Anda di halaman 1dari 113

Oleh :

Arya Mahendra Sakti


SIFAT MEKANIK
Kekuatan (Strength) : Kemampuan bahan
untuk menerima tegangan tanpa
menyebabkan bahan menjadi patah.

Contoh : Kekuatan tarik, Kekuatan geser,


Kekuatan tekan, Kekuatan torsi, kekuatan
lengkung.
Kekerasan (Hardness) : Kemampuan bahan
untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan,
dan penetrasi.

Kekenyalan (Elasticity) : Kemampuan bahan


untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
yang permanen setelah tegangan dihilangkan.
Kekakuan (Stiffness) : Menyatakan kemampuan
bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
(deformasi) atau defleksi.

Plastisitas (Plasticity) : Menyatakan kemampuan


bahan untuk mengalami sejumlah deformasi
plastik (permanen) tanpa mengakibatkan
kerusakan pada bahan.
Ketangguhan (Toughness) : Kemampuan bahan
untuk menyerap sejumlah energi tanpa
mengakibatkan kerusakan pada bahan.

Kelelahan (Fatigue) : Merupakan


kecenderungan dari logam untuk patah bila
menerima tegangan berulang- ulang yang
besarnya masih jauh di bawah batas kekuatan
elastisnya.
STRUKTUR ATOM
Struktur Atom
Zat terdiri dari susunan atom.
Atom terdiri dari inti atom (Proton dan Neutron)
yang dikelilingi oleh elektron.
Setiap atom mempunyai jumlah kulit atom yang
berbeda.
Setiap kulit atom ditempati beberapa elektron
berdasarkan 2n2.
SUSUNAN ATOM
Ikatan Atom
Ikatan Ionik
Yatiu bila ada dua atom atau lebih yang melakukan
gaya tarik menarik untuk bertukar muatan, supaya
menjadi stabil.
Contoh : NaCl
CONTOH IKATAN IONIK
Ikatan Kovalen
Yatiu bila ada dua atom atau lebih yang
melakukan gaya tarik menarik untuk memakai
secara bersama atau meminjamkan muatan yang
berbeda, supaya menjadi stabil.
Contoh : Cl2, N2, HF.
CONTOH IKATAN KOVALEN
Ikatan Logam
Dimana ikatan ini terjadi pada hampir semua atom
yang berada pada suatu logam.
Disini terjadi ikatan ionik dan kovalen yang sangat
besar dengan jarak yang relatif stabil.
Pada ikatan ini inti atom terbentuk secara
beraturan dan elektron yang saling dipinjamkan
akan membentuk kabut elektron.
CONTOH IKATAN LOGAM
STRUKTUR KRISTAL
Yaitu susunan atom-atom yang teratur dalam tiga
demensi menurut pola tertentu dinamakan kristal.
Kristal-kristal yang tersusun membentuk pola
kerangka 3 dimensi disebut dengan space lattice
(kisi ruang).
7 Macam Sistem Kristal
1. Cubic.
2. Tetragonal.
3. Orthorhombic.
4. Monoclinic.
5. Triclinic.
6. Hexagonal.
7. Rhombohedral.
Yang sering dipakai
1. Face Centered Cubic (FCC).
Kubus Pemusatan Sisi
2. Body Centered Cubic (BCC).
Kubus Pemusatan Ruang
3. Hexagonal Close-Packed (HCP).
Heksagonal Tumpukan Padat
STRUKTUR ATOM BCC
STRUKTUR ATOM FCC
STRUKTUR ATOM HCP
CACAT PADA KRISTAL
1. Cacat Titik (Point Defect)
a. Kekosongan (Vacancy)
b. Penggantian (Substitutional)
c. Penyisipan (Interstitional)
CONTOH CACAT TITIK
2. Cacat Garis (Line Defect)
a. Dislokasi Tepi
b. Dislokasi ulir
CONTOH DISLOKASI TEPI
CONTOH DISLOKASI ULIR
LOGIKA DISLOKASI
3. Cacat Bidang (Interfacial Defect)
Terjadi pada batas butir.
4. Cacat Ruang (Bulk Defect)
a. Renik : Karena ada gelembung udara
yang terjebak didalam logam.
b. Retak : Karena logam sudah
mengalami kelelahan sehingga
terjadi retak.
c Inklusi : Karena ada bahan asing yang
terjebak didalam logam.
Sifat mekanik bahan salah satunya ditentukan oleh
struktur mikro
Utk mengetahui struktur mikro, perlu mengetahui fasa
diagram
Diagram fasa digunakan utk peleburan, pengecoran,
kristalisasi dll
Komponen: logam murni dan/atau senyawa penyusun
paduan
Cth. Kuningan, Cu sebagai unsur pelarut dan Zn sebagai
unsur yang dilarutkan.
Batas kelarutan merupakan konsentrasi atom maksimum
yang dapat dilarutkan oleh pelarut utk membentuk
larutan padat (solid solution). Contoh Gula dalam air.
Fasa adalah bagian homogen dari sistem yg
mempunyai kharakteristik fisik & kimia yg uniform
Contoh fasa , material murni, larutan padat, larutan
cair dan gas.
Material yg mempunyai dua atau lebih struktur
disebut polimorfik
Jumlah fasa yg ada & bagiannya dlm material
merupakan struktur mikro.
Diagram kesetimbangan fasa merupakan diagram
yang menampilkan struktur mikro atau struktur fasa
dari paduan tertentu
Diagram kesetimbangan fasa menampilkan hubungan
antara suhu dan komposisi serta jumlah fasa-fasa
dalam keadaan setimbang.
Diagram fase dapat digunakan untuk mengetahui fase
apa saja yang terjadi pada suatu paduan dengan
komposisi tertentu pada suatu temperatur tertentu.
Diagram Cu-Ni
L = larutan cair
homogen yang
mengandung Cu
dan Ni
A = larutan
padat subtitusi
yang terdiri dari
Cu dan Ni, yang
mempunyai
struktur FCC
Diagram Cu-Ni
Jumlah persentasi
cair (Wl) = S/
(R+S)x100%
Jumlah persentasi a
(W) = R/
(R+S)x100%
Sistem binary eutektik
 Batas kelarutan atom Ag pada fasa  dan
atom Cu pada fasa  tergantung pada
suhu
 Pada 780C, Fasa  dapat melarutkan A
atom Ag hingga 7,9%berat dan Fasa  F
dapat melarutkan atom Cu hingga
8,8%berat
G E B
 Daerah fasa padat: fasa , fasa +, dan
fasa , yang dibatasi oleh garis solidus
AB, BC, AB, BG, dan FG, GH.
 Daerah fasa padat + cair: fasa  + cair,
dan fasa  + cair, yang dibatasi oleh garis
solidus
H C
 Daerah fasa cair terletak diatas garis
liquidus AE dan FE
 Reaksi Cair  padat() + padat ()
pada titik E disebut reaksi Eutektik.
DIAGRAM PHASE Fe-Fe3C
Diagram Fasa Fe-Fe3C
 Besi- (ferrit); Struktur
BCC, dapat melarutkan C
maks. 0,022% pada 727C.
 Besi- (austenit); struktur
FCC, dapat melarutkan C
hingga 2,11% pada 1148C.
 Besi- (ferrit); struktur BCC
 Besi Karbida (sementit);
struktur BCT, dapat
melarutkan C hingga 6,7%0
 Pearlit; lamel-lamel besi-
dan besi karbida
3 REAKSI PENTING
Reaksi pada Diagram Fasa Fe-C

Reaksi eutektik pada titik 4,3%C, 1148C


L  (2,11%C) + Fe3C(6,7%C)
Reaksi eutektoid pada titik 0,77%C, 727C
(0,77%C)  (0,022%C) + Fe3C(6,7%C)
Reaksi peritektik
LEVER RULE
(HYPOEUTECTOID STEEL)
Pengaruh Unsur Paduan
pada Diagram Fe3C
Temperature Co DIAGRAM KESEIMBANGAN Fe-C
1600
 + Melt
1500
() Melt
1400
+
1300
 + Melt Melt +
1200 cementite
1100 1147 ºC
Eutectic Point
1000
Austenite () Austenite + cementite
900 Acm
+ A3
( ) A1
700 723 ºC Ferrite () + Cementite (Fe3C)
600 Eutectoid Point
500
0 0.8 1.0 2.0 3.0 4.0 4.3 Carbon content %
ELEMEN PADUAN VS DIAGRAM Fe-C

Elemen penstabil fasa austenite :


-- Ni, Mn, Co, dan Ru, Pd, Os, Ir, Pt.
-- C, N, Cu, Zn, Au.

Elemen penstabil fasa ferrite:
-- Si, Al, Be, P, dan Ti, V, Mo, Cr.
-- B, dan Ta, Nb, Zr. A1
Eutectoid
Elemen perubah titik eutectoid: 0.8 %C
-- penstabil fasa  (austenite) merendahkan A1.
-- penstabil fasa  (ferrite) menaikkan A1.
-- semual elemen paduan menggeser titik eutectoid
ke kandungan karbon yang lebih rendah.
Elemen pembentuk karbida/nitrida:
-- karbida; Cr, W, Mo, V, Ti, Nb, Zr.
-- nitrida; Al dan semua elemen pembentuk karbida membentuk
nitrida
Elemen paduan
perubah ttk eutectoid

Elemen paduan vs.


temperatur eutectoid

Elemen paduan vs.


kandungan karbon eutectoid
Penstabil ferrite Penstabil austenite

Carbon content

Penambahan Cr menaikkan temperatur Penambahan Mn menurunkan temperatur


eutectoid dan menggesernya kekiri. eutectoid dan menggesernya kekiri.
KARBIDA DAN NITRIDA PADUAN

Elemen-elemen: Cr, W, Mo, V, Ti, Nb, Ta, Zr.


