Anda di halaman 1dari 64

KAPASITAS KERJA, BEBAN KERJA,

DAN LINGKUNGAN KERJA


Oleh: Puspito Raharjo, SKM, M.Kes
Faktor-faktor yg mempengaruhi
KESEHATAN KERJA /PAK
Beban Lingkungan
kerja kerja
-Fisik
-Fisik
-Mental
-Kimia
-Biologi
-Ergonomi
Kapasitas kerja -Psikologi
- Ketrampilan
- Kesegaran jasmani
& rohani
- Status
kesehatan/gizi
- usia
- Jenis kelamin
- Ukuran tubuh
BEBAN KERJA

 BEBAN FISIK -KEMAMPUAN


 BEBAN MENTAL (FISIK, KOGNITIF)
-KETERBATASAN
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BEBAN
KERJA
1. FAKTOR EKSTERNAL BERASAL DARI LUAR
PEKERJA :
 TUGAS (TASK)
 ORGANISASI STRESSOR
 LINGKUNGAN KERJA

2. FAKTOR INTERNAL (STRAIN)


-AKIBAT STRESSORSTRAIN
FAKTOR EKSTERNAL

1.TASK
FISIK : - STASIUN KERJA
- KONDISI/MEDAN KERJA
- SIKAP KERJA
- CARA ANGKAT-ANGKUT
- BBN. YG DIANGKUT/ANGKUT
- ALAT BANTU KERJA
- SARANA INFORMASI
(DISPLAY,
CONTROL,ALUR KERJA
FAKTOR EKSTERNAL

2. ORGANISASI KERJA
- LAMA WAKTU KERJA-SITIRAHAT
- SHIFT
- KERJA MALAM
- SISTEM PENGUPAHAN
- SISTEM KERJA
- MUSIK KERJA
- MODEL STRUKTUR ORGANISASI
- PELIMPAHAN TUGAS DAN WEWENANG
FAKTOR EKSTERNAL

3. LINGKUNGAN KERJA
- FISIK
- KIMIA
- BIOLOGIS
- PSIKOLOGIS : SELEKSI-PENEMPATAN, HUBUNGAN
ANTAR PEKERJA-PEKERJA, PEKERJA-ATASAN,
PEKERJA-KELUARGA, PEKERJA DG LINGKUNGAN
SOSIAL
FAKTOR INTERNAL

 STRESSOR STRAIN

DAPAT DIUKUR

SECARA OBYEKTIF SUBYEKTIF


-PERUB. FISIOLOGIS -PERUB.PSIKOLOGIS &
PERILAKU (HARAPAN, KEINGINAN
KEPUASAN,DLL)
FAKTOR INTERNAL

1. FAKTOR SOMATIS
- SEX, UMUR, UKURAN TUBUH, KONDISI
KESEHATAN, STATUS GIZI)
2. FAKTOR PSIKIS
- MOTIVASI - KEINGINAN
- PERSEPSI - KEPUASAN
- KEPERCAYAAN
PENILAIAN BEBAN KERJA FISIK
(ASTRAND & RODAHL,1977;
RODAHL,1989)
 SECARA OBYEKTIF  LANGSUNG
TDK LANGSUNG
SECARA LANGSUNG :
MENGUKUR ENERGI YG DILELUARKAN (ENERGY
EXPENDITURE) MELALUI ASUPAN OKSIGEN SELAMA
BEKERJA
SEMAKIN BERAT BEBAN KERJA SEMAKIN BANYAK
ENERGI YG DIKELUARKAN ATAU DIKONSUMSI
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
PENGUKURAN SECARA LANGSUNG

 KEKURANGAN:
- HANYA DPT MENGUKUR UNTUK WAKTU KERJA YG
SINGKAT
- PERLU PERALATAN YG CUKUP MAHAL
 KELEBIHAN :
- LEBIH AKURAT
PENGUKURAN BEBAN KERJA
SECARA TIDAK LANGSUNG
 CHRISTENSEN (1991) & GRANJEAN
(1993) MENGUKUR:
- DENYUT NADI KERJA*
- KONSUMSI OKSIGEN**
- KAPASITAS VENTILASI PARU*
- SUHU INTI TUBUH*
PADA BATAS TERTENTU :
* BERHUBUNGAN LINIER DG
**/PEKERJAAN YG DILAKUKAN
PENGUKURAN BEBAN KERJA
SECARA TIDAK LANGSUNG
 KONZ (1996):
DENYUT JANTUNG MERUPAKAN ESTIMATOR LAJU
METABOLISME YG BAIK KECUALI DALAM KEADAAN
EMOSI DAN VASODILATASI
KATEGORI BEBAN KERJA MENURUT METABOLISME,
RESPIRASI, SUHU TUBUH DAN DENYUT JANTUNG
(CHRISTENSEN,1996)
KATEGORI KONSUMSI O2 VENTILASI SUHU RECTAL DENYUT
BEBAN KERJA (L/MIN) PARU (L/MIN) (C) JANTUNG
(DENYUT/MIN)

RINGAN 0,5-1,0 11-20 37,5 75-100

SEDANG 1,0-1,5 20-31 37,5-38,0 100-125

BERAT 1,5-2,0 31-43 38,0-38,5 125-150

SANGAT 2,0-2,5 43-56 38,5-39,0 150-175


BERAT

SANGAT 2,5-4,0 60-100 >39 >175


BERAT SEKALI
REKOMENDASI UNTUK
MENCEGAH KELELAHAN

% PENGGUNAAN ENERGI LAMA KERJA


(DARI TENAGA AEROBIK MAKS) (JAM)

50% 1 JAM
40% 2 JAM
33% 8 JAM
(TERUS MENERUS)
(Annis & Mc.Conville,1996)
PENILAIAN BEBAN KERJA BERDASAR
JUMLAH KEBUTUHAN KALORI
(KEPMENAKER NO.: 51/MEN/1999)

BEBAN KERJA KEBUTUHAN


KALORI (KAL/JAM)

RINGAN 100-200

SEDANG >200-350

BERAT >350-500
PENENTUAN KEBUTUHAN
KALORI
 SECARA TIDAK LANGSUNG : MENGUKUR
KEBUTUHAN O2
 1 LITER O2 = 4,8 KAL (SUMA’MUR,1982)
KEBUTUHAN KALORI PER JAM MENURUT JENIS
AKTIFITAS

NO JENIS AKTIFITAS KKAL/JAM/KGBB

1 TIDUR 0,98
2 DUDUK (ISTIRAHAT) 1,43
3. MEMBACA (INTONASI KERAS) 1,50
4. BERDIRI (TENANG) 1,50
5. MENJAHIT (TANGAN) 1,59
6. BERDIRI (KONSENTRSI THD SUATU 1,63
OBYEK)

7. BERPAKAIAN 1,69
8. MENYANYI 1,74
KEBUTUHAN KALORI PER JAM MENURUT JENIS
AKTIFITAS

NO JENIS AKTIFITAS KKAL/JAM/KGBB

9 MENJAHIT DG MESIN 1,93

10 MENGETIK 2,00

11 MENYETRIKA(BERAT SETRIKA 2,5 KG) 2,06

12 MENCUCI PERALATAN DAPUR 2,06

13 MENYAPU LANTAI (KECEPATAN 38 2,41


KAL/MENIT)

