Anda di halaman 1dari 22

HEMOTHORAX

Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat Kardiovaskuler
Definisi Hemothorax
• Hemothorax adalah kondisi yang terjadi ketika ada darah
pada rongga pleura, yang terletak di antara dinding dada
dan paru. Penumpukan volume darah ini memberikan
tekanan yang cukup besar pada paru sehingga akhirnya
membuat kerja paru menjadi terhambat dan bermasalah
Patofisiologi
• Tujuan utama tatalaksana dari hematoraks adalah untuk
menstabilkan hemodinamik pasien, menghentikan
perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari
rongga pleura. Apabila penanganan pada
kasushematotoraks tidak dilakukan segera maka kondisi
pasien dapat bertambah buruk karena akan terjadi
akumulasi darah di rongga thoraks yang menyebabkan
paru-paru kolaps dan mendorong mediastinum serta
trakea ke sisiyang sehat, sehingga terjadi gagal napas dan
meninggal,

Manajemen Kegawatan pada


Hemothorax
1. Posisi Pasien
Saat kondisi gawat darurat, hal pertama yang dapat dilakukan
yaitu memposisikan pasien dengan posisi semi fowler. Fungsi
memposisikan pasien dengan semi fowler yaitu agar pasien dapat
menggunakan rongga dada yang tidak terisi oleh cairan (darah)
untuk bernapas, paru-paru dapat mengembang dan mengempis.
2. Airway, Breathing, dan Circulation
• Pada keadaan gawat darurat pada pasien hemotoraks, pertama-tama
kita observasiairway, yaitu mempatenkan jalan napas pasien.Jika saat
diperiksa ditemukan jalan napas tidak efektif, maka lakukan tindakan
untuk membebaskan jalan napas.
• Setelah itu, jika jalan napas bebas dari hambatan/tidak ada masalah,
berikan terapi oksigen (breathing) pada pasien dengan aliran 2-4 lpm
menggunakan nasal kanula. Tetapi, penggunaan nasal kanul sebagai
alat bantu pernapasan dianggap kurang efektif pada kasus hemotoraks.
• Setelah diberikan terapi oksigen, pada bagian circulation yang dapat
dilakukan yaitu resusitasi cairan dan transfusi. Tahap ABC akan
dilakukan oleh perawat pada saat pasien berada di ruang emergency,
tepatnya di ruang resusitasi.
3. Resusitasi Cairan
• Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian
volume darah yang dilakukan bersamaan dengan
dekompresi rongga pleura.Dimulai dengan infus cairan
kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian
pemberian darah dengan golongan spesifik secepatnya.
Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam
penampungan yang cocok untuk autotranfusi bersamaan
dengan pemberian infus dipasang pula chest tube
(WSD).
4. Pemasangan Chest Tube (WSD)
• Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar
agar darah pada toraks tersebut dapat cepat
keluar sehingga tidak membeku didalam
pleura.Hemotoraks akut yang cukup banyak
sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya
di terapi dengan chest tube kaliber besar.
Chest tube tersebut akan mengeluarkan
darah dari rongga pleura mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah di dalam rongga
pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor
kehilangan darah selanjutnya
5. Torakotomi
Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan:
• Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar
penderita tersebut membutuhkan torakotomi segera.
• Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar <1500ml, tetapi
perdarahan tetap berlangsung terus. Bila didapatkan kehilangan darah
terus menerus sebanyak 200cc / jam dalam waktu 2-4 jam.
• Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau
luka di daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan
kemungkinan diperlukannya torakotomi, oleh karena kemungkinan
melukai pembuluh darah besar, struktur hilus atau jantung yang potensial
menjadi tamponade jantung.
Asuhan Keperawatan
1. Biodata
• Identitas klien
• Identitas penanggung jawab
• Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.Biasanya
keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri pada dada dan gangguan bernafas.
• Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau
provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana
(nyeri yang dirasakan klien, Regional (R) yaitu penyebaran nyeri, safety (S) yaitu posisi
yang sesuai untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa nyaman dan Time
(T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri.
• Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah terdapat riwayat
sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
• Sistem pernafasan
• Sesak napas
• Nyeri, batuk-batuk.
• Terdapat retraksi klavikula/dada.
• Pengambangan paru tidak simetris.
• Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
• Pada perkusi hematotraks dullness, normal resonan.
• Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
• Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
• Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
• Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
• Sistem Kardiovaskuler :
• Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
• Takhikardia, lemah
• Pucat, Hb turun /normal.
• Hipotensi.
• Sistem Persyarafan :Tidak ada kelainan.
• Sistem Perkemihan.: Tidak ada kelainan
• Sistem Pencernaan :Tidak ada kelainan
• Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
• Kemampuan sendi terbatas.
• Ada luka bekas tusukan benda tajam.
• Terdapat kelemahan.
• Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub-kutan.
• Sistem Endokrin :
• Terjadi peningkatan metabolisme.
• Kelemahan.
• Sistem Sosial / Interaksi.: Tidak ada hambatan.
• Spiritual :Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
3. Pemeriksaan Penunjang
• Chest-Ray
Adanya gambaran hipodense pada rongga pleura disisi yang
terkena dan adanya mediastinum shift.Chest-Ray digunakan
sebagai penegak diagnostik yang paling utama dan lebih
sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan lainnya.
• CT-Scan
Diindikasikan untuk pasien dengan hemothoraks yang untuk
evaluasi lokasi clotting (bekuan darah) dan untuk menentukan
kuantitas atau jumlah bekuan darah di rongga pleura.