Struktur Kekerasan
pada baja paduan akan membentuk karbida (VHN)
keras TiC 3200
VC 2600
TiN 2000
Dua bentuk karbida paduan: WC 2400
--karbida paduan khusus: Fe3C 1000
Cr7C3, W2C, VC, Mo2C, dst. Martensite 900
--karbida kompleks: Bainite 600
Fe4W2C, Fe4Mo2C, dst. Pearlite 300

Semua elemen pembentuk karbida juga


pembentuk nitrida keras:
TiN, CrN, VN, dst.
Nitrida keras

Al, Ti, V, Cr, Mo,


memebentuk
nitrida keras

Concentration of alloying element (%)


Diagram Fasa Pb-Sn
 Reaksi eutektik
Cair (61,9%Sn)  (19,2%Sn)+(97,6%Sn)
Diagram Fasa Cu-Zn
Pengaruh unsur pada Suhu Eutektoid dan
Komposisi Eutektoid

Unsur
pembentuk
besi-: Mn &
Ni
Unsur
pembentuk
besi-: Ti, Mo,
Si & W
Diagram Fasa Al-Si
 Paduan hipoeutektik
Al-Si mengandung Si
<12,6%
 Paduan eutektik Al-Si
mengandung Si
sekitar 12,6%
 Paduan hipereutektik
Al-Si mengandung Si
>12,6%
DIAGRAM TTT/CCT
DIAGRAM TTT/CCT

--Time Temperatur Transformation (TTT) digunakan untuk mengetahui


mikrostuktur yang terbentuk pada pendinginan non-ekuilibrium

A3 Austenite

A1
A+F Start Finish

Ferrite +Pearlite
Temperatur °C

Nose
 Bainite
Ms
Martensite + 
Mf

Log waktu
DIAGRAM TTT UNTUK BAJA 0.8% C

Austenite

Ae1

Ps Pf coarse
Pearlite
fine
Temperature ºC

Hardness, HRc
upper

lower
Bs Bf Bainite

Ms
Martensite + Auatenite

Mf
Martensite

1 sec. 1min. 1 hour 1 day


Continuous Cooling Transformation (CCT)
Continuous Cooling Transformation (CCT)
Continuous Cooling Transformation (CCT)
PENGARUH UNSUR PADUAN
TERHADAP DIAGRAM TTT/CCT

Semua elemen paduan, kecuali Co, menggeser hidung kurva


TTT/CCT ke arah kanan.
Semua elemen paduan, kecuali Co, menurunkan temperatur
pembentukan martensite.

Sehingga:
Komposisi elemen paduan mempengaruhi media kuens (air, oli,
udara)
yang dipilih untuk mengeraskan baja.
Elemen paduan meningkatkan mampu-keras (hardenability) baja,
atau,
baja dengan komposisi berbeda akan memiliki mampu keras
berlainan.
Perlakuan Panas Termal
FUNGSI PERLAKUAN PANAS TERMAL
SEBAGAI BAGIAN PROSES MANUFAKTUR

PELUNAKAN :
MEMPERSIAPKAN BAHAN LOGAM SEBAGAI PRODUK
1/2 JADI AGAR LAYAK DIPROSES BERIKUTNYA.

PENGERASAN :
MEMPERSIAPKAN BAHAN LOGAM SEBAGAI PRODUK JADI
AGAR MEMILIKI SIFAT MEKANIS YANG OPTIMUM.
Pendahuluan
Proses anil merupakan proses perlakuan panas
suatu bahan melalui pemanasan pada suhu cukup
tinggi dan waktu yang lama, diikuti pendinginan
perlahan-lahan
Anil
Bahan: Logam
Tujuan: menghilangkan tegangan sisa & menghindari
terjadinya retakan panas
Prosedur: suhu pemanasan mendekati suhu transisi
gelas dan pendinginan perlahan-lahan
Perubahan strukturmikro: tidak ada
Menghilangkan Tegangan
 Bahan: semua logam, khususnya baja
 Tujuan: menghilangkan tegangan sisa
 Prosedur: Pemanasan sampai 600C utk baja selama beberapa
jam
 Perubahan strukturmikro: tidak ada
Rekristalisasi
 Bahan: logam yang mengalami pengerjaan dingin
 Tujuan: pelunakan dengan meniadakan pengerasan regangan
 Prosedur: Pemanasan antara 0,3 dan 0,6 titik lebur logam
 Perubahan strukturmikro: butir baru
Anil Sempurna
Bahan: baja
normalisasi
Tujuan: Pelunakan 900 anil

sebelum pemesinan
800
Prosedur: 
C
austenisasi 2-30C 700 0,77%C

Perubahan +Fe3C
strukturmikro:
pearlit kasar
Speroidisasi
Bahan: baja karbon tinggi, seperti bantalan peluru
Tujuan: meningkatkan ketangguhan baja
Prosedur: dipanaskan pada suhu eutektoid (~700C)
untuk 1-2 jam
Perubahan strukturmikro: speroidit
Laku Mampu Tempa
(Malleabilisasi)
Bahan: besi cor
Tujuan: besi cor lebih ulet
Prosedur:
 anil dibawah suhu eutektoid (<750C)
Fe3C  3Fe() + C(garfit)
Dan terbentuk besi mampu tempa ferritik
 Anil diatas suhu eutektoid (>750C)
Fe3C  3Fe() + C(garfit)
Dan terbentuk besi mampu tempa austenitik
Perubahan strukturmikro: terbentuknya gumpalan grafit.
Normalisasi
terdiri dari homogenisasi dan normalisasi
 Homogenisasi
 Bahan: logam cair
 Tujuan: menyeragamkan komposisi bahan
 Prosedur: pemanasan pada suhu setinggi mungkin asalkan logam
tidak mencair dan tidak menumbuhkan butir
 Perubahan strukturmikro: homogenitas lebih baik, mendekati
diagram fasa
 Normalisasi
 Bahan: baja
 Tujuan: membentuk strukturmikro dengan butir halus & seragam
 Prosedur: austenisasi 50-60C, disusul dengan pendinginan udara
 Perubahan strukturmikro: pearlit halus dan sedikit besi-
praeutektoid
Anil
Recovery, Rekristalisasi,
Pertumbuhan Butir
Proses Presipitasi
Pengerasan presipitasi
dilakukan dengan
memanaskan logam
hingga unsur pemadu
larut, kemudian celup
cepat, dan dipanaskan
kembali pada suhu
relatip rendah
Diagram Transformasi-Isotermal
Diagram Transformasi-Isotermal
untuk Baja Eutektoid
PERLAKUAN PELUNAKAN

--Homogenising
--Normalizing
--Full annealing
--Spherodising
--Stress relieving
--Process and recrystallisation annealing
HOMOGENIZING
Pemanasan pada temperatur tinggi didaerah
fasa austenit (), jauh diatas titik kritis (A3 dan Acm)
 --Bertujuan untuk menghilangkan efek segeregasi kimia akibat
proses pembekuan lambat ingot/billet.

--Memperbaiki mampu pengerjaan panas (hot workability).

Penuangan
logam cair

Ingot Segregasi kimia HOMOGENISING


sebelum pengerjaan panas
NORMALIZING

Pemanasan lambat sampai dengan temperatur diatas


transformasi    dan diikuti oleh pendinginan udara
 --Menghilangkan ketidak ragaman mikrostruktur.
--Mengeleminasi tegangan sisa.
--Meningkatkan keseragaman dan penghalusan ukuran butir.
CASTING
HOT WORKING:
Forging, Extrusion, Rolling

NORMALIZING

Ketidak ragaman reduksi/temperatur


Pengecualian: HSS, Shock Resisting Steel, Hot Work Tool Steel
Cold Work Tool Steel D & A (tdk termasuk A10), Mold Steel P4.
FULL ANNEALING
Pemanasan sampai temperatur sedikit diatas transformasi   

(A3: hypoeutectoid steels dan A1: hypereutectoid steels), yang


diikuti oleh pendinginan lambat didalam dapur
--Membulatkan sementit ‘proeutectoid” atau karbida lainnya
sehingga memperbaiki keuletan baja.
--Menghasilkan kekerasan/kekuatan yang minimum sehingga
mudah dilakukan deformasi pada pengerjaan dingin.
-- Menghilangkan struktur martensit pada baja paduan yang mungkin
terbentuk akibat pendinginan relatif cepat melewati transformasi    .
--Biasanya dilakukan pada baja yang akan dipasok kepasaran

Pembulatan sementit
2 ‘proeutectoid’ dalam
1 3 bentuk networks pada
batas butir.
PERLAKUAN PELUNAKAN - DIAGRAM Fe-C

Homogenising (H)
Normalising (N)
Full-Annealing (A)
Recrystallisation annealing
911°C Austenite
Stress-relief annealing
()  + Fe3C
Acm
A3 Karakteristik (H) (N) Full (A)
723 °C A1
Temp. *** ** *
Temperature

 + Fe3C
Metoda -- udara dapur
pendingin
Ferrite
()
Wkt. Proses *** * *
Eutectoid Rendah *  Tinggi***
Hypo Hyper
eutectoid eutectoid

0 0.8 1.4 2.0 Carbon %


NORMALIZING VS FULL ANNEALING
Normalizing membentuk mikrostruktur lebih halus dibandingkan
full annealing meskipun pemanasan dilakukan pada temperatur
yang lebih tinggi akibat laju pendinginan lebih cepat

Heating Cooling
Cycle Cycle
Normalizing
Ac3 Anneal
Temperature

Ac1 F +A

Pendinginan di dapur
P +A
Pendinginan udara
Ms

Time Time
ANNEALING LAINNYA
Spherodising: dilakukan untuk meningkatkan mampu-mesin (machinability)
pada baja yang akan ‘dimachining´. Caranya dengan membulatkan sementit/karbida.
Pemanasan dilakukan dibawah temperatur kritis A1 ( ~723ºC), atau sedikit diatas A1
tetapi kemudian ditahan dibawah A1.

Stress-relief annealing: pemenasan s/d dibawah temperatur kritis 550-650 ºC baja


karbon dan paduan rendah, 600-750 ºC baja perkakas. Bertujuan untuk menghilangkan
tegangan sisa akibat deformasi pengerjaan dingin.

Recrystallisation annealing: pemanasan s/d temperatur 600 ºC dibawah temperatur


kritis.
Bertujuan untuk membentuk butir poligon yang bebas tegangan dan mempunyai
keuletan
serta sifat konduktivitas baik. Dilakukan pada baja setelah deformasi pengerjaan dingin.

Quench annealing: dilakukan pada baja jenis austenitk yang di homogenising atau
recrystallisation annealing dimana diikuti oleh pendinginan cepat untuk menghindari
terbentukya endapan karbida terutama pada batas butir.

Isothermal Annealing: pendinginan cepat sampai temperatur tepat


dibawah daerah transformasi, ditahan 1-2 jam, diikuti pendinginan udara.
PENGERASAN TERMAL

Membentuk struktur martensit/bainit


yang memiliki kekerasan tinggi
PENGERASAN TERMAL
(THERMAL HARDENING)

Terdiri dari tiga tahap


operasi : TEMPER
PEMANASAN KUENS
(HEATING) (QUENCHING) (TEMPERING)
• Preheating • Pendinginan cepat oleh • Pemanasan kembali pada
(550-650 ºC) media pendingin temperatur lebih rendah
• Final heating (oli, air, lelehan garam, (150 - 600 ºC), sekali
(900-1050 ºC) semprot gas / udara) atau berulang
• Soaking

QUENCHING TEMPERING
BATH BATH
HEATING
FURNACE
SIKLUS PENGERASAN TERMAL

Baja sangat lunak - u << ,


struktur:  + karbida(sisa)
 Baja keras dan mulai tangguh :
Transformasi  struktur: M(temper+sterssed)

Baja
Baja menyusut Holding
+ sisa + Karbida(sisa) + lainnya

m
ing

Que

en y u

eat
ai

nchi
mu
TEMPERATUR

lh

Temper 1

sut
a

Temper 2
me

Fin

ng
ja
Ba

t i ng
e a Transformasi 
reh Baja memuai
P 


Baja keras tapi rapuh , Ketangguhan lebih baik :
struktur: M(stressed) + sisa struktur: M(temper)
+ Karbida(sisa) + lainnya + Karbida + lainnya

WAKTU
TAHAP PEMANASAN
Hal-hal yang perlu diketahui :
• Perbedaan temperatur antara bagian dalam dan permukaan, akibat
rambatan panas, menyebabkan perbedaan pemuaian volume.
• Baja menyusut sampai 4% (volume) pada kenaikan temperatur
mencapai transformasi austenite.
Hal-hal yang perlu dikontrol :
• Lakukan preheating pada temperatur sekitar 550-650 oC untuk
mengeliminasi distorsi yang mungkin timbul akibat pemanasan.
• Kecepatan pemanasan harus dikontrol agar tidak menimbulkan gradien
temperatur yang sangat curam antara bagian dalam dan permukaan.
T
SU
SU


TEMPERATUR

TRANSFORMASI KE
TEMPERATUR N
KAA
U
RM
PE PREHEATING
I (550-650 oC)
AI

INT
MU

WAKTU WAKTU
TAHAP AUSTENISASI
Dua hal penting: --Waktu tahan (holding time)
--Temperatur austenisasi (austenitizing temperature)

T,t
Waktu tahan
yang benar Kurang Berlebih
950
c d e f  
850 b Tidak tercapai Pertumbuhan butir,
750 pengerasan ketangguhan menjadi
a buruk atau rapuh
TEMPERATUR ( °C)

WAKTU
18 18 42 56 63-65 60-62 57-58
Kekerasan setelah kuens
(Rockwell C)
TAHAP AUSTENISASI

Hal-hal yang diperhatikan:


--Hindari susunan umpan didalam dapur yang saling tumpang-tindih untuk
menghindari terjadinya deformasi komponen akibat berat komponen
pada
saat baja sedang lunak.

--Cek akurasi temperatur austenisasi yang ditentukan, misalnya dengan


menggunakan thermocouple yang ditempelkanlangsung pada komponen.

--Hindari kesalahan penentuan saat mulainya penghitungan waktu tahan..


TAHAP KUENS
yaitu mendinginkan baja dari temperatur austenit
sampai temperatur ambien pada media tertentu yang
akan menghasilkan struktur martensit

• Pemilihan media kuens ditentukan oleh jenis baja/paduannya.

• Semakin ekstrim media kuens risiko terhadap distorsi meningkat.