14 MENJILID BUKU 2,43


KEBUTUHAN KALORI PER JAM MENURUT JENIS
AKTIFITAS

NO JENIS AKTIFITAS KKAL/JAM/KG BB


15 LATIHAN RINGAN 2,43
16 JALAN RINGAN KECEPATAN 3,9 KM/JAM 2,86

17 PEKERJAAN KAYU, LOGAM, 3,43


PENGECATAN DI INDUSTRI

18 LATIHAN SEDANG 4,14


19 JALAN AGAK CEPAT (5,6 KM/JAM) 4,28

20 JALAN TURUN TANGGA 5,20


KEBUTUHAN KALORI PER JAM MENURUT JENIS
AKTIFITAS

NO JENIS AKTIFITAS KKAL/JAM/KGBB

20 Jalan turun tangga 5,20

21 pekerjaan tukang batu 5,71


22 Latihan berat 6,43
23 Menggergaji kayu (manual) 6,86
24 Berenang 7,14

25 Lari (8 km/jam) 8,14


26 Latihan sangat berat 8,57
27 Berjalan sangat cepat (8 km/jam) 9,28

28 Jalan naik tangga 15,80


Beban yang dialami seorang pekerja dapat
berupa:
 Beban fisik
 Beban mental/psikologis
 Beban sosial/moral yang timbul dari lingkungan kerja.
 Beban kerja sebaiknya dirancang sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan baik fisik
maupun mental pekerja.
 Definisi beban kerja mental menurut Henry
R.Jex (1988):
Beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan
beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas
maksimum beban mental seseorang dalam kondisi
termotivasi.
 Bebankerja mental seseorang dalam
menangani suatu pekerjaan
dipengaruhi oleh:
 Jenis aktivitas dan situasi kerjanya
 Waktu respon dan waktu penyelesaian
yang tersedia
 Faktor individu seperti tingkat motivasi,
keahlian, kelelahan/kejenuhan
 Toleransi performansi yang diizinkan.
PENGUKURAN BEBAN MENTAL

1. Secara Teoritis:
 Pendekatan ergonomi-biomekanik
Pendekatan ini mencakup pengukuran proses persepsi,
neuromotorik, dan biomekanik serta level
kelelahan/kejenuhan pekerja.
 Pendekatan psikologis
Pengukuran pendekatan psikologis menggunakan atribut-
atribut seperti motivasi, antisipasi, keterampilan, dan batas
marginal kelelahan.
2. Secara Teknis
 Pengukuran beban kerja mental secara objektif
(Objective Workload Measurement).
 Pengukuran beban kerja mental secara subjektif
(Subjective Workload Measurement).
PENGUKURAN BEBAN KERJA
MENTAL SECARA OBJEKTIF
 Yaitu suatu pengukuran beban kerja di mana
sumber data yang diolah adalah data-data
kuantitatif.
 Yang termasuk ke dalam pengukuran beban
kerja mental ini diantaranya:
1. Pengukuran denyut jantung
 Pengukuran ini digunakan untuk mengukur beban kerja
dinamis seseorang sebagai manifestasi gerakan otot.
 Metode ini biasanya dikombinasikan dengan perekaman
gambar video, untuk kegiatan motion study.
PENGUKURAN BEBAN KERJA
MENTAL SECARA OBJEKTIF
(2)
2. Pengukuran cairan dalam tubuh
Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui kadar asam
laktat dan beberapa indikasi lainnya yang bisa menunjukkan
kondisi dari beban kerja seseorang yang melakukan suatu
aktivitas.
3. Pengukuran waktu kedipan mata
 Durasi kedipan mata dapat menunjukkan tingkat beban kerja
yang dialami oleh seseorang
 Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi
kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang
bekerja ringan (tidak terbebani mental maupun psikisnya),
durasi kedipan matanya relatif cepat.
4. Pola gerakan bola mata
Umumnya gerakan bola mata yang berirama akan
menimbulkan beban kerja yang optimal dibandingkan dengan
gerakan bola mata yang tidak beraturan.
PENGUKURAN BEBAN KERJA
MENTAL SECARA OBJEKTIF
(3)
5. Pengukuran dengan metode lainnya
 Alat ukur Flicker
Alat ini dapat menunjukkan perbedaan performansi mata manusia,
melalui perbedaan nilai flicker dari tiap individu. Perbedaan nilai
flicker ini umumnya sangat dipengaruhi oleh berat/ringannya
pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan kerja mata.
 Ukuran performansi kerja operator
Ukuran-ukuran ini antara lain adalah:
- Jumlah kesalahan (error)
- Perubahan laju hasil kerja (work rate).
PENGUKURAN BEBAN KERJA
MENTAL SECARA SUBJEKTIF
 Yaitu pengukuran beban kerja di mana sumber data
yang diolah adalah data yang bersifat kualitatif.
 Pengukuran ini merupakan salah satu pendekatan
psikologi dengan cara membuat skala psikometri
untuk mengukur beban kerja mental.
 Cara membuat skala tersebut dapat dilakukan baik
secara langsung (terjadi secara spontan) maupun
tidak langsung (berasal dari respon eksperimen).
 Metode pengukuran yang digunakan adalah dengan
memilih faktor-faktor beban kerja mental yang
berpengaruh dan memberikan rating subjektif.
TAHAPAN PENGUKURAN BEBAN
KERJA MENTAL SECARA
SUBJEKTIF
 Menentukan faktor-faktor beban kerja mental
pekerjaan yang diamati.
 Menentukan range dan nilai interval.
 Memilih bagian faktor beban kerja yang
signifikan untuk tugas-tugas-tugas yang
spesifik.
 Menentukan kesalahan subjektif yang
diperhitungkan berpengaruh dalam
memperkirakan dan mempelajari beban kerja.
TUJUAN PENGUKURAN BEBAN
KERJA MENTAL SECARA
SUBJEKTIF
 Menentukan skala terbaik berdasarkan
perhitungan eksperimental dalam percobaan.
 Menentukan perbedaan skala untuk jenis
pekerjaan yang berbeda.
 Mengidentifikasi faktor beban kerja mental yang
secara signifikan berhubungan berdasarkan
penelitian empiris dan subjektif dengan
menggunakan rating beban kerja sampel
populasi tertentu.
METODE PENGUKURAN BEBAN
KERJA MENTAL SECARA
SUBJEKTIF
1. NASA-TLX
Dikembangkan oleh NASA Ames Research Center. NASA-Task
Load Index adalah prosedur rating mutidimensional, yang membagi
beban kerja (workload) atas dasar rata-rata pembebanan 6
subskala yaitu:
a) Mental demands
b) Physical demands
c) Temporal demands
3 subskala di atas berhubungan dengan orang yang dinilai/diukur
(object assessment).
d) Own performance
e) Effort
f) Frustation
3 subskala ini berhubungan dengan interaksi antara subjek dengan
pekerjaannya (task).
Tahapan NASA TLX

 Dalam pengukuran beban kerja mental dengan


menggunakan metode NASA TLX, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah :
1. Pemberian rating
 Pada bagian pertama responden diminta
memberi rating terhadap keenam indikator
beban mental. Indikator tersebut adalah :
Tabel SKALA RATING KETERANGAN

Indikator MENTAL DEMAND Rendah,Tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan


(MD) perceptual yang dibutuhkan untuk
melihat, mengingat dan mencari.
Apakah pekerjaan tsb mudah atau sulit,
sederhana atau kompleks, longgar atau
ketat .
PHYSICAL Rendah, Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan
DEMAND (PD) (mis.mendorong, menarik, mengontrol
putaran, dll)
TEMPORAL Rendah, tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan
DEMAND (TD) waktu yang dirasakan selama elemen
pekerjaan berlangsung. Apakah
pekerjaan perlahan atau santai atau
cepat dan melelahkan
PERFORMANCE Tidak tepat, Seberapa besar keberhasilan
(OP) Sempurna seseorang di dalam pekerjaannya dan
seberapa puas dengan hasil kerjanya
FRUSTATION Rendah,tinggi Seberapa tidak aman, putus asa,
LEVEL (FR) tersinggung, terganggu, dibandingkan
dengan perasaan aman, puas,
nyaman, dan kepuasan diri yang
dirasakan.
EFFORT (EF) Rendah, tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan
 Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada
beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut.
2. Pembobotan
 Pada bagian kedua responden diminta untuk melingkari salah
satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan
menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan
tersebut. Kuesioner yang diberikan berbentuk perbandingan
berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan
berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari
setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh . Jumlah
tally ini kemudian akan menjadi bobot untuk tiap indikator
beban mental.

 Untuk mendapatkan skor beban mental NASA TLX, bobot dan


rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan
dan dibagi 15 ( jumlah perbandingan berpasangan ).
Implementasi NASA TLX
1. Pembobotan
Pilihlah satu dari pasangan kategori ini yang menurut anda lebih signifikan atau dominan
menjadi sumber dari beban kerja mental
Kategori tally jumlah
PD / MD TD / PD TD / FR MD
TD / MD OP / PD TD / EF PD
OP / MD FR / PD OP / FR TD
FR / MD EF / PD OP / EF OP
EF / MD TD / OP EF / FR
FR
EF
1. Rating

PERTANYAAN SKALA
Menurut anda seberapa besar usaha MD
mental yang dibutuhkan untuk pekerjaan Low High
0 100
ini ?
Menurut anda seberapa besar usaha fisik PD
yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini ? Low High
0 100

Menurut anda seberapa besar tekanan TD


yang anda rasakan berkaitan dengan Low High
0 100
waktu untuk melakukan pekerjaan ini ?
Menurut anda seberapa besar tingkat OP
keberhasilan anda dalam melakukan Low High
0 100
pekerjaan ini ?

Menurut anda seberapa besar kecemasan, FR


perasaan tertekan , dan stress yang anda Low High
0 100
rasakan dalam melakukan pekerjaan ini ?
Menurut anda seberapa besar kerja EF
mental dan fisik yang dibutuhkan untuk Low High
0 100
menyelesaikan pekerjaan ini?
Hasil Perhitungan beban
kerja
 Rendah antara 0 – 9,9
 Sedang antara 10 – 29,9
 Agak tinggi antara 30 – 49,9
 Tinggi antara 50 – 79,9
 Sangat tinggi 80 - 100
METODE PENGUKURAN BEBAN
KERJA MENTAL SECARA
SUBJEKTIF (2)
2. Harper Qoorper Rating (HQR)
 Yaitu suatu alat pengukuran beban kerja dalam hal ini untuk analisis
handling quality dari perangkat terbang di dalam cockpit yang terdiri
dari 10 angka rating dengan masing-masing keterangannya yang
berurutan mulai dari kondisi yang terburuk hingga kondisi yang paling
baik, serta kemungkinan-kemungkinan langkah antisipasinya.
 Rating ini dipakai oleh pilot evaluator untuk menilai kualitas kerja dari
perangkat yang diuji di dalam kokpit pesawat terbang.
3. Task Difficulty Scale
 Dikembangkan dan dipakai oleh AIRBUS Co. Perancis untuk menguji
beban kerja statik di dalam rangka program sertifikasi pesawat-
pesawat yang baru dikembangkannya.
 Prinsip kerjanya hampir sama dengan prinsip kerja HQR tetapi lebih
menekankan kepada bagaimana cara menilai tingkat kesulitan dari
pengoperasian instrumen-instrumen kontrol di dalam kokpit.
METODE PENGUKURAN BEBAN
KERJA MENTAL SECARA
SUBJEKTIF (3)
4. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)
 Dikembangkan oleh Harry G. Armstrong, Aerospace Medical
Research Laboratory Wright-Patterson Air Force Base, Ohio, USA
untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara mengukur beban
kerja dalam lingkungan yang sebenarnya (real world environment).
 Dua tahapan pekerjaan di dalam penggunaan model SWAT :
 Scale Development
Subjek (orang) diminta untuk melakukan pengurutan kartu sebanyak 27
kartu kombinasi dari urutan beban kerja terendah sampai beban kerja
tertinggi menurut persepsi masing-masing subjek.
 Event Scoring
Di sini subjek (orang) ditanyakan SWAT rating-nya dari masing-masing
task, kemudian SWAT rating tersebut dihitung dengan menggunakan
SWAT program di dalam komputer untuk mengetahui workload score dari
masing-masing kombinasinya.
METODE PENGUKURAN BEBAN
KERJA MENTAL SECARA
SUBJEKTIF (4)
Menurut SWAT model, performansi kerja manusia
terdiri dari 3 dimensi ukuran beban kerja yaitu:
a. Time Load (T), terdiri dari tiga kategori rating yaitu :
time load rendah (1), time load menengah (2), dan
time load tinggi (3).
b. Mental Effort Load, yang terdiri dari tiga kategori
rating yaitu: mental effort rendah (1), mental effort
menengah (2), dan mental effort tinggi (3).
c. Psychological Stress Load, yang terdiri dari tiga
kategori rating yaitu : psychological stress rendah
(1), psychological stress menengah (2), dan
psychological stress tinggi (3).
PENGUKURAN DENGAN
METODE SWAT
 Pengukuran beban kerja dengan metode
SWAT dapat digunakan pada:
 Dunia penerbangan
 Sektor industri, seperti pada pabrik-pabrik
tekstil, pabrik-pabrik (perakitan) kendaraan
bermotor, dan pabrik-apbrik (perusahaan)
yang memerlukan tingkat kecermatan yang
tinggi
 Sektor perhubungan, seperti untuk meneliti
tingkat beban kerja bagi para pengemudi bus
jarak jauh atau para masinis kereta api.
CARA PELAKSANAAN
PENGUKURAN METODE SWAT
1. Memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan pengukuran kepada subjek (orang) yang
akan diteliti.
2. Memberikan kartu SWAT sebanyak 27 kartu
yang harus diurutkan oleh subjek menurut
urutan kartu yang menyatakan kombinasi
workload yang terendah hingga tertinggi
menurut persepsi ataupun intuisi dari tiap
subjek.
3. Melakukan pencatatan urutan kartu yang
dibuat oleh subjek, kemudian di‘download’ di
computer-program SWAT sehingga didapatkan
nilai dari SWAT score untuk tiap subjek.
CARA PELAKSANAAN
PENGUKURAN METODE SWAT (2)
4. Berdasarkan nilai-nilai SWAT tersebut, komputer
mengkonversikan performansi kerja dari subjek
tersebut dengan nilai kombinasi dari beban kerjanya
(workload), yang terdiri dari :
 Time Load (T) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).
 Mental Effort Load (E) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi
(3).
 Psychological Stress Load (S) : rendah (1), menengah (2), dan
tinggi (3).
Bila nilai konversi dari SWAT scale terhadap SWAT
rating berada < 40, maka performansi kerja subjek
tersebut berada pada level optimal.
Bila SWAT rating-nya berada antara 40-100, maka
beban kerjanya (workload) tinggi, artinya subjek pada
saat itu tidak bisa diberikan jenis pekerjaan tambahan
lain.
CARA PELAKSANAAN
PENGUKURAN METODE SWAT (3)
5. Meng-assess pekerjaan kepada subjek, kemudian
ditanyakan apakah pekerjaan yang sedang
dilakukan pada saat tersebut beban kerjanya
(kombinasi dari Time Load, Mental Effort, da
Stress Load) dikategorikan sebagai pekerjaan
dengan beban kerja rendah (1), menengah (2),
atau tinggi (3) menurut yang bersangkutan.
6. Ulangi kembali langkah 4 untuk melihat apakah
pekerjaan tersebut termasuk ke dalam kategori
beban kerja rendah atau beban kerja tinggi,
sehingga dapat diantisipasi langkah selanjutnya.
Kapasitas Kerja Fisik
(KKF/PVC)
 Kemampuan fungsional untuk
melakukan suatu tugas yang memerlukan
kerja otot untuk suatu periode waktu
tertentu
 Kemampuan Kerja Fisik dipengaruhi
oleh:
 Muscle strength – statis & dinamis
 Muscle endurance
 Cardiovascular Endurance
 Joint Flexibility
 Compressive strength of the lumbar spine
Aktifitas tubuh utama

 Menggerakan tubuh atau anggota tubuh: jalan, lari


 Memindahkan/membawa objek
 Mempertahankan sikap tubuh
FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP KKF

 Umur
 Gender
 Body Weight (ukuran tubuh)
 Status Gizi
 Tingkat kebugaran
 Faktor Lingkungan (suhu ekstrem)

 PWC maksimal pada umur 25 – 35 tahun


 Pada umur 60an turun hingga 50% maks
 PWC perempuan 2/3 laki2
 PWC pada Tingkat kebugaran optimal 2-3X
PENGUKURAN Physical work
capacity (PWC)/KKF
 Maksimum Oxygen Consumption
 Kekuatan Otot
 Posisi Kerja
 Waktu istirahat
PENGERTIAN
 Menurut Mardiana (2005) “Lingkungan kerja adalah lingkungan
dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”.
Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal.
 Menurut Nitisemito (2001) ”Lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
diembankan.”
Faktor-Faktor Kondisi Fisik
dari Lingkungan Kerja
a. Illumination
Menurut Newstrom (1996:469-478), cahaya atau
penerangan sangat besar manfaatnya bagi para
karyawan guna mendapat keselamatan dan
kelancaran kerja. Pada dasarnya, cahaya dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: cahaya
yang berasal dari sinar matahari dan cahaya
buatan berupa lampu.
Penerangan yang cukup di tempat
kerja
Faktor-Faktor Kondisi Fisik
dari Lingkungan Kerja
 b. Temperature
Menurut Newstrom (1996:469-478), bekerja
pada suhu yang panas atau dingin dapat
menimbulkan penurunan kinerja. Secara
umum, kondisi yang panas dan lembab
cenderung meningkatkan penggunaan
tenaga fisik yang lebih berat, sehingga
pekerja akan merasa sangat letih dan
kinerjanya akan menurun.
Faktor-Faktor Kondisi Fisik
dari Lingkungan Kerja
 c. Noise
Menurut newstrom (1996:469-478) bising dapat
didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai,
suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan suara bising adalah suatu hal
yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, karena
konsentrasi perusahaan akan dapat terganggu.
Faktor-Faktor Kondisi Fisik
dari Lingkungan Kerja
 d. Motion
Menurut Newstrom (1996:469-478) kondisi gerakan secara umum
adalah getaran. Getaran-getaran dapat menyebabkan pengaruh
yang buruk bagi kinerja, terutama untuk aktivitas yang melibatkan
penggunaan mata dan gerakan tangan secara terus-menerus.
Faktor-Faktor Kondisi Fisik
dari Lingkungan Kerja
 e. Pollution
Menurut Newstrom (1996:469-478) pencemaran ini dapat
disebabkan karena tingkat pemakaian bahan-bahan kimia di
tempat kerja dan keanekaragaman zat yang dipakai pada
berbagai bagian yang ada di tempat kerja dan pekerjaan
yang menghasilkan perabot atau perkakas.
Faktor-Faktor Kondisi Fisik
dari Lingkungan Kerja
 f. Aesthetic Factors
Menurut newstrom (1996:469-478) faktor
keindahan ini meliputi: musik, warna dan bau-
bauan. Musik, warna dan bau-bauan yang
menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan
kerja dalam melaksanakan pekerjaanya.
a. Feeling of privacy
Menurut Newstrom (1996:478), privasi dari pekerja dapat dirasakan
dari desain ruang kerja. Ada ruang kerja yang didesain untuk seorang
pekerja, ada pula yang didesain untuk beberapa orang, sehingga
penyelia dapat mengawasi interaksi antar karyawan.
Faktor-faktor dari kondisi

psikologis meliputi:
b. Sense of status and impotance
Menurut Newstrom (1996: 478), para karyawan tingkat bawah
senang dengan desain ruang yang terbuka karena memberi
kesempatan kepada karyawan untuk berkomunikasi secara
informal. Sebaliknya para manajer merasa tidak puas dengan
desain ruang yang terbuka karena banyak gangguan suara
dan privasi yang dimiliki terbatas.
Lingkungan kerja dalam
perusahaan
Lingkungan kerja menunjuk pada hal-hal yang berada di sekeliling
dan melingkupi kerja karyawan di kantor. Kondisi lingkungan kerja
lebih banyak tergantung dan diciptakan oleh pimpinan, sehingga
suasana kerja yang tercipta tergantung pada pola yang diciptakan
pimpinan. Lingkungan kerja dalam perusahaan, dapat berupa:
 Struktur tugas
 Desain pekerjaan
 Pola kepemimpinan
Lingkungan kerja dalam
perusahaan
 Struktur tugas
Struktur tugas menunjuk pada bagaimana
pembagian tugas dan wewenang itu
dilaksanakan. Sehingga ada kejelasan tentang
’siapa bertanggung jawab apa’ serta
keberadaan mekanisme pelaksanaan tugas
dalam hal ”siapa bertanggung jawab kepada
siapa. Struktur tugas harus jelas, dan mekanisme
harus dijalankan.
Lingkungan kerja dalam
perusahaan
 Desain pekerjaan
Desain pekerjaan menggambarkan kompleksitas
dan tingkat kesulitan suatu tugas yang dikerjakan
seorang karyawan. Jika seorang karyawan
merasa bahwa tugas itu terlampau sulit dan harus
melibatkan banyak fihak, maka dipastikan
bahwa seorang karyawan akan dapat
menyelesaikannya. Sehingga manajemen harus
dapat menjamin bahwa tugas yang diberikan,
dapat diselesaikan.
Lingkungan kerja dalam
perusahaan
 Pola Kepemimpinan
Pola Kepemimpinan mencerminkan model
kepemimpinan yang diterapkan dalam
mengelola karyawan. Ada sekelompok pemimpin
menerapkan praktek kepemimpinan yang
berorientasi pada penyelesaian tugas (task
oriented). Pada golongan pemimpin ini, aspek-
aspek individual karyawan kurang mendapat
perhatian. Pola ini menekankan, apapun yang
dilakukan karyawan dan bagaimanapun kondisi
yang terjadi pada karyawan tidak menjadi
masalah.
Lingkungan kerja dalam
perusahaan
 Pada sekelompok pemimpin lainnya menerapkan
pola kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia (human oriented). Pemimpin
memusatkan perhatiannya pada kegiatan dan
masalah kemanusiaan yang dihadapi, baik bagi
dirinya maupun bagi karyawan. Kepemimpinan
pada golongan ini lebih populis dibanding pola
yang terdahulu, karena dipandang
memperhatikan masalah-masalah riil yang
dihadapi karyawan.
KESIMPULAN
 TIDAK sedikit orang terjebak dalam lingkungan kerja yang tidak sehat,
namun memilih bertahan dengan harapan suatu saat keadaan akan
berubah menjadi lebih baik. Lingkungan kerja yang disfungsional bisa
membuat Anda merasa tidak bahagia dan kehilangan kesempatan
untuk maju dan berkembang.
 Lingkungan kerja di suatu perusahaan baik secara fisik maupun
psikologis akan mempengaruhi produktivitas pekerjaan para
pegawainya.

Anda mungkin juga menyukai