Anda di halaman 1dari 40

Petrografi batuan

terlapukkan
Closyanaura Intan Armaya
Dea Annisa Ayu Besari
Indranova Suhendro
Muhammad Firdaus Rafqi
Septa Fariza Mahandani
Outline
•Pendahuluan
•Pelapukan Batuan Beku basa dan Ultrabasa
•Pelapukkan Batuan Sedimen
•Pelapukan Batuan Beku Asam Granit pada
Iklim Atlantik
•Studi Kasus
1.
Pendahuluan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan
(FitzPatrick, 1980; Duchaufour, 1991)
• Iklim
• Tipe batuan induk
• Vegetasi
• Waktu
• Topografi
• Iklim
Intensitas hujan menjadi hal yang sangat penting dalam
pelapukan batuan, dan akan menentukan tipe pelapukan
dan tipe soil yang terbentuk.
Meningkatnya temperatur akan meningkatkan reaksi
kimia pada batuan yang lapuk. Semakin panas dan lembab
iklim, semakin banyak aktivitas biological & transformasi
material organik.
Banyaknya volume air yang masuk kedalam batuan
menyebabkan semakin banyak kontak air dengan batuan
sehingga banyak material yang hilang karena larut
• Komposisi Batuan Induk
Perbedaan batuan induk akan menghasilkan pelapukan yang
berbeda beda.
Mineral lempung hasil perubahan mineral primer akan berbeda
jika batuan yang terlapukkan berbeda.
• Vegetasi
Merupakan proses penambahan material organik. Komponen
organik dari tumbuhan muncul dalam 2 proses utama yaitu:
Mineralisasi : transformasi molekul organik dari mikroba ke CO2,
NH4, dan H2O.
Humifikasi : polimer organik yang lebih komples, yang prosesnya
berjalan lambat, dan melibatkan reaksi biologis dan reaksi fisika
– kimia.
• Waktu
Proses pelapukan batuan dan pembentukan soil merupakan
proses yang berjalan lambat dan membutuhkan waktu yang
sangat lama.
Proses pelapukan batuan dan pembentukan mineral lempung
dari mineral primer akan lebih intensif pada daerah tropis.
• Topografi
Kemiringan topografi akan mengubah arah aliran air secara
vertikal maupun lateral.
Pada arah lateral, perpindahan material akan melalui larutan air
atau tersuspensi dari slope tertinggi hingga terendah, sehingga
soil dibagian atas akan kurang kaya akan mineral lempung
dibanding yang dibawah.
2.
Pelapukkan batuan basa
dan ultrabasa
Pelapukan Batuan Beku Basa dan Ultrabasa

1 = altered coherent
rock
2 = Saprock
3 = Saprolite
4 = Prismatic clay-rich
horizon Level
Pelapukan Batuan Beku Basa dan Ultrabasa

• Mineral utama penyusun batuan beku basa dan


ultrabasa yaitu amfibol, Ca-plagioklas, piroksen (CPx dan
Opx), olivin dan magnetit.
• Umumnya mineral-mineral ini berubah sebagian atau
seluruhnya selama proses pelapukan, alterasi hirotermal
atau metamorfisme derajat rendah menjadi mineral
hidrous. Misal : klorit, antigorit, talc yang berasosiasi
dengan mineral hidroksida atau oksida.
Pelapukan Batuan Beku Basa Makrokristalin

• Mikrosistem kontak dominan pada zona alterasi


koheren, menghasilkan saponit (kontak hornblende-
klorit) atau Fe-beidellite (plagioklas-actinolite)
• Pada zona saprock kristalisasinya dikontrol oleh
kiomposisi kimia dari mineral induk. Lempung alumina
ditemukan pada plagioklas (vermiculite, beidellite,
halloysite); AI-Fe-Mg clays pada amphiboles (saponite);
Mg-Fe clays pada pyroxene dan olivines (talc, saponite,
Mg-rich)
Pelapukan Batuan Beku Basa Makrokristalin

• Pada zona saprolite, terbentuk mineral lempung baru :


Al dan Fe3+-rich smectites + kaolinite; Mg-trioctahedral
vermiculite atau Mg gels + nontronite in saprolites
developed on magnesian rocks (gabbro, peridotite).
• Pada rekahan (fractured), dihasilkan nontronite atau Fe-
beidellite berasosiasi denga oksida Fe dalam jumlah
besar.
Pelapukan Batuan Beku Basa Makrokristalin

• Proses pelapukan dikontrol oleh ukuran, struktur kristal dan


komposisi mineral induk.
• Tahap alterasi awal dikontrol oleh mikrosistem kimiawi yang terdiri
dari clinopyroxene, calcite, chrysotile, spinel dan beberapa relik
ortopiroksen.
• Tahap alterasi kedua dapat ditemukan pada saprock. Reaksi
pelapukannya yaitu pyroxene  talc + Fe-oxide + Si and Ca pada
fase aqueous.
• Reaksi pelapukan kedua yitu proses pembentukan saponite dari
piroksen, talk dan chrysotile. Kalsit terlarut dan spinel teroksidasi,
tetapi struktur aslinya masih terlihat.
Pelapukan Batuan Beku Basa Makrokristalin

• Pada zona upper neo-structured clay-rich, terdapat


kehadiran mineral baru yang terdiri dari aluminous
saponite dan nontronite.
• Fissure pada saprock diisi oleh Mg-Fe3+-Si dan oksida
Fe. Saponit menjadi kurang stabil, terjadi oksidasi total
dari ion Fe dan Mg loss menjadi semakin meingkat. Ke
mungkinan besar saponit terubah menjadi nontronit
akibat adanya pengaruh dari rekahan (fissure) tersebut.
Pelapukan Batuan Beku Basa Makrokristalin
Pelapukan Batuan Beku Basa Makrokristalin
XPL PPL

Colour: white, pink, yellow brown, yellow, red, green


PPL Colour: brown
Transparency: translucent, opaque
XPL Colour : Brown, Pink, yellow
Lustre: earthy, dull
Pleochroism: none
Streak: white
Relief: Moderate
Hardness: 1-2
Birefringence: 0-0.04
Density: 0
2V: 0-60
Habit: usually extremely fine-grained aggregates
Optic Type: Biaxial (-)
Cleavage: One: perfect [001]
Kehadiran Mineral Batuan Terlapukan Basa dan
Ultrabasa Makrokristalin
Kehadiran Mineral Batuan Terlapukan Basa dan
Ultrabasa Makrokristalin
3.
Pelapukkan batuan
Sedimen
Pelapukan pada batuan yang mengandung mineral
lempung
Pelapukan pada Napal
Napal merupakan batuan sedimen yang tersusun
oleh mineral lempung yang bercampur dengan material
karbonat, terkadang juga dijumpai pirit.
Perubahan mineralogi akibat pelapukan :
1. Kristal mineral pirit mengalami oksidasi
2.Pelarutan mineral Dolomit
3. Kumpulan dari mineral illite + klorit digantikan oleh
kumpulan mineral kaolinite + gabungan lapisan illite /
smectite + Fe-oksida
Pelapukan pada batuan yang mengandung mineral
lempung
Akibat oksidasi pirit, terbentuk larutan yang bersifat lebih asam
serta mampu melarutkan Mg-rich trioctahedral phyllosilicates chlorites.
Larutan tersebut mengalami pengayaan oleh unsur Ca, Mg, Si, dan Al.
Komposisi kimia baru tersebut membentuk mineral lempung dengan
struktur Si-Mg-rich dioctahedral sehingga dihasilkan mineral illite yang
kemudian digantikan perselingan illite – montmorillonite. Ion Al yang
masih tersisa membentuk Kaolinit.

Seiring dengan proses pelapukan, kumpulan dari mineral illite +


klorit berubah membentuk lapisan antara illite-smectite + kaolinite.
Pada tahap akhir pelapukan, terjadi oksidasi pada ion Fe2+ sehingga
dihasilkan mineral Fe-oksida.
Pelapukan pada batuan yang mengandung mineral
lempung
Pelapukan pada Batupasir Glaukonit

Pelapukan pada batupasir glaukonit telah diteliti oleh


Loveland (1981) dan Courbe et, al. (1981) memnggunakan
teknik petrografi dan analisis micropobe. Batupasir
glaukonit dapat dibedakan dari batugamping dan batupasir
biasa karena perbedaan mencolok pada porositas,
transformasi mineral glaukonit akibat pelapukan .
Pelapukan pada batuan yang mengandung mineral
lempung
Batuan induk merupakan batupasir berwarna hijau dan memiliki ukuran
butir yang halus. Tersusun oleh material sedimen berdiameter antara
100 – 200 µm dan glaukonit (30%) dengan bentuk butir rounded. Pada
tahap awal pelapukan , kenampakan batuan tidak banyak mengalami
perubahan. Butiran mineral glaukonit mulai tergantikan oleh plasma
berwarna hijau.

