Anda di halaman 1dari 22

DPD PORMIKI

Daerah Istimewa Yogyakarta

Agung Dwi Saputro, AMd.,SKM.


C V : Agung Dwi Saputro, AMd.,SKM.
Tempat/Tgl lahir : Yogyakarta, 16 November 1973
PEKERJAAN SEKARANG:
1. Kepala Bidang RMIK RS Bethesda
2. Staf Pengajar di Lembaga Pendidikan RMIK
3. Wakil Ketua Team Casemix RS Bethesda 2014 -
Sekarang
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua II DPD PORMIKI DIY (Perhimpunan Profesional
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia)
Th 2013 - Sekarang
2. Sekretaris SP BMKK RS Bethesda Tahun 2011-2016
PENDIDIKAN:
1. D3 Rekam Medis dan Infokes F-MIPA UGM
2. SI Kesehatan Masyarakat Minat Informasi Kesehatan UMS Surakarta

PENGALAMAN KERJA
1.Kasi Statistik Bidang Rekam Medis dan Infokes RS Bethesda
2. Staf Pengajar Koding Sekolah Vokasi UGM, Poltekkes BSI, Poltekkes PI
3. Fasilitator Pelatihan/In House Training Manajemen Rekam Medis : DPD PORMIKI
DIY, RS Balimed Denpasar, SPAU Hardjolukito Yogyakarta, RSUD Abdul Rivai Berau,
Kaltim, RSUD Buleleng, Persi Lampung, RSD Kalisat Jember
CP :
Email : s.agungdwi@yahoo.com 2
HP : 081-227-47-226
DASAR HUKUM
• Permenkes 377 tahun 2007 tentang
Kompetensi Perekam Medis & Informasi
Kesehatan
• Permenkes 55 tahun 2013 tentang
penyelanggaraan pekerjaan rekam medis
• UU No.29 Th. 2004 tentang Praktek
Kedokteran
DEFINISI CODER ?
• Orang yang melakukan kodefikasi dari
diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi
oleh dokter yang merawat pasien sesuai
dengan ICD 10 untuk diagnosis dan ICD9 CM
untuk prosedur/tindakan (Sumber : Modul sosialisasi Koding INA CBGs)
DEFINISI DIAGNOSIS

• Diagnose pasien adalah produk tenaga dokter,


dan hanya dokter yang diperbolehkan,
dipercaya, dan diakui hukum, berhak
menentukan diagnosis kondisi kesehatan atau
penyakit pasien.

5
Kedudukan diagnosis dalam pelayanan
kesehatan:
Pada unit pelayanan kesehatan diagnosis pasien
adalah:
(1) Titik mula serangkaian kegiatan pelayanan/asuhan;
(2) Kondisi pasien saat admisi dan pulang dari institusi
pelayanan;
(3) Bukti kualitas produk asuhan medis dan pelayanan
perawatan institusi
(4) Penyerap sumber daya pelayanan yang tersedia atau
harus disediakan;
(5) Paparan bukti jumlah biaya pelayanan yang telah
dikomsumsi pasien.

6
KEDUDUKAN DIAGNOSIS DALAM MANAJEMEN
PASIEN :
(1) Masalah penyebab pasien mencari/
mendatangi/memperoleh asuhan medis dan
pelayanan kesehatan lain.
(2) Inti penggerak segenap pelayanan institusi dan
asuhan medis yang tersedia.
(3) Paparan produktivitas/produk asuhan TENAGA
MEDIS DOKTER dan keperawatan yang
direncanakan, berjalan dan terjadi;
(4) Paparan efektifitas dan efisiensi utilisasi fasilitas
standard diagnostik, terapi berserta fasilitas medis/
pelayanan perawatan yang tersedia,

7
Diagnosis dalam manajemen pasien (Lanjutan-1):

(5) Status kesehatan pasien waktu pulang/bukti


kualitas hasil asuhan medis/pelayanan perawatan
dan fasilitas penunjang;
(6) Bahan bukti jumlah akumulasi biaya pelayanan
yang telah dikonsumsi dan harus dibayar kembali
pasien/pelanggan/pembiaya pelayanan;
(7) Informasi otentik paparan justifikasi runtunan
seluruh tindakan serta keluaran yang telah terjadi
pada pasien dan
(8) Indikator status kesehatan, mutu dan cakupan
pelayanan sistem kesehatan masyarakat yang
berjalan dan sedang dikembangkan.

8
SIAPA ITU CODER?
• Permenkes 55 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Rekam Medis.
BAB III Pasal 13 butir 3 Tentang Kewenangan Ahli
Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
(Memiliki STR & SIK) dalam menjalankan
pekerjaan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
“Melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan
kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan
kesehatan dan tindakan medis sesuai
terminologi medis yang benar”
VEDIKA
(Verifikasi di Kantor)

• Pemindahan fungsi verifikasi ke Kantor


Cabang/KLOK BPJS Kesehatan
• Verifikasi dilakukan oleh Verifikator BPJS
Kesehatan
• Pilot Project Vedika dilaksanakan mulai 1 April
2016 di 12 RS seluruh Indonesia.
PERAN FASILITAS KESEHATAN
Dalam Pelaksanaan Vedika
• Memenuhi kelengkapan berkas pengajuan klaim agar
tercapainya kelancaran verifikasi administrasi
• Keteraturan waktu pengajuan klaim
• Melakukan self audit dalam rangka kendali mutu
pelayanan Fasilitas Kesehatan
• Fasilitas Kesehatan mengajukan klaim secara penuh.
• Fasilitas Kesehatan mengajukan klaim setiap bulan
secara reguler paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya ke Kantor Cabang/KLOK BPJS Kesehatan
PERSIAPAN FASKES
Dalam pelaksanaan Vedika
• Kesiapan SDM :
- Petugas entri SEP
- Petugas entri Klaim
- Petugas Koding
- Petugas Verifikasi internal,
- Petugas penanganan keluhan dan pemberian informasi
- Petugas pengiriman berkas klaim ke kantor cabang
• Kesiapan Sarpras :
- Komputer
- Jaringan VPN atau internet
PERSIAPAN FASKES
Dalam pelaksanaan Vedika
• Kelengkapan berkas ajuan klaim
• Pemberkasan klaim dibuat per bendel, dalam kurun
beberapa tanggal, dimasukkan dalam kardus dengan
dimensi yang sama.
• Pengajuan klaim paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya, dengan memastikan tidak terdapat klaim
susulan (kecuali klaim pending)
• Berita acara rekon serah terima berkas ajuan klaim
• Kendali mutu dan biaya
- dukungan komite medik dan tim audit medik internal RS
PELAKSANAAN VEDIKA

Verifikasi
RUMAH SAKIT administrasi KC/KLOK BPJSK

 Perhitungan berkas
sesuai TXT
 BA serah terima dan Pra dan verifikasi
pencatatan di buku
registrasi klaim
purifikasi pelayanan
CETAK SEP Kasus klaim lanjutan
“warning”
Pemisahan
berkas
CHECKER
Layak,
tidak
layak,
10 hari pending
PROSES KIRIM
RJTL/R ±100 % KLAIM
Data tidak
ITL sesuai/layak
kembali ke PIC
PELAYANAN PROSES RS untuk
KESEHATAN dilengkapi LAYAK
PENYUSUNAN
CASE (lembar
RS SETUJU BERKAS
BERKAS PER konfirmasi)
MANAGER UMBAL DAN FPK
TANGGAL
BERKAS LENGKAP DARI
POLI/PERAWATAN
Koding/Grouper
audit
Dikembalikan
ke rs untuk

