Anda di halaman 1dari 14

AKSARA JAWA

Citra Fadia
Annisa Nurfadilla
Darin Shafa
M. Pradana
M. Raffli
Takha Camilla
Sejarah
Aksara jawa ternyata juga memiliki kisah atau legendanya sendiri, misalnya saja tentang
seorang ksatria hebat yang berasal dari tanah jawa. Nama dari ksatria tersebut adalah Aji Saka, yang
memiliki 2 orang Abdi yang sangat loyal atau setia yang bernama Dora dan Sembada. Di suatu ketika Aji
Saka melakukan suatu perjalanan, menuju Kerajaan Medang Kamulan.
Pada saat itu Kerajaan Medang Kamulan diperintah oleh seorang raja yang memiliki kebiasaan,
yaitu suka memakan daging manusia. Raja tersebut bernama Prabu Dewata Cengkar, setiap hari Prabu
Dewata meminta para pelayan dan juga prajuritnya untuk selalu menghidangkan daging manusia setiap
harinya.
Mendengar hal itu tentu saja rakyat menjadi resah, termasuk Aji Saka yang semakin yakin untuk
melawan raja tersebut dengan ditemani oleh kedua Abdinya yang setia. Kemudian sampailah Aji Saka di
sebuah pinggiran hutan, yang di mana daerah itu termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan
Medang Kamulan.
Sebelum mereka semua benar-benar masuk ke dalam istana kerajaan, salah satu Abdi dari Aji
saka yang bernama Sembada diperintahkan oleh Aji Saka untuk tetap tinggal di tempat dengan tujuan
menjaga keris pusaka miliknya. Aji Saka juga berpesan agar keris tersebut benar-benar dijaga, dan tidak
boleh diserahkan kepada siapapun kecuali pada Aji Saka.
Sedangkan Abdi lainnya yang bernama Dora, ikut dengan Aji Saka untuk berhadapan langsung
dengan sang Raja yaitu Prabu Dewata Cengkar. Lalu setelah ia bertemu dengan Prabu Dewata Cengkar,
Aji Saka pun langsung membuat kesepakatan dengannya. Aji Saka menerima dirinya untuk dimakan oleh
Prabu Dewata, tetapi dengan 1 syarat.
Yaitu Prabu Dewata Cengkar harus menyerahkan tanah kekuasaannya yang seluas sorban atau
seluas ikat kepala yang dikenakannya. Akhirnya Prabu Dewata pun menyetujui kesepakatan tersebut, Aji
Saka pun meminta Prabu untuk mengukur tanah permintaannya dengan cara memegang salah satu
ujung sorban.
Ujung sorban lainnya dipegang oleh Aji Saka sendiri, kemudian mulailah Prabu Dewata Cengkar
menarik dan membentangkan sorban tersebut. dewata pun terus bergerak mundur untuk
membentangkannya. Ia terus menarik dan membentangkan sorban tersebut, dan dengan kesaktian
yang dimilikinya sorban itu ternyata terus membentang dan tidak pernah berhenti.
Prabu Dewata Cengkar harus terus maju untuk membentangkan sorban itu, lalu sampailah ia di
ujung jurang dan terlempar ke tengah lautan. Akhirnya Prabu Dewata Cengkar itu mati, dan rakyat pun
bersuka cita karena kematiannya. Aji Saka pun naik pangkat menjadi seorang raja, tak berapa lama
setelah ia menjadi raja ia pun ingat keris miliknya yang dititipkan pada Sembada.
Aji Saka pun memerintahkan Dora untuk mengambil keris tersebut pada Sembada.
Pada awalnya mereka hanya bercakap-cakap mengenai keadaan atau kondisi satu sama
lain. Setelah itu barulah percakapan mengarah ke keris yang Aji Saka titipkan. Saat itu Dora
meminta Sembada untuk mengembalikan keris yang dimiliki oleh Aji Saka tersebut.
Tetapi Sembada justru masih ingat tentang perintah Aji Saka, bahwa ia harus
memberikan keris tersebut hanya kepada Aji Saka. Sedangkan Dora merasa bahwa ia tetap
harus melaksanakan perintah Tuannya mengenai keris tersebut. hingga akhirnya kedua orang
itu saling tak mau mengalah satu sama lain, karena ingin sama-sama menjaga amanahnya.
Setelah itu Dora dan Sembada pun bertempur mati-matian untuk mempertahankan
amanah Aji Saka. Keduanya saling mengeluarkan kekuatan dan kesaktian masing-masing,
sampai akhirnya keduanya tewas bersamaan. Kabar kematian kedua Abdi yang loyal
tersebut pun akhirnya sampai pada Aji Saka.
Aji Saka pun menyesal atas kecerobohan yang ia buat sendiri, untuk menghormati
kedua Abdi yang setia padanya sampai mati itu ia pun membuat persembahan khusus untuk
mereka. Maka dibuatlah barisan huruf, alfabet atau aksara seperti yang sampai saat ini kita
kenal yaitu hanacara atau aksara jawa.
