Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS

OBAT-OBATAN KARDIOVASKULER

KELOMPOK 2
1. DADAN BADRUDIN
2. GINA FEBRILIANA
3. MILA FITRIADEWI
4. RIZZA LUTFIYAN
KARDIOVASKULER

Obat kardiovaskuler adalah senyawa yang


digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit
kardiovaskuler (jantung).
Untuk pengobatan penyakit buluh jantung dapat
digunakan kardiotonik, obat antiaritmia, obat
anthihipertensi, obat antiangina, vasodilator dan
antilipemik
Berdasarkan efek farmakologisnya obat
kardiovaskular dibagi menjadi enam kelompok
yaitu :
1. Kardiotonik
2. obat antiaritmia
3. obat antihipertensi
4. obat antiangina
5. Vasodilator
6. antilipemik.
1. KARDIOTONIK

Kardiotonik adalah obat yang dapat meningkatan kekuatan


kontraksi jantung dan menunjukkan efek penting pada eksitabilitas,
automatisitas dan kecepatan konduksi jantung.
Kardiotonik terutama digunakan untuk pengobatan payah jantung
kongestif, fibrilasi dan denyut atrial serta pengobatan takikardia
atrial paroksismal.

Ada 3 hipotesis tentang mekanisme kerja glikosida jantung yaitu :


1. Senyawa obat mempengaruhi pergerakan ion Na dan K dalam
melewati membran miokardial sehingga sel kehilangan ion K
2. Senyawa obat bekerja secara langsung pada protein kontraktil,
yaitu pada aktin dan miosin dari miokardial
3. Senyawa obat meningkatkan kadar ion Ca dalam sel dengan
melepaskan kation tersebut dari tempat ikatannya dan
meningkatkan pemasukan ion melalui membran sel.
Struktur glikosida jantung terdiri dari komponen karbohidrat (gula) yang
mengandung tiga atau empat monosakarida dan steroid (genin atau aglikon) yang
mengandung cincin lakton dan terikat pada C-17. Gula yang terdapat pada glikosa
jantung antara lain adalah β-D-digitoksosa, β-D-glukosa, β-L-ramnosa dan β-D-
simarosa.
Sebagai aglikon antara lain adalah kardenolida, seperti digitoksigenin, digoksigenin,
gitoksigenin, ouabagenin atau strofantidin, dan bufadienolida, seperti bufalin.
Struktur molekul digitoksin, digoksigenin, gitoksigenin, oubagenin, strofantidin, dan
bufadenolida
Untuk aktivitas kardiotonik, bagian struktur glikosida jantung yang berperan adalah :
1. α,β-lakton tidak jenuh pada posisi 17β
2. gugus 14β-hidroksi
3. konfigurasi cis diantara cincin A dan B serta C dan D

Obat kardiotonik dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:


1. Turunan Kardenolida (Butenolida)
a. Digitoksin, untuk pengobatan payah jantung kongestif dan takiaritmia supraventrikuler. Absorpsi
obat dalam saluran cerna cukup baik, 90% terikat oleh protein plasma. Didalam tubuh, digitoksin
mengalami siklus enterohepatik sehingga masa kerjanya sangat panjang dengan waktu paro 4 – 6
hari.
b. digoksinuntuk pengobatan payah jantung kongestif, sering dikombinasi dengan diuretik dan
pengobatan takiaritmia supraventrikular. Absorpsi obat dalam saluran cerna cukup baik, 20 –
30% terikat oleh protein plasma, dan 50 – 75% diekskresikan dalam bentuk tak berubah melalui
urine. Mula kerja obat cepat dengan masa kerja yang relatifsingkat.

Struktur molekul Digitoksin dan Digoksin


2. Perangsang β-adrenoseptor

Contoh senyawa obat glikosida jantung yang termasuk dalam kelompok perangsang
β-adrenoseptor adalah salbutamol, dobutamin HCl, dopamin HCl, oksifedrin, dan
terbutalin sulfat.
Oksifedrin, merupakan agonis parsial β-adrenergik, dapat menimbulkan efek
vasodilatasi koroner dan inotropik positif.

Struktur molekul Oksifedrin


3. Penghambat enzim fosfodiesterase

a. Amrinon laktat, untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik berat dan payah
jantung akut yang disebabkan oleh kegagalan jantung. Pada pemberian secara oral,
amrinon mempunyai masa kerja ± 6 jam.

Struktur molekul Amrinon

b. Salmazol, untuk pengobatan payah jantung kongestif karena reaksi sampingnya lebih
ringan.

Struktur molekul Salmazol


2. OBAT ANTIARITMIA
Obat antiaritmia adalah senyawa yang digunakan untuk memperbaiki
atau
memodifikasi irama jantung sehingga menjadi normal.
Berdasarkan kegunaannya obat antiaritmia dibagi menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Senyawa yang digunakan untuk pengobatan takiaritmia, contoh : glikosida
digitalis, disopiramid, prokainamid, kuinidin, lidokain, verapamil, β-bloker,
bretilium, penghambat kolinesterase dan vasokonstriktor.
2. Senyawa yang digunakan untuk pengobatan bradiaritmia, contoh : atropin
dan isoproterenol.
Berdasarkan tipe kerjanya obat antiaritmia dibagi menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Obat yang berstruktur khas, yaitu obat yang bekerja dengan
membentuk kompleks dengan reseptor, contoh : β-bloker.
2. Obat yang berstruktur tidak khas, yaitu obat yang bekerja dengan cara
berkumpul pada daerah tertentu membran sel miokardial, menyebabkan
peningkatan tekanan permukaan dalam membran dan menghambat fungsi
biologis komponen membran normal, contoh : kuinidin dan prokainamid.
Berdasarkan pengaruh pada potensial kerja jantung, obat aritmia dibagi menjadi 4
kelompok, yaitu:
1. Obat yang menstabilkan membran
Obat yang menstabilkan membran adalah senyawa yang berstruktur tidak
khas,bekerja dengan cara berkumpul pada daerah tertentu membran sel miokardial,
menyebabkan peningkatan tekanan permukaan dalam membran dan menghambat fungsi biologis
komponen membran normal.
Contoh : glikosida digitalis, disopiramid fosfat, prokainamid HCl, kuinidin sulfat
2. Senyawa pemblok β-adrenergik
β-bloker menimbulkan efek antiaritmia dengan jalan memblok β-adrenoseptor
jantung sehingga menghambat respon katekolamin pada miokardial. Pada dosis besar β-
bloker menimbulkan efek stabilisasi membran.
Contoh : asebutolol, alprenolol, atenolol, karteolol, propanolol.

3. Obat yang memperpanjang potensial kerja


Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan cara :
a. Menekan sinus atrial dan fungsi atrioventrikular nodal dengan meningkatkan
b. waktu konduksi sinoatrial dan waktu rekoveri sinus nodal;
c. Menimbulkan periode refraktori atrial;
d. Memperlambat konduksi atrioventrikular nodal.
Contoh : amiodaron dan bretilium tosilat
4. Antagonis kalsium selektif
Golongan ini menimbulkan efek antiaritmia dengan
cara memblok pengangkutan atau aliran ion kalsium
melalui membran sel miokardial sehingga kadar kalsium
dalam sel otot polos vaskular koroner dan perifer
berkurang. Pada umumnya antagonis kalsium selektif
digunakan sebagai antiangina.
Contoh : diltiazem HCl, Felodipin, nikardipin, nifedipin,
amlodipin, verapamil.
3. OBAT ANTIHIPERTENSI

Obat antihipertensi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan


hipertensi, suatu kondisi dimana tekanan sistol lebih besar dari 160 mm Hg
atau tekanan diastol lebih besar dari 95 mm Hg.
Ada dua tipe hipertensi yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi
sekunder.
Hipertensi sekunder dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. hipertensi renal, adalah penyebab umum dari hipertensi sekunder. Renin,
suatu enzim proteolitik ginjal, sesudah dikeluarkan dari tempat
penyimpanan bekerja pada globulin darah yaitu angiotensinogen,
menghasilkan angiotensin I, suatu dekapeptida yang tidak mempunyai efek
presor, dan oleh angiotensin converting enzyme ( ACE ) diubah menjadi
angiotensin II, suatu oktapeptida dengan efek vasopresor yang kuat.
2. Hipertensi neurogenik disebabkan oleh kerusakan pusat vasomotor
sehingga terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal.
3. Hipertensi endokrin disebabkan oleh kerusakan kelenjar endokrin.
4. Hipertensi kardiovaskular disebabkan oleh penyempitan aorta dan
pengobatan biasanya dengan pembedahan.
obat antihipertensi dibagi menjadi lima kelompok sebagai berikut :
1. Senyawa penekan simpatetik
a. Senyawa dengan efek sentral, contoh : klonidin HCl, guanfasin HCl
b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer, contoh : serbuk Rauwolfia
serpentina, reserpin
c. Senyawa pemblok transmisi saraf efektor, contoh : bretilium toksilat,
guanetidin monosulfat
d. Senyawa pemblok β-adrenergik, contoh : asebutolol, atenolo, metropolol
tartrat
e. Senyawa pemblok α-adrenergik, contoh : doksazosin mesilat, prazosin HCl
f. Senyawa penghambat monoamin oksidase, contoh : pargilin HCl
2. Vasodilator dengan efek langsung
a. Vasodilator arteri, contoh : hidralazin, dihidralazin sulfat dan minoksidil
b. vasodilator vena dan aeteriola, contoh : natrium nitroprusida
3. Antagonis angiotensin (penghambat angiotensin-converting enzyme = penghambat
ACE)
Contoh : kaptopril, enalapril maleat, lisinopril dihidrat
4. Antagonis kalsium selektif
Contoh : diltiazem HCl, felodipin, nikardipin, nifedipin
5. Diuretika
Contoh : hidroklortiazid, klortalidon
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antihipertensi dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu:
1. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada saraf Dibagi menjadi 4 kelompok,
yaitu :
a. Senyawa dengan efek sentral
Bekerja sebagai antihipertensi dengan merangsang pusat adrenoreseptor
pada pusat vasomotor medula dan menyebabkan hambatan tonus simpatetik
sehingga terjadi penurunan tekanan darah
Contoh : Klonidin HCl, guanfasin HCl
b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer
Terutama bekerja dengan cara mengosongkan katekolamin, norefinefrin dan serotonin
dari tempat penyimpanan pada saraf perifer dan pusat simpatetik.
Contoh : reserpin

c. Senyawa yang memblok transmisi saraf efektor


Bekerja dengan mengosongkan norepinefrin dari tempat penyimpanan perifer, terjadi
pemblok aktivitas adrenergik pada adrenoreseptor buluh darah, yang menghasilkan
penurunan tekanan darah.
Contoh : bretilium tosilat, debrisokuin sulfat, guanetidin monosulfat
d. Senyawa penghambat monoamin oksidas
Efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik tanpa
menimbulkan efek depresi. Penghambat enzim monoamin oksidase akan
menurunkan metabolisme katekolamin dalam saraf dan hati, terjadi penimbunan
oktopamin, suatu transmiter dengan efek presor yang lebih rendah dibandingkan
norepinefrin.
Contoh : pargilin HCl

2. Antihipertensi yang mekanisme kerjanya pada vaskular, Dibagi dalam lima


kelompok, yaitu:
a. Senyawa pemblok β-adrenergik
Mekanisme kerja antihipertensinya disebabkan oleh antagonis kompetitif
dengan katekolamin pada β-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan efek
rangsangan β-reseptor sehingga mengurangi daya tahan vaskular perifer dan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
Contoh : asebutolol, atenolol, metoprolol, pindolol
b. Senyawa pemblok α-adrenergik
Mekanisme kerja antihipertensi α-bloker disebabkan oleh antagonis
kompetitif dengan katekolamin pada α-adrenoseptor khas, terjadi pemblokan
efek rangsangan α-reseptor dan penurunan daya tahan (menimbulkan
vasodilatasi) vaskular perifer, sehingga tekanan darah menurun. Struktur kimia
golongan ini sangat bervariasi, salah satu yang banyak digunakan sebagai
antihipertensi adalah turunan kuinazolin
Contoh : doksazosin mesilat, prozasin HCl, terazosin
Struktur beberapa senyawa turunan kuinazolin yakni Bunazosin, Terazosin,
Prazosin, dan Doksazosin ditampilkan pada Tabel

R Nama obat Dosis/hari

CH2CH2CH3 Bunazosin 1,5 – 5 mg

Terazosin 1 – 2 mg

Prazosin 1-3 mg

Doksazosin 1-2 mg
c.Vasodilator arteri
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi
otot polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer yang
menyebabkan penurunan tekanan darah.
Contoh : hidralazin HCl, dihidralazin sulfat
d. Vasodilator vena dan arteriola
Mekanisme kerjanya adalah secara langsung mengadakan relaksasi
otot polos vena dan arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh vena dan
arteri perifer yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
Contoh : natrium nitroprusida
e. Antagonis kalsium selektif
Bekerja secara selektif pada otot polos vaskular, yaitu menurunkan
tonus otot polos arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh arteri perifer
yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
Contoh : diltiazem, felodipin, nikardipin, nifedipin, verapamil.
3. Antihipertensi yang mekanisme Senyawa antihipertensi yang bekerja
kerjanya pada humoral pada humoral berdasarkan mekanisme kerjanya
Mekanisme antihipertensi pada dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
humoral berhubungan dengan kerja obat a. Senyawa penghambat ACE
sebagai antagonis angiotensin. Resin Senyawa penghambat ACE seperti
bekerja pada globulin darah yaitu pada kaptopril, enalapril, lisinopril merupakan
angiotensinogen, menghasilkan antihipertensi yang kuat dengan efek
angiotensin I, yang oleh angiotensin samping relatif ringan, seperti kelesuan,
converting enzyme (ACE) diubah menjadi sakit kepala, diare, batuk dan mual
angiotensin II. Peredaran angiotensin II Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat
menyebabkan secara langsung konstriksi berinteraksi membentuk kelat dengan ion
arteriola, menghasilkan secara cepat Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi
kenaikan tekanan darah. Angiotensin II hambatan secara kompetitif ACE sehingga
dapat merangsang pengeluaran peredaran angiotensin II dan kadar
aldosteron, suatu hormon yang aldosteron menurun. Akibatnya, tidak
menimbulkan retensi Na, sehingga terjadi terjadi vasokonstriksi dan retensi Na,
peningkatan volume cairan ekstra sel dan sehingga tekanan darah menurun.
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Hubungan struktur-aktivitas senyawa b. Senyawa antagonis reseptor AT1
penghambat ACE angiotensin II
Model tempat aktif pada ACE Kelompok obat ini merupakan obat
ditunjukkan oleh adanya : antihipertensi baru yang bekerja secara
1. Ion Zn++ yang dapat membentuk selektif sebagai antagonis reseptor AT1
kompleks dengan ligan dengan gugus angiotensin II, dengan memblok sumber
sulhidril (SH) dari kaptopril, gugus atau jalur sintesis angiotensin II,
menurunkan kadar rennin, angiotensin II
karboksi dari enalapril, lisinopril,
dan aldosteron dalam plasma, sehingga
perindopril, ramipril, delapril, imidapril
terjadi penurunan tekana darah. Obat
serta gugus fosforus dari fosinopril. tidak bekerja sebagai penghambat ACE,
2. Gugus yang dapat membentuk ikatan dan tidak mempengaruhi kecepatan
hidrogen dengan gugus karbonil konstraksi jantung. Contoh : losartan,
3. Gugus yang bermuatan positif yang irbestan, kandesartan, valdastran
terikat melalui ikatan ion dengan gugus
karboksilat yang bermuatan negatif

Anda mungkin juga menyukai