Anda di halaman 1dari 73

ASKEP PADA KLIEN

DGN OSTEOPOROSIS

BY : NOVIA DWI ASTUTI,


S.Kep.Ns, M.Kep.
OSTEOPOROSIS
DEFINISI :
KELAINAN BENTUK TULANG DIMANA TERJADI
PENURUNAN MASSA TULANG TOTAL
TERDAPAT :
1. PERUBAHAN PERGANTIAN TULANG
HOMEOSTASIS NORMAL
2. KECEPATAN REABSORBSI TULANG LEBIH BESAR
DARI KECEPATAN PEMBENTUKAN TULANG
3. MENGAKIBATKAN PENURUNAN MASSA TULANG
DEFINISI

 Osteoporosis adalah gangguan metabolisme


tulang sehingga massaa tulang menurun,
komponen matrik yaitu mineral dan protein
berkurang, resorpi terjadi lebih cepat daripada
formasi tulang sehingga tuang menjadi tipis
DEFINISI
 Osteoporosis atau penyakit keropos
tulang adalah salah satu penyakit yang
menimpa tulang karena berkurangnya
massa dan kepadatan tulang.
DEFINISI
 Osteoporosis adalah penyakit
metabolisme tulang yang cirinya adalah
pengurangan massa tulang dan
kemunduran mikroarsitektur tulang
sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh
karena fragilitas tulang meningkat
OSTEOPOROSIS
TULANG MUDAH RAPUH DAN PATAH SHG
MUDAH FRAKTUR

SERING MENGAKIBATKAN FRAKTUR


KOMPRESI VERTEBRA TORAKALIS DAN
LUMBALIS, FRAKTUR PADA KOLUM
FEMORALIS DAN DAERAH TROKANTER,
PATAH TULANG KOLLES PADA
PERGELANGAN TANGAN
Epidemiologi
 Insiden osteoporosis lebih tinggi pada
wanita dibandingkan laki-laki dan
merupakan problem pada wanita
pascamenopause
 Penelitian Roeshadi di Jawa Timur,
mendapatkan bahwa puncak massa
tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan
rata-rata kehilangan massa tulang pasca
menopause adalah 1,4% per tahun
 Penelitian yang dilakukan di klinik
Reumatologi RSCM mendapatkan faktor
resiko osteoporosis yang meliputi usia,
lamanya menopause dan kadar estrogen
yang rendah, sedangkan faktor
proteksinya adalah kadar estrogen yang
tinggi, riwayat barat badan lebih atau
obesitas dan latihan yang teratur.
Etiologi
 Pembentukan massa puncak tulang yang
kurang baik selama masa pertumbuhan
(gangguan metabolisme tulang, yaitu kerja
sel penghancur tulang melebihi kerja sel
pembentuk tulang)
 Meningkatnya pengurangan massa tulang
setelah menopause (menurunnya hormon,
kurang asupan kalsium dan vitamin D,
disertai dengan faktor-faktor pendukung
lainnya)
REVIEW FISIOLOGI
 Proses coupling ini memungkinkan
aktivitas formasi tulang sebanding dengan
aktivitas resorpsi tulang
 Proses ini berlangsung 12 minggu pada
orang muda dan 16-20 minggu pada usia
menengah atau lanjut
 Remodelling rate adalah 2-10% massa
skelet per tahun
 Proses remodelling ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang
menyebabkan terjadinya satu rangkaian
kejadian pada konsep Activation –
Resorption – Formation (ARF)
 dipengaruhi oleh protein mitogenik yang
berasal dari tulang yang merangsang
preosteoblas supaya membelah
membelah menjadi osteoblas akibat
adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas
 Proses remodelling akan ditingkatkan oleh
hormon paratiroid, hormon pertumbuhan
dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang
menghambat proses remodelling adalah
kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid
 Proses-proses yang mengganggu
remodelling tulang inilah yang
menyebabkan osteoporosis
 Selain gangguan pada proses remodelling
tulang faktor lainnya adalah pengaturan
metabolisme kalsium dan fosfat
 tubuh tetap memelihara konsentrasi
kalsium serum pada kadar yang tetap
 Pengaturan homeostasis kalsium serum
dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan
usus melalui pengaturan paratiroid
hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol
(1,25(OH)2 vitamin D) dan penurunan
fosfat serum
 Faktor lain yang berperan adalah hormon
tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C
dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat
dan pH darah)
 Pertukaran kalsium sebesar 1.000
mg/harinya antara tulang dan cairan
ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui
fase formasi dan resorpsi tulang yang
lambat
Faktor Resiko Osteoporosis
 Usia (Tiap peningkatan 1 dekade, resiko
meningkat 1,4-1,8)
 Genetik
 Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan
polinesia)
 Seks (wanita > pria)
 Riwayat keluarga
 Lingkungan, dan lainnya
 Defisiensi kalsium
 Aktivitas fisik kurang
 Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan,
heparin, siklosporin)
 Merokok, alkohol
 Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan
keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)
Hormonal dan penyakit kronik
 Defisiensi estrogen, androgen
 Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer,
hiperkortisolisme
 Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal,
gastrektomi)
 Sifat fisik tulang
 Densitas (massa)
 Ukuran dan geometri

