Anda di halaman 1dari 81

Materi Saraf

Definisi
• Kejang yg terjadi krn kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38oC)
yang disebabkan proses extrakranium.
• Sering terjadi pada anak usia 6 bulan – 6 tahun. Diluar usia ini
pikirkan dulu krn infeksi SSP, atau epilepsi yg kebetulan terjadi
saat demam.
• Anak yg pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam  tidak termasuk kejang demam.
• Kejang disertai demam pada bayi < 1 bulan  bukan kejang
demam.
Gambaran Klinik

 Semua KD bentuk tonik – klonik


 Tidak ada mioklonik, spasme dan
absence

7
Klasifikasi KD

 Kejang demam sederhana (96.9%)


 Kejang demam kompleks (3.1%)

8
Kejang Demam Sederhana

 Lama kejang < 15 menit


 Kejang umum/kedua belah tubuh

 Serangan kejang sekali pada satu


periode demam

9
Kejang Demam Kompleks

 Lama kejang > 15 menit


 Kejang fokal/sebelah tubuh

 Serangan kejang lebih satu kali dalam 24


jam

Biasanya ada kelainan neurologi pasca


kejang
10
Terapi Berantas Kejang
 Diberikan segera pada saat kejang
terjadi
 Diberi larutan diazepam per rectal
 Diazepam rektal sangat efektif, dan
dapat diberikan di rumah
 Dosis 0,3-0,5mg/kg

 Untuk memudahkan:

 5 mg untuk BB < 10 kg
11
 10 mg untuk BB > 10 kg
ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS EPILEPTIKUS
Diazepam
Di Rumah 5-10mg/rekt 0-10 mnt
max 2x j arak 5 menit

Monitor
Di Rumah Sakit Jalan napas, Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io 10-20 mnt Tanda vital
O2, sirkulasi (kec 2mg/mnt, max dosis 20mg)
EKG
Gula darah
BILA BELUM TERPASANG CAIRAN IV
BOLEH REkTAL 1X
Elektrolit serum
Fenitoin (Na, K, Ca, Mg, Cl)
20mg/kg/iv
KEJANG (-) 20-30 mnt Analisa Gas Darah
5 – 7 mg/kg/hari IV (10mg/1ml NS), 50mg/men
Koreksi kelainan
12 j am kemudian Max 1g
Pulse oxymetri
Tambahkan
5-10mg/kg/iv
KEJANG (-)
4 – 5 mg/kg/hari IV
12 j am kemudian Fenobarbital 30-60 mnt
20mg/kg/iv
Tambahkan (rate : 30 mg/min; max 1g)
5-10mg/kg/iv
ICU Refrakter

Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Pentotal - Tiopental Propofol 3-5mg/kg/infusion


Dilanj ut infus 0,02-0,4 mg/kg/j am 5 – 8 mg/kg/iv
Profilaksis Intermitten
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi
risiko terjadinya kejang demam,
Dosis Parasetamol yang digunakan
adalah 10 – 15 mg/kg/kali diberikan 4
kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4
kali sehari
13
Profilaksis Intermitten
Antikonvulsan
 Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-
60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5
mg/kg setiap 8 jam pada suhu >38,5oC

 Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam


tidak berguna untuk mencegah kejang demam

14
Profilaksis Kontinu

Indikasi:
 Kejang lama > 15 menit
 Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental, hidrosefalus
 Kejang fokal
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
 Kejang demam ≥ 4 kali per tahun

15
Profilaksis Kontinu
Antikonvulsan
 Pemberian obat Fenobarbital atau Asam Valproat setiap
hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang
.

Pengobatan diberikan selama 1 tahun


bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan

16
Profilaksis Kontinu
Pemakaian Fenobarbital dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat


Pada sebagian kecil kasus, terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun Asam Valproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati
Dosis Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3
dosis, dan Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam
1-2 dosis 17
Meningitis VS Encephalitis
• Meningitis
• Inflamasi lapisan meningens akibat infeksi,
• Mk: demam, sakit kepala, fotofobia.
• PF: kaku kuduk(+), Rangsang meningens(+).
• Th: antibiotik, antiviral, antiTB
• Bakteri tersering: H.Influenza, Neiseria meningitidis, Strep
Pneumonia

• Encephalitis
• MK: demam, kejang, kesadaran↓.
• PF: rangsang meningens(-)
• Px: analisa cairan cerebrospinal, PCR
• Th: asiklovir (krn insiden tertinggi herpes simplek)
Pemeriksaan LCS
ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS EPILEPTIKUS
Diazepam
Di Rumah 5-10mg/rekt 0-10 mnt
max 2x j arak 5 menit

Monitor
Di Rumah Sakit Jalan napas, Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io 10-20 mnt Tanda vital
O2, sirkulasi (kec 2mg/mnt, max dosis 20mg)
EKG
Gula darah
BILA BELUM TERPASANG CAIRAN IV
BOLEH REkTAL 1X
Elektrolit serum
Fenitoin (Na, K, Ca, Mg, Cl)
20mg/kg/iv
KEJANG (-) 20-30 mnt Analisa Gas Darah
5 – 7 mg/kg/hari IV (10mg/1ml NS), 50mg/men
Koreksi kelainan
12 j am kemudian Max 1g
Pulse oxymetri
Tambahkan
5-10mg/kg/iv
KEJANG (-)
4 – 5 mg/kg/hari IV
12 j am kemudian Fenobarbital 30-60 mnt
20mg/kg/iv
Tambahkan (rate : 30 mg/min; max 1g)
5-10mg/kg/iv
ICU Refrakter

Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Pentotal - Tiopental Propofol 3-5mg/kg/infusion


Dilanj ut infus 0,02-0,4 mg/kg/j am 5 – 8 mg/kg/iv
Epilepsi
• Gangguan pada sistem syaraf otak krn terjadinya aktivitas yg
berlbihan dari sekelompok sel neuron pd otak sehingga
menyebabkan berbagai reaksi pd tubuh manusia muai dari
bengong sesaat, kesemutan, gangguan kesadaran, kejang-
kejang dan atau kontraksi otot.
• Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2
bangkitan reflek dengan jarak antar bangkitan 24jam
• Bangkitan reflek dapat berupa stimulasi visual dan auditorik
• Etiologi: idiopatik (tdk ada lesi struktural di otak), kriptogenik
(penyebab blm diketahui), simptomatis (ada penyebab misal
kelainan SSP)
• Px: EEG (elektro-ensefalografi)
• Epilepsi Parsial
Kejang fokal, berasal dari bagian di korteks serebri.
Mengenai 1 hemisfer.
 Sederhana: sadar, dpt berupa gejala sensoris,
motoris, otonom, psikis. Diawali adversi kepala,
aura(-).
 Kompleks: kesadaran↓, automatisme,
kebingungan pasca bangkitan. (parsial sederhana +
kesadaran↓)
 Parsial generalisata sekunder: kerjang parsial yang
berlanjut menjadi kejang umum tonik-klonik.
 Px: EEG
 Th: 1.karbamazepin(sering sjs), 2. fenitoin.
• Epilepsi Umum “mengenai 2 hemisfer”
• Absens/lena/petit mal: bengong mendadak (detik),
automatisme(+/-), dpt kembali beraktivitas.
• Mioklonik: sadar, kedutan motorik aritmik, sebentar.
Ex: os tiba2 melempar benda yg dipegangnya.
• Klonik: kedutan ritmik, teratur, lebih lama.
• Tonik: kaku, rigid, dapat fleksi/ekstensi.
• Tonik-klonik/grand mal: peningkatan tonus→
kelonjotan
• Atonik: hilangnya postur tubuh tiba2.
• Th: asam valproat, (absens: etosuksimid, a.valproat)

Note
Tod’s paralysis: kelumpuhan akibat kejang terlalu lama & berulang
Tetanus
• Etio: Clostridium tetani
• Eksotoksin
• Tetanolisin: destruksi jar sekitar infeksi
• Tetanospasmin: menghambat GABA→ Spasme otot
• MK: opistotonus, trismus, disfagia, kaku leher, fleksi
lengan, ekstensi tungkai, disfungsi otonom. Spasme
dapat timbul dengan rangsang atau spontan
• PF: tes spatula(+).
• Th: Pencegahan dengan vaksin TT (menginduksi
imunitas) dan ATS/HTIG (mengikat toksin). Diazepam,
antibiotik (metronidazol, amoksisilin).
• Grade
• I. Ringan: RR normal, disfagia(-), kejang(-), trismus ringan.
• II. Sedang: RR30-40, disfagia ringan, kejang singkat, trismus
sedang, kejang rangsang
• III. Berat: RR >40, disfagia berat, kejang lama, trismus berat,
kejang spontan.
• IV. Sangat berat: gejala I-III, hipertensi-hipotensi berat.
Cephalgia
• Tension headache
• Nyeri bilateral, rasa tertekan dan diikat, lokasi frontal,
oksipital.
• Th: NSAID(ibuprofen, aspirin), pct. Preventif: antidepresan
trisiklik (amitriptilin)

• Migrain
• Nyeri unilateral, berdenyut, lokasi frontotemporal & okular.
Mual, muntah, fotofobia, fonofobia.
• Klasik/aura: melihat kilatan cahaya, mendengar suara tp tdk
ada sumbernya, nyeri ditusuk2 tdk jls sebabnya, visus↓.
• Common: aura(-).
• Th: triptan/ergot. Preventif: amitriptilin, A valproat
• Cluster headache
• Nyeri unilateral , seperti ditusuk dibelakang mata, lokasi
orbital & temporal.
• Lakrimasi, mata merah, rinorea
• Th: oksigen, triptan/ergot. Preventif: CCB

• Neuralgia trigeminal
• Nyeri seperti tersetrum di daerah persarafan trigeminal
• Th: karbamazepin, gabapentin
Vertigo
keadaan dimana seseorang merasa dirinya atau
ruangan disekitarnya seolah berputar.
• Perifer/ vestibular: BPPV, meniere disease, neuritis vestibular, motion
sicknes.
• nistagmus horizontal & rotational
• Sentral/non-vestibular: gangguan vaskular otak (stroke batang otak,
cerebellum), neoplasma.
• nistagmus vertikal.

• BPPV “Benign Paroxysmal Positional Vertigo”


• Degeneratif, idiopatik, etiologi tersering kanalolitiasis & kupulolitiasis
• MK: pusing berputar, mual, muntah. Terjadi krn perubahan posisi
kepala
• PF: dix hallpike(+), side lying, roll
• Th: manuver epley, brandt-daroff, betahistin, antihistamin,
antikolinergik.
• Meniere disease
• Hidrops endolimfe koklea & vestibulum, mendadak, hilang timbul.
• Trias: pusing berputar, tuli SN, tinitus disertai perasaan penuh di
telinga.
• PF: tes penala
• Th: diet garam↓, diuretik : HCT (profilaksis), diazepam (akut),
betahistin.

• Neuritis vestibularis
• Serangan vertigo mendadak tanpa pencetus, pendengaran normal,
nistagmus horizontal
• Th: prednison

Note
• Nistagmus rotatoris : Gangguan pada kanalis semisirkularis posterior
• Nistagmus vertical : kanalis semisirkularis superior
• Nistagmus horizontal : kanalis semisirkularis horizontal
• Nistagmus mata kanan : kerusakan labirin sinistra
• Nistagmus mata kiri : kerusakan labirin dekstra
Vertigo Perifer vs. Sentral
Vertigo Perifer (Vestibuler) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
Sifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang keseimbangan
Gangguan di Kanalis semisirkularis Batang otak atau serebelum
Serangan Episodik Kontinyu
Mual/muntah + -
Gangguan pendengaran ± -
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Situasi pencetus - Keramaian lalu lintas

Neuritis vestibuler Stroke batang otak


BPPV TIA vertebrobasiler
Meniere disease Migren basiler
Penyebab Trauma Trauma
Fisiologis (mabuk) Perdarahan serebelum
Obat-obatan Infark batang otak/serebelum
Neuroma akustik Degenerasi spinoserebral

Nistagmus Horizontal atau rotatoar Vertikal


Perbedaan Stroke
• Stroke iskemik
• Defisit neurologis akut (biasanya hemiparesis) berlangsung >72jam,
kesadaran↓.
• Etio: emboli (terdapat riw gangguan irama jantung atrial
fibrilasi, muncul mendadak, sering saat aktivitas); trombus
(berkembang tdk secepat emboli, sering saat istirahat/bangun
pagi).
• Px: CT-scan(area hipodens di cerebrum).
• Th: onset 3-4,5jam→ rt-PA. Aspirin, klopidogrel. Anti-HT jika
≥220/140.

• TIA: defisit neurologis <24jam


• RIND: defisit neurologis >24 jam tetapi <72jam
• Stroke hemoragik
• Defisit neurologis akut, kesadaran↓, nyeri kepala, mual, muntah.
• PF: lesi khas UMN, sering disertai HT
• Px: CT-scan(daerah hiperdens)
• Th: bedah(evakuasi hematom), anti-HT turunkan sampai
25%MAP, manitol (diuretik osmotik utk menurunkan TIA)
Motor Systems Disorders
Jaras Desenden
• Cedera pada medula spinalis akan menyebabkan lesi upper
motor neuron pada saraf di bawah tingkat lesi
• Upper motor neuron: spastisitas, hiperrefleks, hipertonia
• Lower motor neuron: flasiditas, hiporefleks, hipotoni, fasikulasi
Afasia “gangguan bahasa”
• Lancar/ tdk?; paham/ tdk?; bisa mengulang isi pembicaraan/ tdk?
Berbicara Pemahaman Pengulangan
Lancar/tidak Paham/ tidak percakapan
Global - - -

Mixed transcortical - - +

Broca - + -

Motor transcortical - + +

Wernick + - -

Sensory transcortical + - +

Konduksi + + -

Anomik + + +
Amnesia
• Anterograde Amnesia adalah ketidakmampuan otak dalam
mentransfer ingatan jangka pendek ke dalam ingatan jangka
panjang. Misalnya, seseorang mampu mengingat sesuatu di masa
lampau, namun ia tidak mampu mengingat kejadian yang baru
beberapa menit sebelumnya terjadi. Biasanya, pengidap penyakit
ini akan melupakan hal-hal yang dilakukannya sebelum tidur. Jadi ia
harus mengulangi kegiatannya ketika ia terbangun.
• Retrograde Amnesia adalah ketidakmampuan otak dalam
mengingat kejadian masa lalu dalam kurun waktu tertentu.
Amnesia jenis ini umumnya berhubungan dengan gegar otak atau
kondisi akut seperti stroke atau perdarahan otak, yang mana
penderitanya tidak bisa mengingat hal-hal yang terjadi sebelum
terjadinya kecelakaan.
• Berdasarkan penyebab dan beratnya cidera, amnesia retrograde
tidak mampu mengingat hal-hal yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan atau informasi lainnya jauh sebelum terjadinya
kecelakaan
Demensia
• Penurunan kemampuan kognitif di berbagai bidang secara
kronik dan progresif. Fungsi kognitif yg terganggu amnesia,
berbahasa, akalkulia, apraksia (tdk melakukan gerakan ketika
diminta)

• Demensia alzeimer
• Perjalanan perlahan, faktor resiko usia dan riw keluarga.
• Px: atrofi lobus otak, singkirkan kelainan vaskular dan
hidrocefalus. Temuan patologis: neurofibrilary tangles &
deposisi amiloid
• Th: kolinesterase inhibitor (rivastigmin, donepezil)
• Demensia vaskular
• Riw stroke & penyakit serebrovaskular. Faktor
resiko usia & hipertensi
• PF: dapat disertai defisit neurologis
• Th: atas penyakit yg mendasari (stroke, HT, DM).
Aspirin + pentoxifilin (memperbaiki aliran darah
otak)
• Demensia pick
• Ditandai dengan atrofi lobus frontal & temporal
• MK: gangguan tingkah laku, emosi, kepribadian
• Demensia Lewy Body
• Demensia dengan perubahan postur & cara
berjalan. Fluktuasi kesadaran & halusinasi visual.
Terkait penyakit parkinson

• Parkinson
• Degenerasi neuron dopaminergik di substansia
nigra/hitam & subs ganglia basalis/ bergaris.
• MK: TRAP→ Tremor, Rigiditas “cog wheel
fenomena”, Akinesia & bradikinesia, Postural
loss.
• Th: levodopa + benzaserid
Cedera Kepala
• Komosio/gegar otak: ct-scan normal
• Kontusio/memar otak:ct-scan hiperdensitas
• Perdarahan intraserebral: ct-scan
hiperdensitas mencolok
• Note: ct-scan non-kontras→hematom;
kontras→tumor, abses, infeksi.
• Th: ABCD, konsul bedah saraf.
Note
Konveks: cembung
Konkaf: cekung
Neuropathy & Kelainan
Neuromuskular
• N.radialis/ spiralis grup syndrom
• Drop hand/wrist drop, Saturday night palsy
• N.medialis
• Proximal: jari 2,3 tdk bs fleksi. “ape hand”
• Distal: 2,3 tdk bs ekstensi
• N.ulnar
• Proximal: jari 4,5 tdk bs fleksi
• Distal: jari 4,5 tdk bs ekstensi.
“popes blessing” or “hand of benediction”
• Erb’s palsy
• Kelumpuhan pd 1 ekstremitas atas yg disebabkan lesi pd pleksus
brakialis superior. “endorotasi, pronasi”
• Klumpke Palsy
• Cedera pleksus brakialis inferior
• Carpal Tunnel Syndrom
• Kompresi N.medianus di terowongan carpal
• MK: nyeri pergelangan tangan, kebas, kesemutan terutama jari I-
III
• PF: tinnel test (nyeri/kesemutan saat terowongan karpal
diketuk), phalen test (nyeri/kesemutan saat pergelangan tangan
difleksikan), flick test (nyeri berkurang jika tangan dikibaskan).
• Th: night splind (bidai malam hri), analgesik, steroid injeksi,
bedah
Cubital tunnel syndrom
-N.ulnaris. Nyeri jari IV-V.

Tarsal tunnel syndrom


-N.tibialis posterior. Tidak bisa plantar fleksi

Drop foot
-N.peroneus/fibularis. Tidak bisa dorso fleksi
Sindroma terowongan
kubital → n. ulnaris
N. ulnaris di daerah siku melalui sulkus di belakang
epikondilus medialis kmd berjalan di antara kaput
humeral & kaput ulnaris m. fleksor karpi ulnaris. Sela
diantara 2 kaput disebut terowongan kubital
Nyeri diantara jari ke-4 dan 5
Gangguan motorik : kelemahan m. fleksor karpi
ulnaris & m.fleksor digitorum profundus →
kelemahan fleksi pergelangan tangan, jari manis &
kelingking (Claw hand)
Tx : NSAID & injeksi steroid lokal
Sindroma Terowongan
Karpal → N. Medianus
• Rasa nyeri dan kesemutan pada
pergelangan tangan, telapak tangan
dan jari 1,2,3.
• Pd keadaan berat nyeri menjalar ke
lengan atas dan atrofi tenar
• Dx : tes provokasi (tes Tinel &
Phalen), ENMG
• Tx : NSAID, inj lokal, operasi
Sindroma Terowongan
Karpal → N. Medianus

• Tes Tinel : perkusi ringan pada n. medianus


di pergelangan tangan → nyeri atau
kesemutan yg menjalar ke jari 1,2,3.

• Tes Phalen : ekstensi atau fleksi maksimal


pada pergelangan tangan selama 60 detik
→ nyeri atau kesemutan pada kawasan n.
medianus
Spiralis Groove Syndrome
→ N. Radialis
N. Radialis di pertengahan lengan atas berjalan
pada sulkus spiralis humeri → rawan terjadi
kompresi; pd fraktur atau akibat berlama2
menyandarkan lengan pada kursi (Saturday
night palsy)
Drop hand : tidak mampu dorsofleksi
pergelangan tangan, ekstensi sendi
metakarpofalangeal & abduksi ibu jari ke radial
Hipestesi pada lengan bawah dan dorsum
falang I,II,III
Lesi N.Peroneus
• Mononeuropati nervus
Peroneus sering
disebabkan krn trauma
pada kaput fibula
• Gejala : drop foot,
parestesia lateral
tungkai bawah
Lesi N. Tibialis
• Tarsal Tunnel Syndrome
• Penebalan pada
retinakulum sehingga
menekan n. tibialis
posterior
• Gejala : gangguan
sensorik yang melibatkan
telapak kaki
• Bell’s palsy
• Paralisis akut N.VII perifer unilateral
• MK: dahi & pipi tdk dpt digerakkan, kelopak mata tdk bs
menutup “lagoftalmus”, bibir tertarik ke sisi yg sehat
• Th: steroid (prednison 60mg selama 6hari, artificial tear,
plester mata ketika tidur, rehabilitasi
• Guillain-Barre Syndrom
• Demielinisasi saraf perifer, akut, progresif
• Sering didahului ISPA, gastroenteritis. Kelemahan bersifat
ascending, dari distal ke proksimal. Dapat mengakibatkan
kelumpuhan otot diafragma.
• Px: elektromiografi, punksi lumbal
• Th: plasmafaresis
(plasma exchange),
IVIG (imunoglobulin
iv)
• Miastenia Gravis
• Autoantibodi thp reseptor asetilkolin di neuromuskular junction
• MK: kelemahan terutama otot kecil (levator palpebra→ ptosis di
sore hari ketika lelah).
• PF: wartenberg test (minta os melihat objek di atas
mata→ptosis), tes pita suara (menghitung 1-100),
fistostigmin test (jika gejala redah→ positif).
• Asetilkolinesterase inhibitor (piridostigmin)
• Herniasi Nukleus Pulposus
• Herniasi diskus intervertebralis dan menekan radiks saraf
perifer sehingga menimbulkan gejala neurologis.
• MK: nyeri punggung bwah yg menjalar, sering disertai
kelemahan otot dan kesemutan.
• PF: lasegue test(+).
• Px: foto polos vertebra, MRI
• Th: tirah baring, analgesik, relaksan otot, pembedahan
• Poliomielitis
• Infeksi virus polio (fekal-oral)
yang menghancurkan sel neuron
di kornu anterior medula spinalis.