• Perbedaan laju pendinginan antara permukaan dan bagian dalam


menimbulkan profil kekerasan (tergantung ukuran perkakas
dan komposisi baja).
MEDIA KUENS

Air : Murah serta sistemnya sederhana. Kekurangannya ia mudah membentuk


selimut uap yang menutupi permukaan komponen, sehingga menghasilkan
pedinginan tidak seragam dipenampang permukaan yang luas. Pemanfaatannya
terbatas pada industri perlakuan panas. Eliminasinya di tambahkan Na/Ca Chloride,
membutuhkan closed system.

Larutan polimer : Kemampuan pendinginan (H) diantara oli dan air. Memerlukan
close control karena konsentrasinya mudah berkurang.

Oli : Kemampuan pendinginan tidak sebaik air, tetapi lebih disenangi. Dengan
penambahan additive kemampuan pendinginan (H = cooling power) dapat
ditingkatkan lebih dari 0,4 s/d 1.

Lelehan garam : Paling umum digunakan sbagai media pendingin dikarenakan


dapat bekerja pada rentang temperatur yang besar (150 °C s/d 595 °C, atau bahkan
lebih). Dikarenakan karakter tersebut lelehan garam banyak digunakan untuk
delayed quenching seperti: kuens intermediate, kuens isotermal / holding pada
berbagai temperatur.
MEDIA KUENS

Lelehan logam : Banyak digunakan untuk kuens-interupsi (interrupted


quenching), tetapi saat ini fungsinya sering digantikan oleh lelehan garam
dikarenakan kemampuannya bekerja pada rentang temperatur lebih besar.

Gas / udara : Hanya digunakan untuk baja dengan ukuran tipis atau baja yang
memiliki mampu keras tinggi. Pengaturan cooling power dilakukan dengan cara
mengatur laju semprot udara/gas.

Cetakan logam : Digunakan pada jenis material yang mememiliki risiko distorsi
tinggi. Biasanya menggunakan water-cooled copper dies, dan kelemahannya
biaya tinggi.

Lainnya : Larutan garam, larutan soda, uap


TAHAP KUENS MELALUI MEDIA CAIR

1. Selimut uap (Vapour blanket)


2. Pendidihan (Boiling)
3. Konveksi (Convection )

900 1. Selimut uap


800
Temperatur, ºC

700
600 2.Pendidihan
500
400
300 3.Konveksi
200 Kurva kecepatan
100 pendinginan (ºC/dt) Kurva pendinginan
0 5 10 15 20 25
Waktu (detik)
MEKANISME PENDINGINAN MELALUI MEDIA CAIR

SELIMUT UAP: Kecepatan pendinginan relatif lambat akibat seluruh


permukaan ditutupi oleh uap.

Temperatur transisi menuju mekanisme pendidihan


(leidenfrost temperature) tidak dipengaruhi oleh
temperatur awal saat dikuens.

PENDIDIHAN : Kecepatan pendinginan sangat tinggi ditandai oleh


gelembung-gelembung uap pada permukaan komponen.

KONVEKSI : Kecepatan pendinginan kembali menjadi lambat melalui


rambatan konveksi.

Kecepatan perpindahan panas pada kondisi ini sangat


dipengaruhi oleh viskositas cairan, agitasi, temperatur
cairan/bath.
KONDISI KOMPONEN VS MEKANISME KUENS

Pada prakteknya gradient temparatur atau laju


pendinginan pada permukaan komponen tidak
selalu seragam. Hal ini disebabkan :
• Kondidi internal material: pengaruhnya terhadap
perpindahan panas keluar
• Kondisi permukaan: pengaruhnya terhadap
760 C
perpindahan panas
645 C • Potensial ekstarsi panas dari media kuens
538 C
427 C • Kondisi media yang teragitasi atau non-agitasi
315 C

Jadi, geometri komponen serta kondisi media


kuens dapat mempengaruhi hasil kekerasan
pada permukaan
MIKROSTRUKTUR BAJA SESUDAH KUENS
--Terbentuknya martensit hanya dipengaruhi oleh
kehadiran karbon didalam fasa austenit.
--Sejumlah karbida diperlukan untuk mencegah
pertumbuhan butir pada waktu baja diaustenisasi.
--Terdapat sisa austenite yang tidak bertransformasi
pada kondisi setelah kuens

Ferit, Perlit Mikrostruktur baja


kondisi anil (lunak),
Karbida sebelum dikeraskan

Pengerasan termal
Martensit
Sisa  Mikrostruktur baja setelah
dikeraskan: martensit
Karbida diperkuat oleh karbida
SISA AUSTENITE
terjadi akibat kandungan karbon yang tinggi, dan
hadirnya elemen penstabil austenit () pada baja paduan

BAJA KARBON
HRc

Penghilangan sisa austenit:


Sisa 
--Temper  Bainit, Karbida, Martensit
65 70

Karbon diatas 0,8% --Subzero treatment 100% Martensit


Kekerasan

kekerasan menurun

0.7 0.8 %C
Komposisi karbon
BAJA SETELAH KUENS

-- terdapat tegangan sisa akibat kuens


-- rapuh dan mudah patah
-- dimensi tidak stabil
-- tidak siap digunakan

-- membutuhkan perlakuan temper !

Keras d
an Rap
uh
PERLAKUAN TEMPER

Pemanasan kembali setelah kuens dibawah garis A 1 (160-650 ºC) :


 Mengurangi tegangan sisa akibat proses kuens.
 Memperbaiki ketangguhan.
 Dalam hal tertentu digunakan untuk meningkatkan kekerasan
baja perkakas jenis pengerjaan panas dan kecepatan tinggi.
 Mengontrol dimensi komponen baja yang dikeraskan
Secondary hardening
n
rasa
Ketangguhan ft-lb)

e
Kek
Kekerasan (HRc)

Ke t
n anggu
ha

Temperatur (ºC)
UNTEMPERED MARTENSITE DAN SISA AUSTENITE

Sisa  warna putih


BAJA PADUAN RENDAH HSS M42:
a. 35 % 
b. temper 1: 1 jam, 600ºC
c. temper 2: 1 jam, 600ºC
(a)

30% Untempered Setelah tempering


martensite pada 200 °C

(b) (c)
PERUBAHAN MIKROSTRUKTUR WAKTU TEMPER

Tahap 1: Pembentukan karbida transisi,  karbida, serta penurunan


80-16 0ºC kandungan karbon pada matriks martensit s/d 0.23%

Tahap 2: Transformasi sisa Bainite


230-280ºC

Tahap 3: Karbida transisi, martensit C rendah Sementit + Ferit


160-400ºC

Tahap 4 Pertumbuhan dan pembulatan sementit


400-700 ºC Adanya elemen paduan pembentuk karbida,

Tahap 5 Secondary hardening, yaitu pembentukan karbida paduan


500-550ºC yang mengakibatkan kekerasan meningkat lagi.
MEKANISME TEMPER
Temper 1 : sebagian sisa austenit akan bertransformasi
menjadi martensit dan akan menyebabkan perubahan
dimensi (transformasi lainnya, yaitu: M F+Sementit,
Sisa  Bainit, presipitasi karbida).

Temper 2 : martensit baru yang terbentuk pada tahap


tempering 1akan mengalami temper lanjut. Tegangan sisa
yang masih ada akan terus tereliminasi.

Temper 3 : terjadi eleminasi lanjut terhadap tegangan


yang masih tersisa dan dimensi perkakas menjadi lebih
stabil
setelah tahap ini.
MARTEMPERING DAN AUSTEMPERING

Bertujuan untuk mereduksi tegangan termal


sehingga meminimumkan efek distorsi
Austenite Austenite

Core Core

Temperature (ºC)
Pearlite
Temperatur (ºC)

Pearlite
Surface

Surface

Bainite Bainite
Ms Ms
Martempering Austempering

Waktu Waktu
MASALAH-MASALAH YANG
HARUS DIPERHATIKAN

 Efek distorsi dan keretakan.

 Kehilangan kandungan elemen pada permukaan


komponen (dekarburisasi, oksidasi).

 Sisa austenite.

 Pengkasaran dan ketidak-ragaman mikrostruktur.


DISTORSI DAN KERETAKAN

Penyebab:
--Tegangan sisa akibat machining /pengerjaan dingin sebelum
perlakuan panas.

--Tegangan termal (thermal stresses) akibat perbedaan laju


pemanasan / pendinginan antara permukaan dan bagian dalam.

--Tegangan akibat transformasi fasa (transformation stresses)


pada waktu pendinginan.
DUA BENTUK DISTORSI KOMPONEN

SEBELUM SETELAH
PERLAKUAN PANAS PERLAKUAN PANAS

1.1.Dimensional
Dimensional
distortion
distortion

Terjadi akibat perubahan ukuran,


2.2.Shape
Shape
tegangan sisa machining,
distortion
distortion
proses perlakuan panas.
CATATAN DISTORSI KOMPONEN

Distorsi yang dapat Distorsi yang tidak


dihindarkan dapat dihindarkan
--Cara perlakuan panas yang buruk.
--Perubahan mikrostruktur pada waktu
--Kesalahan penggunaan media kuens. pengerasan termal dan termper.