 Mikroarsitektur

 Komposisi
faktor resiko fraktur panggul
 Penurunan respons protektif
 Kelainan
neuromuskular
 Gangguan penglihatan
 Gangguan keseimbangan

 Peningkatan fragilitas tulang


 Densitas massa tulang rendah
 Hiperparatiroidisme

 Gangguan penyediaan energi


 Malabsorpsi
Klasifikasi Osteoporosis
 Osteoporosis primer
 Osteoporosis sekunder
 Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis primer
 Berhubungan dengan kelainan pada
tulang
 Menyebabkan peningkatan proses
resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan
Colles.
 Pada usia dekade awal pasca
menopause, wanita lebih sering terkena
daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1
pada usia rata-rata 53-57 tahun
Osteoporosis sekunder
 Osteoporosis sekunder disebabkan oleh
penyakit atau sebab lain di luar tulang
Osteoporosis idiopatik
 Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki
yang lebih muda dan pemuda pra
menopause dengan faktor etiologik yang
tidak diketahui
PATOGENESIS

Proses Remodelling Tulang dan


Homeostasis Kalsium

Osteoporosis primer

Osteoporosis Sekunder
PATOGENESIS Proses Remodelling
Tulang dan Homeostasis Kalsium
Kerangka tubuh manusia merupakan
struktur tulang yang terdiri dari substansi
organik (30%) dan substansi mineral yang
paling banyak terdiri dari kristal
hidroksiapatit (95%) serta sejumlah
mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F,
Cl, Sr dan Pb
Substansi organik terdiri dari sel tulang
(2%) seperti osteoblas, osteosit dan
osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri
dari kolagen tipe I (95%) dan protein
nonkolagen (5%) seperti osteokalsin,
osteonektin, proteoglikan tulang, protein
morfogenik tulang, proteolipid tulang dan
fosfoprotein tulang.
Tanpa matriks tulang yang berfungsi
sebagai perancah, proses mineralisasi
tulang tidak mungkin dapat berlangsung
Matriks tulang merupakan makromolekul
yang sangat bersifat anionik dan berperan
penting dalam proses kalsifikasi dan
fiksasi kristal hidroksi apatit pada serabut
kolagen
Matriks tulang tersusun sepanjang garis
dan beban mekanik sesuai dengan hukum
Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang
akan diikuti oleh perubahan tertentu yang
menetap pada arsitektur internal dan
penyesuaian eksternal sesuai dengan
hukum matematika. Dengan kata lain,
hukum Wolf dapat diartikan sebagai
“bentuk akan selalu mengikuti fungsi”.
Proses Remodelling Tulang dan
Homeostasis Kalsium