TIM VERIFIKATOR
diperbaiki utk SELESAI
LAYAK ditagihkan
INTERNAL RS bulan BAYAR
ENTRI selanjutnya

5hari
PERAN CODER DALAM VEDIKA
PMK 64 Th 2016
Aplikasi vedika
?
?
ICD 9-CM
ICD 10

- KODING
INA CBGs
-VERIFIKATOR
INTERNAL
SE No.
PMK 27 th 2014 HK.03.03/MENKES
/518/2016

Aplikasi audit
SPI BPJS ?
Peran Coder (lanjutan)

Hasil kerja coder (pengkode) penyakit dapat


sangat menentukan status:
- kualitas asuhan medis,
- risiko manajemen,
- finansial, dan
- hidup-matinya suatu unit pelayanan.

(Di US dan lain-lain: petugas coder adalah tenaga RM yang


tersertifikasi khusus) Indonesia segera menyusul ?, Kapan??)

16
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan :
• Dokumen rekam medis yang tidak lengkap
• Tulisan diagnosis dokter yang belum sesuai dengan ICD
10, dan tulisan tindakan medis yang belum sesuai
dengan ICD 9-CM (menimbulkan perbedaan persepsi)
• Keterbatasan tenaga koding dalam kualitas maupun
kuantitas (Latar belakang pendidikan yang beragam)
• Pola verifikasi yang belum standar (Koder perlu tahu
standar yang digunakan)
• Audit SPI BPJS (Temuan salah koding ? --> mengembalikan uang)
PENUTUP
• Dokter menjadi Nara Sumber Utama Data Diagnosis
Pasien. dan:
Pengkode bertugas sebagai penentu nomor kode
diagnoses penyakit, harus bekerja dengan cara:
- presisi sesuai pedoman yang berlaku,
- akurat sesuai kenyataan yang ada dan
- tepat waktu sesuai periode kejadian ditemukannya.
• Proses pengkodean Diagnosis bukan proses yang
sederhana
Penutup (Lanjutan-1)

• Dokter maupun pengkode harus tidak membuat


kesalahan, mengingat pemanfaatan kode diagnoses
sebagai alat komunikasi, analisis, dan bahan masukan
penunjang fungsi perencanaan manajemen pasien
maupun institusi  menjadikan diagnoses
mempunyai kedudukan penting dalam sistem
informasi kesehatan yang dikembangkan.
• Kode diagnoses mewakili pernyataan dokter tentang
keadaan dan masalah pasiennya. Penulisan diagnosis
yang salah akan menghasilkan kode yang salah dan
informasi yang salah.

19
Penutup (Lanjutan-2)
• Penulisan diagnosis benar bila pemilihan kodenya
salah, juga akan menghasilkan informasi yang salah.
• Di dalam layanan medis hanya dokter yang diberi
wewenang untuk menentukan diagnosis pasien.
• Pengkode harus menghubungi dokter terkait
apabila ada keraguan tentang penulisan diagnosis
pasiennya, pengkode tidak berhak mengganti
tulisan asli dokter.
• Penulisan dan pengkodean diagnoses tidak boleh
salah.
Masalah yang harus diingat adalah:
dokter bukan coder
dan
coder bukan dokter.
20
HARAPAN
• Petugas koding mengacu pada Permenkes 55 Tahun
2013 (memiliki STR & SIK)
• Peningkatan kualitas koder dengan pelatihan yang
tersertifikasi (PORMIKI)
• Penyegaran bagi tenaga medis dalam penulisan
diagnosis penyakit dan tindakan agar sesuai dengan
ICD 10 dan ICD 9-CM (IDI-PORMIKI)
• Standar/pedoman dalam verifikasi dan Audit BPJS
perlu di sosialisasikan.
• Pelibatan organisasi Profesi oleh Kemenkes
dan BPJS, dalam hal ini termasuk PORMIKI
TERIMA KASIH

DPD PORMIKI
Daerah Istimewa Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai