♦ Terapi diberikan selama 10-14 hari.
♦ Untuk omfalitis sederhana yang tidak terjadi
komplikasi, dapat diberikan terapi antibiotik
jangka pendek selama 7 hari.
Non farmakologi
Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
♦ Biasakan untuk selalu mencuci tangan
sebelum memegang atau membersihkan
tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman
♦ dari tangan.
Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik
(misalnya klorheksidin atau iodium povidon
♦ Olesi 2,5%)
tali denganpada
pusat kain kassa yang
daerah bersih.
sekitarnya
larutandengan
antiseptik (misalnya gentian violet 0,5%
atau
iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak
ada nanah lagi pada tali pusat.
♦ Anjurkan Ibu melakukan ini kapan saja
bila memungkinkan. Jika kemerahan atau
bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm,
obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
Infeksi tali pusat berat atau meluas

♦ Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk


pemeriksaan kultur dan sensivitasi.
♦ Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai
indikasi seperti Kloksasilin oral selama lima hari
jika terdapat pustul / lepuh kulit dan selaput
lendir.
♦ Cari tanda-tanda sepsis.
♦ Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan
untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.
Komplikasi
Patofisiologi komplikasi omfalitis erat kaitannya dengan
anatomi umbilikus. Infeksi dapat menyebar sepanjang arteri
umbilikalis, vena umbilikalis, sistem limfatik dinding
abdomen.

n langsung ke daerah
p
1. Necrotizing fasciitis

Kondisi ini dimulai dengan selulitis periumbilikalis, yang,


tanpa pengobatan, dengan cepat menjadi nekrosis kulit dan
jaringan subkutan, dan dalam beberapa kasus, mionekrosis.
Skrotum adalah yang paling sering terpengaruh oleh
necrotizing fasciitis, tetapi dinding perut juga mungkin
terlibat.
2.
Myonekrosis
Pada bayi dengan omphalitis, pengembangan
myonecrosis biasanya tergantung pada kondisi yang
memfasilitasi pertumbuhan organisme anaerob. Kondisi
ini termasuk adanya jaringan nekrotik, pasokan darah
yang buruk, bahan asing, dan infeksi disebabkan oleh
bakteri aerobik seperti Stafilokokus atau Streptokokus.
Pada infeksi dengan campuran bakteri aerob fakultatif
dan anaerob, organisme aerobik menggunakan
oksigen yang tersedia di jaringan. Racun yang
dihasilkan dalam lingkungan anaerobik jaringan
nekrotik memungkinkan penyebaran cepat dari
organisme melalui permukaan jaringan
3. Eviserasi

♦ Eviserasi intestinal
merupakan komplikasi serius
yang sering dilaporkan. Yang
biasanya mengalami
eviscerasi adalah usus halus,
tetapi usus besar mungkin
terlibat.
♦ Eviserasi intestinal ini harus
ditutupi oleh kain kasa
lembab yang bersih, dan
ditempatkan dalam kantong
usus (atau dapat juga pada
kantong plastic transparan).
Perawatan dilakukan untuk
memastikan bahwa usus
4.
Peritonitis
Peritonitis terjadi dengan atau
tanpa dapatabses Jik tidak
terdapat
intraperitoneal.
abses, infeksi bisaa diterapi
dengan penggunaan antibiotik intravena
spectrum luas, dan operasi biasanya tidak
diperlukan. Jika abses intraperitoneal
dikonfirmasi oleh USG, atau jika tidak ada
fasilitas untuk USG, maka laparotomi
diperlukan.
5.
Abses
♦ Abses dapat terjadi di berbagai tempat,
namun sering intraabdominal. Abses
intraperitoneal dilakukan drainase
dengan laparotomi. Abses
retroperitoneal dilakukan drainase
dengan pendekatan ekstraperitoneal,
tetapi jika terletak anterior di
retroperitoneal tersebut, pendekatan
intraperitoneal mungkin diperlukan.
Komplikasi
lanjut
♦ Thrombosis vena
porta
♦ Hernia umbilikalis
♦ Adhesi peritoneal
Prognosis
♦ Omfalitis tanpa komplikasi yang diterapi dengan baik
biasanya sembuh tanpa morbiditas serius. Namun, jika
lambat diketahui dan pengobatan tertunda, angka
kematian bisa tinggi mencapai 7 – 15%. Morbiditas dan
mortalitas yang serius dapat terjadi akibat komplikasi
seperti necrotizing fasciitis, peritonitis, dan eviserasi.
Thrombosis vena portal dapat berakibat fatal.
♦ Kematian dapat mencapai 38 – 87 % mengikuti
necrotizing fasciitis dan mionekrosis. Selain itu, faktor-
faktor risiko tertentu seperti prematuritas, kecil masa
kehamilan, jenis kelamin (laki-laki), dan proses
kelahiran yang tidak steril, terkait dengan prognosis
yang buruk.
Pencegahan
♦ Akses persalinan yang tepat membantu mengurangi
kejadian omfalitis.
♦ Merujuk pasien segera untuk dilakukan intervensi.
♦ Dalam pengaturan rumah sakit di Afrika, alkohol dan
gentian violet biasanya digunakan untuk perawatan tali
pusat.
♦ Di negara lain, digunakan betadine, bacitracin dan silver
sulfadiazine direkomendasikan.
♦ Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi,
saat memandikan bayi, tali pusat juga digosok dengan air
dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih
terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di
bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara ke perut
bayi).
♦ Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton bud
povidone yodine dan biarkan terbuka sehingga cepat
mengering, atau dibungkus dengan kasa kering yang
Perawatan Tali
pusat
θ Cuci tangan atau pakai antiseptik sebelum
melakukan perwatan tali pusat.
θ Tali pusat harus bersih dan kering
θ Jangan tutupi tali pusat dengan gurita
θ Popok dilipat di bawah untung tali pusat
θ Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan
dengan air matang, lalu keringkan dengan
air bersih.
θ Jika puntung talli pusat perat atau bernanah,
bawa bayi ke klinik secepatnya.
TERIM
A
KASIH
DAFTAR
PUSTAKA
♦Cushing AH. Omphalitis: a review. Pediatr Infect Dis.
1985. 4(3):282-5.
♦ R Gabriel. Umbolith: a cause of umbilical discharge
and omphalitis. Infection. 2015. 43:625
♦ S. K. Kasiakou, P. I. Rafailidis, E. S. Rosmarakis. Recurrent
omphalitis in adults. Candinavian Journal of
Gastroenterology. 2004. 39(10): 1021-1024
♦ Molderez CM, Wouters KB, Bergmans GB, Michiels GK. Umbilical
discharge: a review of 22 cases. Acta Chir Belg. 1995;95(3):166–
♦ 9.
Airede AI. Pathogens in neonatal omphalitis. J Trop Pediatr. 1992
Jun. 38(3):129-31. Brook I. Microbiology of necrotizing fasciitis
associated with omphalitis in the newborn infant. J Perinatol.
♦ 1998 Jan-Feb. 18(1):28-30.
Guideline] Riley LE, Stark AR, eds. Guidelines for Perinatal Care.
7th ed. Elk Grove Village, IL, and Wash, DC: American Academy
of Pediatrics and American College of Obstetricians and
♦ Imdad A, Bautista RM, Senen KA, et al. Umbilical cord antiseptics for preventing sepsis
and death among newborns. Cochrane Database Syst Rev. 201. 5:CD008635.
♦ Goldenberg RL, McClure EM, Saleem S. A review of studies with chlorhexidine applied
directly to the umbilical cord. Am J Perinatol. 2013 Sep. 30(8):699-701.
♦ [Guideline] WHO. Guidelines on Maternal, Newborn, Child and Adolescent Health:
Recommendations on Newborn Health.(
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/guidelines-
recommendation s-newborn-health.pdf
. Diakses pada tanggal 13 November 2015)
♦ Geil CC, Castle WK, Mortimer EA Jr. Group A streptococcal infections in
newborn nurseries. Pediatrics. 1970 Dec. 46(6):849-54.
♦ Ameh EA, Nmadu PT. Major Complications of Omphalitis in Neonates and Infant.
Pediatr Surg Int. 2002;18(5-6):413-6
♦ Fraser N, Davies BW, Cusack J. Neonatal omphalitis: a review of its
serious complications. Acta Paediatr. 2006 May. 95(5):519-22.
♦ Kosloske AM, Cushing AH, Borden TA, et al. Cellulitis and necrotizing fasciitis of
the abdominal wall in pediatric patients. J Pediatr Surg. 1981 Jun. 16(3):246-51.
♦ Gallagher PG, Shah SS. Omphalitis: Overview. http://
emedicine.medscape.com/article/975422-overview ( diakses pada tanggal 13
November 2015 ).

Anda mungkin juga menyukai