Kerangka tubuh manusia merupakan


struktur tulang yang terdiri dari substansi
organik (30%) dan substansi mineral yang
paling banyak terdiri dari kristal
hidroksiapatit (95%) serta sejumlah
mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F,
Cl, Sr dan Pb.
Substansi organik terdiri dari sel tulang
(2%) seperti osteoblas, osteosit dan
osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri
dari kolagen tipe I (95%) dan protein
nonkolagen (5%) seperti osteokalsin,
osteonektin, proteoglikan tulang, protein
morfogenik tulang, proteolipid tulang dan
fosfoprotein tulang
Tanpa matriks tulang yang berfungsi
sebagai perancah, proses mineralisasi
tulang tidak mungkin dapat berlangsung.
Matriks tulang merupakan makromolekul
yang sangat bersifat anionik dan berperan
penting dalam proses kalsifikasi dan
fiksasi kristal hidroksi apatit pada serabut
kolagen.
Matriks tulang tersusun sepanjang garis
dan beban mekanik sesuai dengan hukum
Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang
akan diikuti oleh perubahan tertentu yang
menetap pada arsitektur internal dan
penyesuaian eksternal sesuai dengan
hukum matematika. Dengan kata lain,
hukum Wolf dapat diartikan sebagai
“bentuk akan selalu mengikuti fungsi
Patogenesis Osteoporosis primer

Setelah menopause maka resorpsi tulang


akan meningkat, terutama pada dekade
awal setelah menopause, sehingga
insidens fraktur, terutama fraktur vertebra
dan radius distal meningkat.
Estrogen juga berperan menurunkan
produksi berbagai sitokin oleh bone
marrow stromal cells dan sel-sel
mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α
yang berperan meningkatkan kerja
osteoklas, dengan demikian penurunan
kadar estrogen akibat menopause akan
meningkatkan produksi berbagai sitokin
tersebut sehingga aktivitas osteoklas
meningkat.
Untuk mengatasi keseimbangan negatif
kalsium akibat menopause, maka kadar
PTH akan meningkat pada wanita
menopause, sehingga osteoporosis akan
semakin berat
Pada menopause, kadangkala didapatkan
peningkatan kadar kalsium serum, dan hal
ini disebabkan oleh menurunnya volume
plasma, meningkatnya kadar albumin dan
bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar
kalsium yang terikat albumin dan juga
kadar kalsium dalam bentuk garam
kompleks.
Peningkatan bikarbonat pada menopause
terjadi akibat penurunan rangsang
respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis
respiratorik.
Patogenesis Osteoporosis
Sekunder
Selama hidupnya seorang wanita akan
kehilangan tulang spinalnya sebesar 42%
dan kehilangan tulang femurnya sebesar
58%.
Pada dekade ke-8 dan 9 kehidupannya,
terjadi ketidakseimbangan remodeling
tulang, dimana resorpsi tulang meningkat,
sedangkan formasi tulang tidak berubah
atau menurun
Hal ini akan menyebabkan kehilangan
massa tulang, perubahan mikroarsitektur
tulang dan peningkatan resiko fraktur
Defisiensi kalsium dan vitamin D juga
sering didapatkan pada orang tua
Hal ini disebabkan oleh asupan kalsium
dan vitamin D yang kurang, anoreksia,
malabsorpsi dan paparan sinar matahari
yang rendah
Defisiensi vitamin K juga akan
menyebabkan osteoporosis karena akan
meningkatkan karboksilasi protein tulang
misalnya osteokalsin
Penurunan kadar estradiol dibawah 40
pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan
osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah
mengalami menopause (penurunan kadar
estrogen yang mendadak), maka
kehilangan massa tulang yang besar
seperti pada wanita tidak pernah terjadi.
Dengan bertambahnya usia, kadar
testosteron pada laki-laki akan menurun
sedangkan kadar Sex Hormone Binding
Globulin (SHBG) akan meningkat
Peningkatan SHBG akan meningkatkan
pengikatan estrogen dan testosteron
membentuk kompleks yang inaktif.
Faktor lain yang juga ikut berperan
terhadap kehilangan massa tulang pada
orang tua adalah faktor genetik dan
lingkungan (merokok, alkohol, obat-
obatan, imobilisasi lama).
Resiko fraktur yang juga harus
diperhatikan adalah resiko terjatuh yang
lebih tinggi pada orang tua dibandingkan
orang yang lebih muda.
Hal ini berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot, gangguan keseimbangan
dan stabilitas postural, gangguan
penglihatan, lantai yang licin atau tidak
rata, dll.
Gambaran Klinis