Lahirnya Aksara Jawa
Sederet aksara yang diciptakan oleh Aji Shaka dalam mengenang kedua Abdinya yang
setia yaitu Dora dan Sembada, hingga saat ini dikenal dengan aksara jawa. Dengan
total 4 deret aksara jawa yang ia ciptakan. Diantaranya yaitu :
◦ Ha Na Ca Ra Ka yang artinya Ono Wong Loro atau ada 2 orang.
◦ Da Ta Wa Sa Wal yang artinya Podho Kerengan atau mereka berkelahi bersama-
sama.
◦ Pa Da Ja Ya Nyha yang artinya Podho Joyone atau mereka sama-sama kuat.
◦ Ma Ga Ba Tha Nga yang artinya Merdo Dadi Bathang Lorone atau Maka dari itu,
keduanya sama-sama menjadi bangkai atau sama-sama meninggal dunia.
Macam Aksara Jawa
A. Aksara Jawa Carakan lan Pasangan
B. Aksara Swara
C. Aksara Sandhangan
D. Aksara Jawa Murda
E. Aksara Jawa Wilangan
Makna Aksara Jawa
◦ Ha adalah hana hurip wening suci yang arti dalam bahasa Indonesianya adalah adanya
hidup merupakan kehendak dari Tuhan yang Maha Suci.
◦ Na artinya adalah Nur Candra atau warsitaning Candara yang berarti pengharapan dari
manusia yang selalu mengharapkan sinar dari Ilahi.
◦ Ca merupakan cipta wening, cipta dadi, cipta mandulu yang artinya adalah suatu arah
serta tujuan dari Sang Maha Tunggal.
◦ Ra adalah rasaingsun handulusih yang artinya adalah cinta sejati yang muncul dari cinta
kasih dalam nurani.
◦ Ka merupakan karsaningsun memayu hayuning bawana yang maknanya adalah sebuah
hasrat yang diarahkan untuk sebuah kesejahteraan alam.
◦ Da merupakan dumadining Dzat kang tanpa winangenan yang artinya adalah menerima
kehidupan ini dengan apa adanya.
◦ Ta merupakan tatas, tutus, titis, titi lan wibawa yang artinya adalah sesuatu yang mendasar,
totalitas, satu visi, ketelitian di dalam memandang sebuah hidup.
◦ Sa merupakan suram ingsun handulu sifatullah yang artinya adalah pembentukan kasih
sayang sebagaimana kasihnya Tuhan.
◦ Wa merupakan wujud hana tan kena kinira yang artinya adalah ilmu manusia yang hanya
terbatas akan tetapi untuk implementasinya sangat tidak terbatas.
◦ La merupakan lir handaya paseban jati yang maknanya adalah menjalankan hidup
semata-mata hanya untuk memenuhi tuntutan dari sang pencipta.
◦ Pa merupakan papan kang tanpa kiblat yang artinya adalah hakikat Tuhan yang sejatinya
ada tanpa arah.
◦ Dha merupakan duwur wekasane endek wiwitane yang artinya adalah untuk bisa
mencapai puncak harus dimulai dari dasarnya atau dari bawah terlebih dahulu.
◦ Ja adalah jumbuhing kawula lan gusti yang maknanya adalah senantiasa berusaha untuk
mendekati Tuhan dan memahami kehendak Tuhan.
◦ Ya merupakan yakin marang sembarang tumindak kang dumadi yang maknanya adalah
yakin terhadap ketetapan dan kudrat Ilahi.
◦ Nya merupakan nyata tanpa mata, ngerti tanpa diwuruki yang artinya adalah
memahami sunnatullah atau kodrat dari kehidupan ini.
◦ Ma merupakan madep mantep manembah maring Ilahi yang artinya adalah mantap
di dalam menyembah Tuhan
◦ Ga merupakan guru sejati sing muruki yang maknanya adalah pembelajaran kepada
guru nurani.
◦ Ba merupakan bayu sejati kang andalani yang artinya adalah menyelaraskan diri
kepad gerak gerik dari alam.
◦ Tha merupakan tukul saka niat yang maknanya adalah segala sesuatu harus tumbuh
dan diawali dengan niat.
◦ Nga merupakan ngracut busananing manungso yang artinya adalah melepas ego
pribadi pada manusia.
Aksara Kawi
Aksara Kawi (bahasa Sanskerta: kavi yang berarti "pujangga") atau Aksara Jawa
Kuno adalah aksara Brahmi historis yang pernah digunakan di wilayah maritim Asia
tenggara sekitar abad 8 hingga 16 Masehi. Aksara ini terutama digunakan di wilayah
Jawa dan Bali, Indonesia, tetapi beberapa prasasti bertulis Kawi telah ditemukan sampai
sejauh Filipina. Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sanskerta dan Jawa kuno.
Aksara Kawi pada perkembangannya menjadi nenek moyang dari aksara-
aksara tradisional Indonesia seperti aksara Jawa, Bali, Sunda, dn lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai