Anda di halaman 1dari 60

Zat Imunoaktif

Mata Kuliah Mikrobiologi


Imunologi Parasitologi

Romadhiyana Kisno Saputri


Zat Imunoaktif

Bekerja secara :
• Independen
• Mendukung kerja sel-sel imun
Terdiri dari :
• Sitokin
• Antibodi
• Sistem komplemen
Sitokin
Sitokin
Sitokin (sito= sel ; kinos= pergerakan)  suatu molekul
signaling yg digunakan komunikasi sel

Peptida, protein atau glikoprotein yg diproduksi sbg respon thd


mikroba /Antigen lain yg memperantarai & mengatur sistem
immun.

Memperantarai reaksi inflamasi dan berperan sebagai


stimulator hematopoiesis

Sitokin berperan dalam pertahanan spesifik maupun non


spesifik
Sitokin

Sitokin disekresikan oleh sel immun yg terpapar


patogen.

Semua sel berinti khususnya sel endo/epitel dan


makrofage potensial memproduksi IL-1, IL-6, and
TNF-α

Kadar Sitokin (IL-6) meningkat 1000 x pada kondisi


infeksi dan trauma
Sitokin
Aksi bekerja pd sel yg
Sitokin Autocrine memproduksi
adalah dirinya
bekerja pd sel
Paracrine tetangga

difusi ke bagian
Endocrine tubuh melalui
aliran plasma
Sitokin

Sitokin yg berikatan dg Ab memiliki efek immun


lebih kuat daripada sitokin sendiri.

Hal ini berperan untuk penurunan dosis terapi.

Stimulasi berlebihan terhadap sitokin merupakan


pemicu syndrome yg berbahaya cytokine storm
Sitokin
Sitokin
diklasifikasikan Lymphokine (cytokines made by
berdasarkan
fungsinya, sel
lymphocytes),
yg mensekresi
/target aksinya
Monokine (cytokines made by
monocytes),

Chemokine (cytokines w/ chemotactic


activities)

Interleukin (cytokines made by one


leukocyte & acting on other leukocytes).
Sitokin
Sitokin dibuat oleh beberapa sel imun dan yg
paling dominan adalah sel T helper (Th) dan
Makrofage.

Kelompok Sitokin yg memiliki struktur 3


dimensi dg 4 bundles of α-helices dibagi
menjadi 3 sub kelompok :
• the IL-2 subfamily
• the interferon (IFN) subfamily
• the IL-10 subfamily
Sitokin
Kelompok IL-1 family
• IL-1 and IL-18

Kelompok IL-17 family


• memiliki karakter yang lengkap  kelompok sitokine ini mempunyai
efek khusus meningkatkan proliferasi sel T yg menyebabkan efek
sitotoksik
Sitokin type 1
• IFN-γ, TGF-β

Sitokin type 2
• IL-4, IL-10, IL-13
Sitokin
Interleukin 1 (IL-1)  aktivasi sel T

IL-2  merangsang proloferasi antigen-activated T dan sel B

IL-4, IL-5, dan IL-6  merangsang proliferasi dan diferensiasi sel B

Interferon gamma (IFN-Ÿ)  aktivasi makrofag

IL-3, IL-7 dan Granulocyte Monocyte Colony-Stimulating Factor


(GM-CSF)  merangsang hematopoiesis
Peran Sitokin pada Sistem Imun

Pada sistem imun non spesifik sitokine


memperantarai reaksi inflamasi terhadap
Mikroba dan stimulasi sistem imun spesifik.