fraktur pada vertebra, pergelangan


tangan, pinggul, humerus, dan tibia.
Gejala yang paling lazim dari fraktur
korpus vertebra adalah nyeri pada
punggung dan deformitas pada tulang
belakang
Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps
vertebra terutama pada daerah dorsal
atau lumbal
awalnya nyeri akut dan sering menyebar
kesekitar pinggang hingga kedalam perut
Nyeri dapat meningkat walaupun dengan
sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat
tidur
Istirahat ditempat tidur dapat meringankan
nyeri untuk sementara, tetapi akan
berulang dengan jangka waktu yang
bervariasi
Serangan nyeri akut juga dapat disertai
oleh distensi perut dan ileus
waspada terhadap kemungkinan
osteoporosis
bila didapatkan :
Patah tulang akibat trauma yang ringan.
Tubuh makin pendek, kifosis dorsal
bertambah, nyeri tulang.
Gangguan otot (kaku dan lemah)
Secara kebetulan ditemukan gambaran
radiologik yang khas
Diagnosis

Diagnosis osteoporosis umumnya secara


klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa
nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi
walau osteoporosis lanjut
Khususnya pada wanita-wanita
menopause dan pasca menopause, rasa
nyeri di daerah tulang dan sendi
dihubungkan dengan adanya nyeri akibat
defisiensi estrogen.
Masalah rasa nyeri jaringan lunak (wallaca
tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri
timbul setelah bekerja, memakai baju,
pekerjaan rumah tangga, taman dll
Jadi secara anamnesa mendiagnosis
osteoporosis hanya dari tanda sekunder
yang menunjang terjadinya osteoporosis
seperti :
Tinggi badan yang makin menurun.
Obat-obatan yang diminum.
Penyakit-penyakit yang diderita selama
masa reproduksi, klimakterium.
Jumlah kehamilan dan menyusui.
Bagaimana keadaan haid selama masa
reproduksi.
Apakah sering beraktivitas di luar rumah ,
sering mendapat paparan matahari cukup.
Apakah sering minum susu? Asupan
kalsium lainnya.
Apakah sering merokok, minum alkohol?
Pemeriksaan Fisik

Tinggi badan dan berat badan harus


diukur pada setiap penderita osteoporosis
gaya berjalan penderita osteoporosis,
deformitas tulang, nyeri spinal
Penderita dengan osteoporosis sering
menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus
dan penurunan tinggi badan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. SINAR X
DIKATAKAN OSTEOPOROSIS JIK ATERJADI
DEMINERALISASI 25% SAMPAI 40%, TAMPAK
RADIOLUSEN, VERTEBRA KOLABS
2. LABORATORIUM
KALSIUM SERUM, FOSFAT SERUM, ALKALI
FOSFATASE, EKSKRESI KALSIUM, EKSKRESI
HIDROKSI PROTEIN URINE, HEMATOKRIT, LED
3. ABSSORBSIOMETRI FOTO TUNGGAL
MEMANTAU MASSA TULANG PADA KORTIKAL
SENDI PERGELANGAN TANGAN
Pemeriksaan Radiologis

Gambaran radiologik yang khas pada


osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekuler yang lebih lusen
Hal ini akan tampak pada tulang-tulang
vertebra yang memberikan gambaran
picture-frame vertebra.
Pemeriksaan Densitas Massa
tulang (Densitometri)
Densitas massa tulang berhubungan
dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur
. untuk menilai hasil pemeriksaan
Densitometri tulang, digunakan kriteria
kelompok kerja WHO, yaitu:
Normal bila densitas massa tulang di atas
-1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang
orang dewasa muda (T-score)
Osteopenia bila densitas massa tulang
diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.
Osteoporosis bila densitas massa tulang -
2,5 SD T-score atau kurang.
Osteoporosis berat yaitu osteoporosis
yang disertai adanya fraktur
PENATALAKSANAAN (pencegahan
dan terapi)
1. DIET KAYA KALSIUM DAN VITAMIN D
2. PADA MENOPAUSE BERIKAN HRT
(HORMONE REPLACEMENT
THERAPY)
3. Memperhatikan faktor makanan, latihan
fisik ( senam pencegahan osteoporosis),
pola hidup yang aktif dan paparan sinar
ultra violet
4. Menghindari obat-obatan dan jenis
makanan yang merupakan faktor resiko
osteoporosis seperti alkohol, kafein,
diuretika, sedatif, kortikosteroid.
5. Pembedahan pada pasien osteoporosis
dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila
terjadi fraktur panggul.
6. Meningkatkan massa tulang dengan
melakukan pemberian obat-obatan antara
lain hormon pengganti (estrogen dan
progesterone dosis rendah). Kalsitrol,
kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi
seperti kalsium serta senam beban.
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
ANAMNESE :
1. IDENTIFIKASI INDIVIDU YG BERESIKO
OSTEOPOROSIS DAN KIPOSIS
2. IDENTIFIKASI RIWAYAT KELUARGA DENGAN
KELUHAN YG SAMA
3. FRAKTUR SEBELUMNYA
4. KONSUMSI DIET HARIAN
5. POLA LATIHAN DAN AKTIVITAS
6. PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID
7. KONSUMSI ALKOHOL DAN KAFEIN
8. GEJALA NYERI PINGGANG, KONSTIPASI,
GANGGUAN CITRA DIRI
PEMERIKSAAN FISIK
1. ADANYA PATAH TULANG
2. NYERI OTOT
3. KIPOSIS
4. PEMENDEKAN TINGGI BADAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YG MUNGKIN MUNCUL
1. RESIKO CIDERA : FRAKTUR b.d
OSTEOPOROSIS
2. NYERI b.d FRAKTUR DAN SPASME
OTOT
3. KONSTIPASI b.d IMMOBILISASI
4. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
PROSES OSTEOPOROSIS DAN
PROGRAM TERAPI
INTERVENSI
1. MENCEGAH CIDERA
LATIHAN FISIK PENTING UNTUK MEMPERKUAT OTOT,
MENCEGAH ATROPI DAN MEMPERLAMBAT
DEMINERALISASI TULANG :
- LATIHAN ISOMETRIC MEMPERKUAT OTOT BATANG
TUBUH
- BERJALAN DENGAN MEMPERTAHANKAN POSTUR
TUBUH YG BENAR
- MEMBUNGKUK MENDADAK, MLENGOK DAN
MENGANGKAT BEBAN LAMA HARUS DIHINDARI
-AKTIVITAS DILAKUKAN DI LUAR RUMAH DIBAWAH SINAR
MATAHARI PAGI
INTERVENSI
2. MEREDAKAN NYERI
- ISTIRAHAT DI TEMPAT TIDUR DGN POSISI
TERLENTANG, KASUR HARUS PADAT DAN
LENTUR
- FLEKSI LUTUT MENGURANGI
KETEGANGAN OTOT TULANG BELAKANG
- KOMPRES PANAS INTERMITTEN
- PIJATAN PUNGGUNG
- OPIOID ORAL MUNGKIN DIPERLUKAN
INTERVENSI
3. MEMPERBAIKI PENGOSONGAN USUS
- DIET AWAL TINGGI SERAT, TAMBAHAN CAIRAN
DAN PENGGUNAAN PELUNAK TINJA
- BILA KOLABS VERTEBRA MENGENAI T10 – L2
PASIEN DAPAT MENGALAMI ILEUS
- PANTAU ASUPAN KLIEN DAN BISING USUS
4. PENDIDIKAN
JELASKAN : PROSES OSTEOPOROSIS, TERAPI
UNTUK MEMPERLAMBAT OSTEOPOROSIS

Anda mungkin juga menyukai