Pada lapisan nomor 2, jumlah glaukonit serta kuarsa semakin berkurang


seiring dengan meningkatnya pembentukan mineral lempung sehingga
terbentuk lapisan berwarna merah. Pada lapisan ini struktur batupasir
masih dapat diamati.
Pelapukan pada batuan yang mengandung mineral
lempung
Pada lapisan nomor 3, merupakan zona transisi. Struktur
batupasir mulai sulit untuk diamati dan terbentuk mineral
lempung (10%). Pada lapisan nomor 4, pelapukan semakin
intensif ditandai dengan terbentuknya konkresi dari oksida
besi serta mineral lempung dengan prosentase yang
semakin meningkat (25%). Pada tahap akhir dari pelapukan
terjadi reaksi pelepasan unsur K dan Fe sehingga terbentuk
mineral montmorillonite – nontronite. Batuan pada lapisan
ini dicirikan oleh struktur prismatik serta terbentuk mineral
lempung dengan prosentase sekitar 35%.
4.

•Batuan Beku Asam (Granit


pada Iklim Atlantik)
Granit Pada Kondisi Iklim Atlantik

Intensitas pelapukan pada umumnya akan meningkat dari


batuan segar yang berada di bawah dari profil menuju zona
paling teralterasi pada bagia atas dari profil. Profil secara
vertical dari sekuen horizon dari bawah ke atas adalah :
Fresh Rock, Coherent slightly altered rock, saprock, dan,
saprolith.
Coherent Slightly Altered Rock

Mineral yang pertama kali terbentuk adalah illite dimana


akan tumbuh pada (001) dari muskovit atau biotit pada
grain to grain contact dengan potassium feldspar.
Kaolinite dapat ditemukan pada microcracks pada
plagioklas. Beidellite-montmorillonite (smectite) dapat
muncul pada zona ini yang menandakan bagian yang lebih
teralterasi.
The Saprock

Batuan teralterasi menjadi rapuh pada hand specimen


tetapi struktur dari kristalin granite masih dapat terlihat.
Pada zona in, semua mineral primer kecuali kuarsa
mengalami destabilized (alteroplasma).
Mineral yang terbentuk dari alteroplasma hanya akan
mengganti mineral sebelumnya tanpa merubah bentuk
dan ukuran mineral tersebut
The Saprolite

Pada zona ini batuan yang teralterasi menjadi rapuh dan


memiliki banyak porositas. Dalam kasus ini menyebabkan
struktur pada batuan granit dapat hancur.
Pada zona ini akan terjadi pedoplasma yang akan
membentuk ikatan kimia yang akan membentuk Kristal
mineral yang baru.
Granit Pada Kondisi Iklim Atlantik

Pada intinya, mineral mineral kunci


penetu zona pelapukan adalah:
1. veins: kaolinite + iron
2. saprolite zones; illite + kaolinite
3. saprock zones: beidellite
(smectite) + kaolinite
4. altered rock grain contacts:
illite + orthoclase
PPL XPL
Hand Specimen Colour: white, pink, yellow brown, yellow,
PPL Colour: colourless
red, green
Pleochroism: none
Transparency: translucent, opaque
Relief: Moderate
Lustre: earthy, dull
Birefringence: 0-0.04
Streak: white
2V: 0-60
Hardness: 1-2
Optic Type: Biaxial (-)
Density: 0
Habit: usually extremely fine-grained aggregates
Cleavage: One: perfect [001]
Hand Specimen Colour: variable, grey white, green
grey
Transparency: translucent, opaque
Lustre: pearly
Streak: white
Hardness: 1-2
Density: 2.6-2.9
Habit: very-fine grained platy crystals
Cleavage: One:perfect [001]
PPL Colour: colourless
Pleochroism: none
Relief: Low
Birefringence: 0-0.03
2V: 0-10
Optic Type: Biaxial (-)
5.

•STUDI KASUS
HUMID TROPICAL

Iklim ini berada di daerah amerika, afrika dan Indonesia


dengan kelembapan yang tinggi. Pada daerah ini memiliki
intensirtas erosi yang sangat tinggi
5 horizon utama pada HUMID
Menghasilkan Ferasol / Laterit , pelapukan akan menghasilkan
horison tanah dengan 5 zona utama yaitu :
1. Zona Bedrock (R) : Zona batuan asli, paling kasar, dengan
sangat sedikit kaolinit, dan grup limonit. Zona ini cukup
rapuh.
2. Zona Saprolit (C) : Zona paling dicari, dimana didominasi
mineral2 berat seperti Fe, Ni, Al dll
3. Zona Limonit (B) : Zona transisi antara material kasar
dengan halus, didominasi mineral grup limonit
4. Zona A : Zona paling atas pada horison tanah, terususn
material berukuran halus dan didominasi oleh mineral
resisten seperti kuarsa
5. Zona O : Zona paling atas dari horison tanah, kaya akan
humus

SEKIAN TERIMAKASIH !

✘Perbedaan antara pelapukan dan alterasi di
lapangan? (Sistien)
✘Bagaimana hasil pelapukan hasil batuan
volkanik? (Cendi)

Anda mungkin juga menyukai