kali pada pasien yang mempunyai test sifilis positif tanpa tanda-tanda infeksi. Kemudian pada tahun 1952 gangguan pembekuan ditemukan pada dua pasien dengan SLE. Pada tahun 1957, ditemukan hubungan antara abortus berulang dan APS yang dikenal sekarang dengan Lupus Antikoagulan. Tahun 1983, Dr. Graham Hughes membuktikan adanya hubungan antara antibodi antifosfolipid dengan trombosis arteri dan vena2 . DEFINISI Antiphospholipid syndrome (aPL) merupakan suatu kelainan autoimun didapat yang bermanifestasi sebagai thrombosis dan ditemukannya autoantibodi terhadap fosfolipid dan atau phospholipid-binding protein pada pemeriksaan laboratorium. ETIOLOGI 1. Predisposisi Genetik g. Sindroma Behcet (7- HLA 20%) 2. Infeksi h. Sindroma Sjogren (25- 3. Penyakit-penyakit 42%) autoimun dan rematik i. Mixed connective lainnya, yaitu : tissue disease (22%) a. Anemia hemolitik ii. j. Poliomiositis dan autoimun dermatomiositis b. ITP (30%) k. Polimialgia rematika c. Juvenile arthritis (20%) d. Arthritis rematoid (7-50%) l. Osteoatritis (<14%) e. Arthritis psoriatic (28%) f. Skleroderma (25%) MANIFESTASI KLINIS
1. Thrombosis pada pembuluh darah besar
2. Thrombosis mikrovaskuler PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. IgG dan IgM antikardiolipin antibody
2. IgG dan IgM anti β2-Glikoprotein 3. Tes lupus antikoagulan KRITERIA DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis
sindrom antifosfolipid, minimal harus ada 1 kriteria klinis dan 1 kriteria laboratorium yang ditemukan pada pasien.
Kriteria klinis: Thrombosis vaskular
1. Satu atau lebih episode thrombosis vena, arteri, atau pembuluh darah kecil (selain thrombosis vena superfisial) di jaringan maupun organ. 2. Morbiditas kehamilan Kriteria Laboratorium: 1. Adanya lupus antikoagulan (LA) di dalam plasma, pada dua kali pemeriksaan yang berjarak minimal 12 minggu yang dideteksi menurut panduan The International Society of Thrombosis and Hemostasis (Scientific Subcommittee on LACs/Phospholipid-Dependent Antibodies). 2. Adanya IgG Antibodi dan/atau isotope IgM antikardiolipin dalam serum atau plasma dengan titer sedang atau tinggi (>40 unit GPL atau MPL atau > persentil 99) pada dua kali pemeriksaan yang berjarak minimal 12 minggu, yang diukur dengan metode ELISA terstandar. 3. Adanya IgG antibodianti-β2 glikoprotein-I dan/atau IgM isotipe dalam serum atau plasma( titer > persentil 99), pada dua kali pemeriksaan yang berjarak minimal 12 minggu, diukur dengan metode ELISA terstandar dengan prosedur yang direkomendasikan. Penatalaksanaan Terapi untuk thrombosis pada sindroma antifosfolipid adalah: 1. Heparin 2. Warfarin Pada umumnya, warfarin saja cukup untuk terapi thrombosis vena.Meskipun demikian, penambahan aspirin atau dipiridamol pada terapi warfarin dapat mencegah rekurensi thrombosis arteri. 3. Antiplatelet: aspirin, dipiridamol, klopidrogel Klopidrogel diduga mempunyai peranan dalam terapi profilaksis primer dan sekunder APS pada penderita alergi aspirin. 4. Hidroksiklorokuin Data penelitian pemberian hidroksiklorokuin dalam pencegahan tromboemboli pada APS masih terbatas.Hidroksiklorokuin lebih sering digunakan pada penderita tanpa tromboemboli arterial. DANKE