--Kesalahan pemilihan material. --Tegangan termal akibat kontraksi


volume.
Proses Perlakuan Permukaan
Carburizing,
Carbonitriding,
Chromizing,
Cyaniding,
Sputtering,
Flame Hardening,
Flame Spraying,
Ion Implantation
carburizing
Proses carburizing merupakan proses penambahan unsur
karbon (C) ke dalam logam khususnya pada bagian
permukaan bahan dimana unsur karbon ini didapat dari
bahan-bahan yang mengandung karbon sehingga
kekerasan logam dapat meningkat.
Ada 3 jenis Carburizing, yaitu :
Karburasi Padat (Pack Carburizing)
Karburasi Gas (Gas Carburizing)
Karburasi Cair (Liquid Carburizing)
Carbonitriding
 Carbonitriding Adalah suatu proses pengerasan permukaan
dimana baja dipanaskan diatas suhu kritis di dalam lingkungan
gas dan terjadi penyerapan karbon dan nitrogen.
 Keuntungan karbonitriding adalah kemampuan pengerasan
lapisan luar meningkat biladi tambahkan nitrogen sehingga
dapat dimanfaatkan baja yang relative murah ketebalan lapisan
yang tahan antara 0,75 mm sampai 0,80 mm.
Aplikasi
 Aplikasi yang umum untuk kasus pengerasan gear teeth,
cams,shafts,bearings, fasteners,pins, automotive clutch
plates,tools, and dies.
Cyaniding
Cyaniding adalah proses dimana terjadi absorbsi
karbon dan nitrogen untuk memperoleh specimen
yang keras pada baja karbon rendah yang sulit
dikeraskan.
Cyaniding adalah pengerasan kasus proses yang cepat
dan efisien; itu terutama digunakan pada baja karbon
rendah,bagian ini dipanaskan sampai 1600-1750 ° F
dalam natriumsianida dan kemudian padam dan
dibilas, dalam air atau minyak, untuk menghapus sisa
sianida
Chromizing
Chromizing adalah pelapisan dengan menggunakan
logam krom (Cr) yang didifusikan ke dalam
permukaan base metal dan sebagian membentuk
chrome carbide. Tingkat kekerasan lapisan
bergantung pada kandungan karbon pada base metal
yang akan membentuk karbit. Kekerasan yang dapat
dihasilkan antara 1000-1800 mHV.
Chromizing banyak digunakan pada part-part
otomotif seperti link pin, crank control, chain pin, link
plate, dll. Part-part ini digunakan pada turbo charger
di industri otomotif. Chromizing juga digunakan pada
press dies, bending dies, drawing dies.
Sputtering
 Proses Sputtering termasuk dalam bagian Physical Vapor
Deposition (PVD), sputtering ini telah terbukti mampu
meningkatkan kekerasan permukaan baik itu bahan
logam, non logam, keramik maupun polimer.
 Sputtering adalah salah satu rekayasa bahan dengan cara
penembakan ion-ion berenergi tinggi ke permukaan target
(material pelapis), sehingga atom-atom target terlepas dari
pemukaannya, kemudian difokuskan ke permukaan
substrat (material yang dilapisi). Proses ini berlangsung
selama beberapa menit sampai terbentuk lapisan tipis di
permukaan substrat.
 Ada 3 Metode Sputtering Metode sputtering DC,
Sputtering RF dan sputtering Magnetron.
Flame Hardening
 Flame Hardening merupakan salah satu proses pengerasan
permukaan (Surface Treatment) dengan menggunakan
nyala api langsung yang dihasilkan dari gas oxy-acetylene
(Elgun, 1999). Proses ini menghasilkan suatu lapisan
permukaan yang keras dengan inti yang masih lunak
sehingga baja masih tetap ulet (tidak getas) meski
permukaannya menjadi keras.
 Aplikasi flame hardening pada bidang metalurgi sangat
luas terutama pada saat kebutuhan akan sifat kekerasan
yang hanya diinginkan di suatu bagian benda saja. Banyak
hal yang membuat flame hardening penting untuk dipakai,
diantaranya karena bagian dari suatu komponen mesin
yang sangat besar sehingga sulit untuk melakukan
pemanasan dengan menggunakan dapur (furnace) juga
kurang ekonomis, atau pengerasan hanya bagian tertentu
dari komponen mesin tersebut.
Flame spraying
 Flame spraying menggunakan panas dari pembakaran bahan
bakar gas (biasanya asetilena atau propana) dengan oksigen
untuk mencairkan bahan pelapis, yang dapat dimasukkan ke
dalam pistol penyemprotan sebagai kawat, bubuk atau batang.
 Jenis bahan menimbulkan dua varian proses:
Serbuk flame spraying dan kawat flame spraying
Aplikasi
 Korosi perlindungan struktur dan komponen (jembatan
misalnya, platform lepas pantai, LPG botol) dengan pelapis
aluminium atau seng.
 Reklamasi poros dipakai, khususnya daerah kaitannya dengan
bahan seperti stainless steel atau paduan perunggu.
Implantasi Ion (Ion Implantation)

Implantasi ion adalah suatu metode untuk menempatkan


atom ke dalam bahan dengan cara pengionan atom-atom,
pemercepatan dalam medan listrik dengan energi tinggi
dan penembakan ke permukaan bahan.
Selama proses implantasi, ion-ion akan berinteraksi dan
bertumbukan dengan elektron-elektron dan inti target,
sehingga ion-ion yang diimplantasikan akan kehilangan
energi dan akhirnya berhenti pada jarak tertentu.

Anda mungkin juga menyukai