Pada sistem imun spesifik sitokine


menstimulasi proliferasi dan diferensiasi
Limfosit yg distimulasi Ag dan aktivasi
efektor sel.
Peran Sitokin pada Sistem Imun
Peran Innate Adaptive
Jenis TNF, IL-1, IL-2, IL-12, IFN IL-2, IL-4, IL-5, IFN

Sumber Sel NK, Makrofage Limfosit T

Fgs Fisiologi Mediator imun non Regulasi Limfosit &


spesifik, RX Inflamasi aktivator sel efektor
Stimulus LPS (endotoxin), Virus, Protein Ag
Bakteri Peptidoglikan
Efek Lokal & Sistemik Lokal

Peran Peny. Sistemic dissease Local Tissue Injuri


Sifat Sitokin
Pleiotropism
• Satu sitokin memiliki beberapa efek pada sel yang berbeda.
• Contoh peran IL-4 pada :
• Sel B  Produksi Ig E
• CD4 Sel T  Diferensiasi TH2
• Makrofage  Inhibisi
Rebundancy
• Beberapa jenis sitokin mempunyai efek yang sama
(overlapping).
• Contoh : IL-2, IL-4, IL-5 memiliki efek yg sama pada sel
Limfosit B utk keperluan Proliferasi.
Sifat Sitokin
Sinergy
• 2 atau lebih jenis sitokine secara sinergis memiliki efek yg lebih besar
dr pada penjumlahan efek yg dimiliki keduanya.
• Contoh :
• a = 1, b = 2
• Sinergi : a + b > 3
• IFN dan TNF  meningkatkan expresi MHC kelas I pada sejumlah sel.
Antagonisme
• Satu sitokine mempunyai efek berlawanan dengan sitokine yg lain.
• Contoh :
• IFN  Meningkatkan Aktivasi Makrofage
• IL-4  Menghambat aktivasi Makrofag
Kemokin

Kemokin adalah singkatan dari Kemotaktik sitokin.

Kelompok homolog sitokine yg berperan stimulasi pergerakan


leukosit dan mengatur perpindahan leukosit dari darah ke jaringan.

Semua kemokin adalah polipeptide dg masa 8-12 KD.

Jenis kemokin yg telah teridentifikasi 50 item.


Fungsi Biologi Kemokin
Kemokin
bukan hanya Rekruit sel yg berperan dlm imunitas
memiliki
peran sbg ke tempat yg terinfeksi
Kemoatraktan
Leukosit
(seny. Kimia
penarik Mengatur lalu lintas Limfosit dan
leukosit ke
tempat Leukosit lain melalui jaringan perifer
terinfeksi) tapi
memiliki
Limphoid
sejumlah
fungsi lain Berhubungan dengan perkembangan
berbagai organ
Antibodi
Antibodi
ANTIBODI
(Imunoglobulin
= Ig)
Bahan/substansi yg dibentuk sbg
akibat rangsangan imunogen
dan bereaksi secara spesifik dg
imunogen yg menginduksinya
Dibentuk oleh sel plasma yang
berasal dari proliferasi sel b
akibat kontak dengan antigen
Antibodi
Fungsi: Mengikat
molekul
antigen

Opsonisasi
Membangun
fenomena Aktifasi Komplemen
biologi
sekunder Efek Sitotoksik
Antibodi
Mengandung sedikitnya 2 rantai berat
& 2 rantai ringan
• rantai ringan : 23kDa  tipe kappa atau lambda
 separuh rantai ringan menuju terminal
karboksil  regio konstan (CL)
• rantai berat : 53-75kDa  Tipe rantai berat (λ, μ,
β, ε, α) menentukan jenis imunoglobulin  3/4
rantai berat menuju terminal karboksil  regio
konstan (HL)

Bentuknya seperti huruf Y 


pengikatan antigen terletak pada kedua
ujung

Bagian ujung terminal amino


merupakan regio variabel
• ( ½ rantai ringan=VL, ¼ rantai berat = VH)
Antibodi

Bagian ujung terminal amino


merupakan regio variabel

• ( ½ rantai ringan=VL, ¼ rantai berat = VH)

Rantai ringan-berat dan antar rantai


berat dihub oleh ik disulfida

Pada regio variabel ditemukan regio


yang hipervariabel  menentukan
spesifitas antibodi (CDR =regio
penentu komplementaritas)
Pembentukan Antibodi
Pembentukan Antibodi
Bila pemaparan antigen terjadi ke 2 kali, respon imun sekunder/respons
anamnestik/booster

IgM maupun IgG cepat meningkat, lag phasenya pendek.