• Klinis: demam yang diikuti oleh


kelemahan otot akut yang berat,
umumnya asimetris

• Tata laksana: tidak ada tata


laksana definitif. Yang penting
adalah pencegahan (vaksinasi)
Interpretasi
GCS

Ringan: 13-15
Sedang: 9-12
Berat: 3-8
Komosio serebri,
• Disebut juga gegar otak atau concussion,
• adalah bentuk trauma otak yang paling ringan
• Biasanya disebabkan oleh kegiatan olahraga
• Tidak berhubungan dengan penurunan
kesadaran berat,
• pada komosio GCS berkisar antara 13-15.
• Pasien umumnya hanya mengalami
kebingungan atau amnesia yang sembuh
sendiri dalam waktu 2-3 hari.
• Pada CT Scan tidak akan ditemukan kelainan,
karena komosio adalah sebuah kelainan
fungsional, bukan anatomis
Kontusio serebri
• Adalah keadaan dimana terdapat memar pada otak
• Terdapat batas yang agak rancu antara kontusio
dengan perdarahan intraserebral,
• namun umumnya disepakati selama volume darah
masih di bawah 2/3 dari daerah yang mengalami
jejas, maka masih digolongkan kontusio
• Biasanya disebabkan oleh trauma yang lebih berat,
misalnya KLL
• Berhubungan dengan penurunan kesadaran yang
lebih berat (pasien ini GCS-nya 8)
• Pada CT Scan akan ditemukan kelainan berupa
hiperdensitas yang tidak semencolok perdarahan
intraserebral
Epidural Hematom
• Robeknya a.meningia media (75% berhubungan
dengan trauma kranial)
• Interval lusid: tidak sadar  sadar  tidak sadar
• CT scan: hiperdens konveks
• Komplikasi: herniasi
• Tata laksana:
• intubasi,
• elevasi kepala,
• manitol (jika MAP > 90 mmHg + TIK meningkat),
• hiperventilasi (bila TIK tidak terkontrol),
• fenitoin (mencegah kejang)
• rujuk bedah
Subdural Hematom
• Robeknya vena (bridging vein) (sering pada alkoholik dan
orang tua)
• Penurunan kesadaran berjalan lambat
• CT scan: hiperdens konkaf (bulan sabit/crescent)
• Prognosis EDH lebih baik daripada SDH, karena pada EDH
jaringan otak umumnya tidak terganggu
• Tata laksana:
• Intubasi
• oksigenasi adekuat,
• sedatif (kalau TIK meningkat),
• manitol (kalau ada herniasi), hiperventilasi ringan,
• Fenitoin (mencegah kejang)
• rujuk bedah
Sub Arachnoid Hematom
• Umumnya karena ruptur aneurisma atau AVM
• Manifestasi klasik: nyeri kepala berat mendadak
(Thunder Clap) disertai tanda-tanda iritasi
meningeal (kaku kuduk/brudzinski)
• Pemeriksaan: CT  hiperdens di ruang-ruang
subarachnoid (mis. cisterna suprasellar, fissura
Sylvii)
• Tatalaksana:
• Intubasi bila GCS < 9
• Oksigen
• beta-blocker IV (jika MAP >130 mmHg), karena
tidak meningkatkan TIK
• bedah untuk mencegah perdarahan ulang
Perdarahan intraventrikular