Hasil CT-Scan thoraks normal

Ket. (a) Axial CT image of the chest


shows a left-sided pleural effusion,
(b)Repeat axial CT image of the chest
on day three shows a left-
sidedorganized pleural collection
• USG
USG yang digunakan adalah jenis FAST dan diindikasikan untuk pasien yang
tidak stabil dengan hemotoraks minimal.
USG toraks pada pasien Hemotoraks

• Nilai BGA
Hipoksemia mungkin disertai hiperkarbia yang menyebabkanasidosis
respiratori.Saturasi O2 arterial mungkin menurun pada awalnya tetapi biasanya
kembali ke normal dalam waktu 24 jam. PaCO2 kadang-kadang menurun, PaO2
normal / menurun.
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru
yang tidak maksimal karena akumulasi cairan. ( D.0005 )
• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan sekresi sekret dan batuk sekunder akibat nyeri
dan keletihan.( D.0001 )
• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
( trauma ). (D.0077)
• Hipovolume berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
( D.0023 )

Diagnosa Keperawatan
SLKI
1. Diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi cairan (D.0005)
• Ekspektasi : Membaik
• Kriteria Hasil :
• Venstilasi semenit (5) : Meningkat
• Kapasitas vital (5) : Meningkat
• Tekanan espirasi (5) : Meningkat
• Dispnea (5) : Menurun
• Penggunaan otot bantu napas (5) : Menurun
• Pernapasan cuping hidung (5) : Menurun
• Frekuensi napas (5) : Membaik
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret
dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan (D.0001)
• Ekspektasi : Meningkat
• Kriteria Hasil :
• Batuk efektif (5) : Meningkat
• Produksi sputum (5) : Menurun
• Mengi (5) : Menurun
• Dispnea (5) : Menurun
• Gelisah (5) : Menurun
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ( trauma ). (D.0077)
• Ekspektasi : Menurun
• Kriteria Hasil :
• Keluhan Nyeri (5) : Menurun
• Meringis (5) : Menurun
• Gelisah (5) : Menurun
• Kesulitan tidur (5) : Menurun
• Frekuensi nadi (5) : Membaik
• Pola napas (5) : Membaik
• Pola tidur (5) : Membaik
4. Hipovolume berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. ( D.0023 )
• Ekspektasi : Membaik
• Kriteria Hasil :
• Kekuatan nadi (3) : Sedang
• Turgor kulit (5) : Meningkat
• Keluhan haus (5) : Menurun
• Konsentrasi urin (5) : Menurun
• Frekuensi nadi (5) : Membaik
• Tekanan darah (5) : Membaik
• Tekanan nadi (5) : Membaik
• Kadar Hb (5) : Membaik
• Intake cairan (5) : Membaik
• Suhu tubuh (5) : Membaik
SIKIDiagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak 
maksimal karena akumulasi cairan (D.0005)
Manajemen jalan napas
• Observasi
• Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha napas)
• Monitor bunyi napas (mis gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
• Monitor sputum
• Terapeutik
• Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma
servikal)
• Posisikan semi-fowler atau fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
• Keluarkan sumbatan benda padat jika perlu
• Edukasi
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
• Ajarkan teknik batuk efektif
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret 
dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan (D.0001)
Latihan batuk efektif
• Observasi
• Identifikasi kemampuan batuk
• Monitor adanya retensi sputum
• Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
• Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)
• Terapeutik
• Atur posisi semi-fowler atau fowler
• Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
• Buang sekret pada tempat sputum
• Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
• Anjurkan tarik napas dalam melalui lubang hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
• Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
• Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ( trauma ). (D.0077) 
• Manajemen nyeri
• Observasi
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
• Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu
Hipovolume berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. ( D.0023  Manajemen
hipovolemia
• Observasi
• Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
• Monitor intake dan output cairan
• Terapeutik
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan posisi modified tredelenburg
• Berikan asupan cairan oral
• Edukasi
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
• Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
• Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 25%, NaCl 0.4%)
• Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
• Kolaborasi pemberian produk darah

Anda mungkin juga menyukai