Puncak kadar IgM pada respons sekunder < puncak kadar respon imun primer

Kadar IgG lebih tinggi dan lebih lama

Sek B dan Sel T memory

Afinitas antibodi dan antigen makin besar komplek Ab-Ag makin stabil
Pembentukan Antibodi

Pembentukan antibodi tdk berlangsung tanpa


batas
• Ada mekanisme kontrol yang mengendalikan dan
menghentikan pembentukan antibodi berlebih

Mekanisme kontrol:
• Berkurangnya kadar antigen
• Pengaturan oleh idiotip dan penekanan oleh sel T penekan.
Penggolongan Antibodi
Imunoglobulin G (Ig G)

Imunoglobulin A (Ig A)

Imunoglobulin M (Ig M)

Imunoglobulin E (Ig E)

Imunoglobulin D (Ig D)
Imunoglobulin G (Ig G)
Fungsi utama :
• Ab utama pada respon sekunder
• melakukan opsonisasi bakteri sehingga mudah di fagosistosis
• mengikat komplemen
• menetralkan toksin bakteri dan virus
• melintasi plasenta
75 % Ig

CSF, Urin, Darah, Cairan SSP, Peritoneal

Panjang hidup 23 hari

Meningkat pd Infeksi kronis & autoimun

Mengaktifkan C via jalur klasik


Imunoglobulin A (Ig A)

Terdapat dengan 2 struktur,


• IgA serum (monomer atau dimer)
• Ig A sekretori ( dimer )
Fungsi Utama
• Ig A sekretori menghalangi pengikatan bakteri dan virus pada membran mukosa  Tidak mengikat komplemen

Kadar dalam serum sedikit (10%), meningkat pada infeksi kronik saluran napas & GIT

Terdapat di cairan sekresi RT, GIT, UGT, air mata, keringat, saliva, ASI

Mengaktifkan C via jalur alternatif

Mengikat virus dan bakteri

Masa hidup 5-6 hari


Imunoglobulin M (Ig M)
Fungsi :
• Mencegah gerakan makrofag patogen
• Memudahkan fagositosis
• Aglutinator
Mengaktifkan C via jalur klasiik

Respon primer terhadap suatu antigen

Reseptor antigen pada permukaan sel B

Makroglobulin  5x lebih besar dari Ig G

Bereaksi efektif dengan virus atau bakteri


Imunoglobulin E (Ig E)
Fungsi Utama :
• melepaskan mediator dari sel mast dan basofil setelah seseorang terkena allergen
• pertahanan utama thd infeksi cacing (dengan melepas enzim dari eosinofil)
0,002% dalam serum

Tidak memfiksasi komplemen

Mudah diikat sel mast, basofil, eosinofil

Kadar meningkat pada :


• Alergi, infeksi cacing, Schistosomiasis, trikinosis
• Imunitas parasit
Dapat menimbulkan alergi  bergabung dg protein

Dibentuk di saluran nafas dan GIT


Imunoglobulin D (Ig D)
Fungsi utama belum jelas

Marker diferensiasi sel B yg sudah matang

Kadar meningkat pada infeksi dini (akut)

1% dalam serum

Tidak mengikat komplemen

Ig D dan Ig M ditemukan pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen

Dapat mencegah toleransi imun

Half Life 2 – 3 hari


Sifat Imunoglobulin
Kelebihan dan Kekurangan Produksi
Imunoglobulin
Gangguan Ig, termasuk diantaranya peningkatan produksi Ig tertentu
misalnya pada kasus multiple myeloma (suatu kondisi neoplastik),

Melalui elektroforesis pada serum atau urin, akan menghasilkan


peningkatan Ig tertentu atau satu partikel rantai ringan ( disebut bence
jones protein)

Penurunan produksi salah satu Ig, atau penurunan semua jenis Ig


berhubungan erat dengan suatu penyakit.