• Gejala mirip dengan stroke pendarahan, tapi morbiditas dan


modalitas lebih tinggi
• Pemeriksaan: CT  hiperdens dalam ventrikel
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Basis Lokasi Fraktur Gejala Klinis
Cranii

Fosa Anterior os.frontal, Ekimosis periorbita/racoon eyes


os.etmoidalis, Anosmia
os.sfenoid Rhinorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
(lesser wings)

Fosa Media os.sfenoid, Battle sign


os.temporalis Otorea  LCS bocor  uji Halo Sign (+)
Hemotimpanum
Paresis N.VII dan N.VIII
Karotid-carvernous fistula

Fosa Posterior os.oksipital, Hematoma


os.parietal Battle sign
• Tatalaksana
• Oksigen
• Elevasi kepala
• Manitol
• Rujuk
• JANGAN PASANG NGT (KONTRA INDIKASI)
Hernia nukleus pulposus
• Di antara vertebra ada bantalan diskus intervertebra
yang tersusun dari
• Annulus fibrosus: membentuk cincin yang
melingkari diskus
• Nukleus pulposus: bagian dalam diskus
• Berfungsi sebagai shock absorber

• Kerusakan annulus  materi nukleus bocor  iritasi


saraf  gejala nyeri yg merambat, kelemahan, refleks
menurun
• Tanda/gejala: nyeri episodik menjalar dipicu
aktivitas, kekakuan

• Manuver Lasegue: tarikan pada nervus


sciatica/ischiadica
• (+) bila nyeri menjalar ke kaki, menandai
adanya iritasi akar nervus ischiadica di area
lumbal

• Terapi: konservatif, analgetik, operatif


Sindrom cauda equina
• kompresi ekstrim atau inflamasi berat saraf di bagian bawah spinal
canal.

• Gejala :
• Ischialgia
• Kelemahan otot
• Kelemahan kontrol BAK dan BAB (inkontinensia)

• PF :
• Laseque (+)
• Kelemahan kekuatan otot

• Kegawatdaruratan bedah  jika terlambat dapat mengakibatkan


kerusakan permanen fungsi bowel and bladder control, dan paralisis
tungkai bawah.
• Toxoplasmosis cerebral
• Infeksi toxoplasma gondii, sering pd hiv-aids
• Lesi di otak, kesadaran↓, focal weakness (ptosis, deviasi lidah,
hemiparesis, nyeri kepala, demam)
• Ct-scan: ring enhanced lession “lesi sferis”.
• Th: pirimetamin + sulfadiazin

Note: Terapi toxoplasma pada kehamilan.


• Pirimetamin + sulfadiazin: gestasi ≥18 minggu.
• Spiramisin: gestasi <18 minggu.
Lain-lain
• Cerebral palsy: kelemahan akibat kerusakan neuron
sebelum perkembangan sempurna otak (2thun)

• Multiple sklerosis: autoimun. Demielinisasi SSP.


Pusing berputar, pendengaran↓, diplopia, nyeri
ekstremitas bwah, neuritis bulbar, reflek fisiologis↑,
reflek patologis(+). Th: steroid iv (ser akut);
imunomodulator (controler).

• Spina bifida occulta: “neural tube defect”. Hairy


patchy, defek tulang belakang tanpa massa,
hemangioma, fatty lump, dimple, small tail.
• Von recklinghausen: “neurofibromatosis I”. Fibroma universal,
tumor saraf, RM, cafe au lait pas (hiperpigmentasi).
• Neuroma akustik: “neurofibromatosis II”.
• MBO: gerakan otot spontan (-), respon saraf kranial (-), EKG
isoelektrik, kesadaran(-).
• Mati serebral: nafas spontan, aktivitas saraf kranial(+),
kesadaran(-).
• BMD: becker muscular distrophy
• DMD: duchene muscular distrophy

Anda mungkin juga menyukai