Psikologi Perpus
Psikologi Perpus
PUSTAKAWAN TERHADAP
PERMINTAAN PEMUSTAKA YANG
BERTENTANGAN DENGAN
BATASAN PELAYANAN
Disusun Oleh :
1. Mengetahui sikap pustakawan dalam melakukan penolakan dengan tata bahasa yang
sopan dan sesuai.
Wawancara
Dalam hal ini kami mencari wawancarai dua pustakawan yang memiliki tugas yang berbeda
di perpustakaan Universitas Sebelas Maret yaitu :
Kata asertif berasal dari bahasa Inggris assertive atau to assert yang berarti
tegas, menyampaikan pendapat dengan tegas. Sedangkan perilaku asertif
disebut asertivitas. Menurut Mulvani dalam Nuha (2014), perilaku asertif
diartikan sebagai perilaku pribadi menyangkut emosi yang tepat, jujur, relatif
terus terang, tanpa perasaan cemas pada orang lain.
Terdapat unsur-unsur yang membentuk perilaku asertif seseorang, menurut Rees dan Graham (1991), antara lain:
• Kejujuran
• Tanggung jawab
• Kesadaran diri
• Percaya diri
Perilaku asertif merupakan bagian dari komunikasi, karena terdapat penyampaian kepada orang lain dengan sikap yang
baik. Komunikasi asertif adalah ketika kita dengan tegas dan positif mengekspresikan diri kita tanpa maksud mengalah
dan juga menyerang orang lain.
Perilaku dan komunikasi asertif berhubungan dengan profesi pustakawan, karena seorang pustakawan berperan dalam
memberikan informasi kepada pemustaka.
B. Pustakawan
Pustakawan merupakan profesi bagi orang yang bekerja di perpustakaan. Dalam undang-
undang tentang perpustakaan, yaitu Undang-Undang No. 43 tahun 2007 pasal 1 ayat 8,
pengertian pustakawan adalah, “Seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh
melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.” Berdasarkan
definisi tersebut, maka seseorang yang bekerja sebagai seorang pustakawan harus
memiliki pendidikan serta kompetensi tertentu, sehingga dapat menyelenggarakan suatu
perpustakaan dan memberikan pelayanan yang prima kepada pengunjung atau pemustaka.
C. Perilaku Asertif Pustakawan dalam Pelayanan
Pustakawan seharusnya menjadi media penyedia informasi dan mediator antara pemustaka
dengan koleksi. Namun situasi di lapangan, akibat dari beberapa sebab, pustakawan tidak
menjalankan fungsi dengan sebenarnya. Misalnya, ketika melayani pemustaka sikap yang
ditunjukkan kesal, tidak ramah, atau tidak merespon pertanyaan dari pemustaka. Sikap tersebut
akan menimbulkan kesan yang kurang baik bagi pustakawan serta citra dari perpustakaan itu
sendiri.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, perilaku asertif sangatlah diperlukan, karena pustakawan
dapat menyampaikan dan mengekspresikan pendapatnya dengan jujur tanpa menyakiti hati
pemustaka atau pihak yang dilayani.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Layanan Koleksi 000-339 = Ibu Sri Utari
• Jika buku yang di cari pemustaka memang benar-benar tidak ada. Contohnya mahasiswa S3
sedang mencari buku tentang teori sosial sedangkan di perpustakaan tidak ada/tidak tersedia
• Tindakan pustakawan jika ada yang merusak buku seperti melipat buku
Cara Pustakawan Menolak Tanpa Merasa Bersalah
Dari pembahasan dan wawancara diatas dapat dianalisis bahwa ketika pustakawan
melakukan sebuah penolakan maka langkah yang harus diambil adalah mencarikan
alternatif lain yang bisa diusahakan pustakawan supaya pemustaka tidak kecewa. Hal ini
dilakukan agar pustakawan tidak kapok ketika meminta bantuan kepada pustakawan
maupun elemen yang ada di perpustakaan. Pustakawan juga memberikan batasan dan
mengatur emosi ketika dihadapkan sesuatu yang buruk terjadi.
B. Layanan Informasi = Mas Budi Suseno
Wawancara dilakukan dengan narasumber yaitu salah satu pustakawan yang bekerja di
bagian ini.
Contoh : ada mahasiswa uns yang ikut bayar administrasi untuk akses masuk dengan
mengatakan mahasiswa umum
3. Dalam mengatur Batasan sebagai pustakawan di bagian informasi akan
membantu dengan mengarahkan dan menjembatani.
Dari wawancara di bagian informasi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pustakawan
harus selalu ramah kepada siapapun apapun kondisinya. Hal ini untuk menghindari ketika
ada sesuatu yang harus disampaikan berupa penolakan, sehingga pemustaka tidak
kecewa. Kalau memang harus mengatakan tidak, maka pustakawan harus mengatakan
tidak sesuai dengan keadaan sebenernya tanpa merasa bersalah. Penolakan tentunya
diawali dengan kata maaf terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan
sebuah pengertian supaya pemustaka paham akan aturan yang seharusnya dipatuhi.
C. Layanan Pengembalian Buku = Ibu Novi Tri Astuti
Wawancara ketiga di tempat yang sama yaitu UPT Perpustakaan UNS dengan Narasumber
yaitu Koordinator Layanan Pengembalian Buku.
1. Dalam Melakukan Pelayanan kepada pemustaka, bagaimana tata bahasa yang tepat
dan sesuai yang tidak membuat pemustaka kecewa terhadap pelayanan di
pengembalian buku tersebut?
Dalam melakukan pelayanan di bagian pengembalian buku kita menggunakan tata bahasa
yang sopan, halus, dan memberikan perngertian kepada pemustaka apabila ada
pemustaka yang melanggar tata tertib perpustakaan
2. Bagaimana cara pustakawan di bagian pengembalian buku membatasi emosi ketika
ada pemustaka yang sifat/sikapnya membuat emosi orang lain?
Cara pustakawan yang ada di bagian pengembalian buku membatasi emosi ketika ada
pemustaka yang membuat emosi yaitu dengan menanggapi pemustaka itu dengan
kesabaran dan tidak meluapkan emosi didepannya, prinsip yang dimiliki pemustaka yang
ada dibagian pengembalian adalah ketika ada pemustaka yang datang dan membuat emosi
maka tanggapi dengan sebuah kehalusan jangan ditanggapi dengan emosi
Analisis
Dari wawancara tersebut bisa dianalisis bahwa seorang pemustaka harus mampu bersikap
dan mengeluarkan kata-kata yang sopan dan tidak menyakiti hati ketika melakukan
pelayanan kepada pemustaka sehingga mampu tercipta suasana yang nyaman antara
pemustaka dan pustakawan, tidak ada jarak(space) antara pemustaka dan pustakawan,
selain itu pustakawan harus pintar membaca emosi tiap pemustaka, sehingga pustakawan
tidak mengikuti alur emosi dari pemustaka yang sedang dia layani.
PENUTUP
KESIMPULAN
• Sebagai pustakawan kita harus mampu melayani apa yang dibutuhkan seorang pemustaka ketika mereka
kesulitan mencari koleksi di perpustakaan maupun informasi lain yang dibutuhkan.
• Pustakawan harus mampu menggunakan tata bahasa yang sesuai tanpa membuat pemustaka kecewa.
• Pustakawan harus berani meminta maaf ketika melakukan kesalahan saat memberikan informasi terhadap
pemustaka dan juga ketika tidak bisa memenuhi apa yang dibutuhkan pemustaka.
• Pustakawan juga harus berani memberikan teguran ketika pemustaka melakukan suatu perusakan pada koleksi
maupun melakukan pelanggaran yang ada di perpustakaan namun dengan sopan dan menggunakan kata
“tolong” karena hal ini merupakan sebuah permintaan dari pustakawan sendiri.
• Mengenai batasan seorang pustakawan tergantung dengan aturan yang diberlakukan di suatu perpustakaan.
SARAN
• Nuha, Ibtisam Salimatun. 2014. Hubungan Perilaku Bullying dengan Perilaku Asertif pada
Santriwati. Tesis. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
• Rees & Graham. 1991. Assertion Training: how to be who you really are (strategies for mental
health). Diakses melalui http://digilib.uinsby.ac.id/531/5/Bab%202.pdf . (28 November 2019).
• Safri. 2017. Perilaku Pustakawan dalam Pelayanan Pemustaka di Perpustakaan Universitas Patria
Artha Kabupaten Gowa. Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar. Diakses melalui
http://repositori.uin-alauddin.ac.id . (28 November 2019).
Thank you