Misalnya pada gangguan genetik / abnormalitas misalnya a-gamma


globulinemia (produksi Ig G yg tidak ada )
Komplemen
Definisi
Salah satu sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari protein yg di
produksi dalam hati dan berada dalam peredaran darah serum

Molekul sistem imun nonspesifik

Larut dalam keadaan tidak aktif

Membunuh mikroorganisme melalui 3 jalan:


• Opsonisasi
• Inflamasi
• Sitolisis
Sifat Komplemen
Aktivasinya merupakan reaksi cascade  reaksi satu berikatan dengan reaksi selanjutnya

Komplemen aktif  molekul efektor yang punya efek biologik

Inaktif pada 56 derajat celcius selama 30 menit

10% total protein serum

Sistem komplemen berlangsung sangat cepat dan efisien  menghindari kerusakan yang
tidak diinginkan
Komponen Komplemen
Terdiri dari serangkaian kompleks protein
• C1-C9

Merupakan sistem enzimatik


• Bisa sebagai enzi,, bisa sebagai substrat
• Sebagai enzim harus diaktifkan dulu
Ada 4 komponen
• Komponen aktivator
• Komponen komplemen
• Komponen regulator
• Komponen reseptor komplemen
Komponen Aktivator
Jalur klasik
• Aktivator : semua bahan imunogenik
• Contoh : antigen beberapa bakteri, RNA virus
• Antigen berikatan dengan IgG atau igM  memicu aktivasi
• Komponen yang terlibat : C1, C4, C2, C3-C terminal (5-9)

Jalur alternatif
• Aktivator : kompleks imun IgA dan antigen
• Contoh : lipopolisakarida di permukaan patogen
• Komponen yang terlibat : C3, faktor B, prperdin, faktor D dan komponen terminal

Jalur lektin atau Mannose Binding Lektin


• Lektin: protein larut yang mengikat manosa
• Aktivator : molekul mannosa pada permukaan patogen atau jaringan self yang rusak
• Komponen yang terlibat : MBL, MASP-1, MASP-2. C4, C2, komplemen terminal
Komponen Komplemen
Jalur klasik
• Komponen yang terlibat : C1, C4, C2, C3-C terminal (5-
9)
Jalur alternatif
• Komponen yang terlibat : C3, faktor B, prperdin, faktor
D dan komponen terminal
Jalur lektin atau Mannose Binding Lektin
• Komponen yang terlibat : MBL, MASP-1, MASP-2. C4,
C2, komplemen terminal
Komponen Regulator
Aktivasi komplemen sangat cepat dan efisien  jaringan self akan
dilindungi protein regulator plasma atau membran

Normal
• Komponen komplemen teraktivasi  menempel di permukaan patogen  sistem
komplemen aktif  eliminasi

Penyimpangan
• Penempelan komponen teraktivasi pada sel host normal  lisis sel tubuh
• Perlu adanya komponen regulator  menghambat formasi komplemen atau
menghancurkan kompelemen yang aktif
Erdapat beberapa kondisi patologis yang terjadi akibat aktivasi
komplemen berlebihan
Komponen Reseptor Komplemen
Reseptor  mengenali komplemen pada permukaan sel sasaran

5 jenis yang sudah dikenali


Aktivasi Sistem Komplemen
Jalur klasik Jalur Lectin Jalur alternatif
Mannose-binding
Ag-Ab Perlekatan pada
protein Berikatan di
Kompleks Permukaan Ag
permukaan patogen
(spesifik) (non spesifik)

Aktivasi
komplemen

Opsonisasi Rekruitmen Membunuh agen Clearance


Agen patogen Sel radang Patogen kompleks imun
(Ag) (inflamasi (sitolysis)
Aktivasi Sistem Komplemen
Aktivasi Sistem Komplemen
Jalur Klasik
Aktivasi jalur klasik dapat melalui
• Kompleks imun
• Agregat antibodi
• Lipid A dari endotoksin
• Protease
• Kristal urat
• Polinukleotida
• Membran virus tertentu
• CRP

Selama aktivasi, protein utama komplemen diaktifkan secara beruntun


(C1-C9)

Produk yang dihasilkan  katalisator reaksi selanjutnya


Jalur Klasik
Dibagi Tahap
Aktivasi C1

menjadi pengenalan dan C1q melekat pada fragmen fc antibodi

3 tahap pencetusan Merubah proenzim menjadi enzim aktif

Aktivasi C4, C2 dan C3


Tahap penguatan

pengakhiran kerja berantai dan terjadi


Tahap serangan lisis serta penghancuran membran sel
(aktivasi C5, C6, C7, C8 dan C9)
membran
Jalur Klasik
Jalur Alternatif

Aktivasi dapat melalui


• Endotoksin bakteri
• Jamur, virus, parasit
• Zimosan
• Agregat Ig A dan IgG
• Faktor nekritik
Terjadi tanpa melalui 3 reaksii pertama pada
jalur klasik (C1, C4, dan c2)
Jalur Alternatif
mulai dapat diaktifkan bila molekul C3b menempel pada sel sasaran

enzim pada permukaan C3Bb akan lebih diaktifkan

C3 dalam jumlah yang besar dan akan menghasilkan C3a dan C3b dalam
jumlah yang besar pula

Pada reaksi awal ini suatu protein lain, properdin dapat ikut beraksi
menstabilkan C3Bb  seringkali jalur ini juga disebut sebagai jalur properdin

C3b akan terlindungi dari proses penghancuran oleh faktor H dan faktor I.

Tahap akhir  aktivasi yang terjadi setelah lingkaran aktivasi C3


Jalur Alternatif
Jalur Lectin
Mannan binding protein secara struktur mirip dengan
C1Q, tetapi ikatan ni bergabung langsung dengan grup
manosa pada dinding sel bakteri TANPA ADANYA
antibodi spesifik

MASP adalah protease yang mampu bereaksi dengan


C4 & C2 menyebabkan terbentuknya C4bC2b sama
dengan konvertase C3 yang terbentuk pada Jalur Klasik
Jalur Lectin
Fungsi biologis protein-protein
komplemen
Reaksi inflamasi

Kemotaksis dan opsonisasi

Aktivitas sitolitik

Clearance kompleks imun


Reaksi Inflamasi
Reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing, invasi mikroba atau
kerusakan jaringan

Usaha pertama tubh mengerahkan elemen2 sistem imun ke tempat


masuknya benda asing

Ciri
• Kalor, rubor, tumor, dolor, functio laesa

Proses
• Peningkatan persediaan darah
• Peningkatan permeabilitas kapiler
• Leukosit (fagosit PMN dan makrofag) dikerahkan ke tempat benda asing
Reaksi Inflamasi
Mediator yang dilepas
• C1qrs  meningkatkan permeabilitas vaskuler
• C2  mengkatifkan kinin
• C3a & C5a  kemotaksis mengerahkan lekosit
sebagai anafilatoksin  mempengaruhi mastosit
• C3b  opsonin dan adherens imun
• C4b  opsonin
• C 5-6-7  kemotaksis
• C8-9  melepas sitokin  menghancurkan sel
Kemotaksis dan Opsonisasi
Kemotaksis  gerakan fagosit ke tempat
infeksi

Jaringan yg rusak atau mati dapat juga


melepas faktor kemotaksis

Mediator yang memiliki efek kemotaksis


• C3a, C5a, C5-6-7
Kemotaksis dan Opsonisasi

Opsonisasi  melapisi partikel antigen


oleh antibodi dan/atau oleh komponen
komplemen  dimakan fagosit

Karena adanya reseptor pada fagosit


untuk fraksi dari IgG, c3b dan CRP 
berfungsi sebagai opsonin
Aktifitas Sitolitik

Eosinofil dan sel PMN mempunyai reseptor utk C3b dan IgG 
C3b dpt mengaktifkan sitotoksisitas sel efektor ADCC (Antibody
Dependant Cellular Cytotoxicity)  kerjanya bergantung pd IgG

Sel darah merah yg disensitisasi C3b dpt dihancurkan oleh


makrofag tanpa fagositosis, disebut kerusakan kontak
(contactual damage).

Akhir aktivasi komplemen, C8-9 merusak membransebagai


akibat lisis osmotik
Clearance Kompleks Imun

Kompleks imun (Ag-Ab)  mengendapkan


reseptor komplemen di permukaannya

Jika tidak disingkirkkan  deposit di jaringan


yang normal  inflamasi dan autoimun

C3b dan kompleks imun  diikat CR1 di


eritrosit  hati dan limpa untuk dihancurkan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai