Bank Syariah (Studi Kasus : PT."X" Di Bekasi) KELOMPOK 7 • FENSKA F. LOMESLIDEN • ISWANTY ILHAM • YUNI A. LEUNUFNA • HERDIANA SOLISSA • IRFAK HANUBUN PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan proyeksi pemerintah pada tahun 2004, berada pada kisaran angka 4,5%-5% (BPS, 2003). Harapan yang optimis ini dibarengi dengan kebijakan dan keputusan pemerintah untuk mencari solusi yang terus mendorong pertumbuhan ekonomi, di antaranya dengan tetap menjalin hubungan dengan International Monetery Fund (IMF) dan Bank Dunia yang merepresentasikan adanya tingkat kepercayaan investor terhadap dunia investasi di Indonesia. . Di samping itu, pemerintah juga mengeluarkan peraturan-peraturan baru yang dapat memberikan peluang khususnya bagi perusahaan yang berorientasi ekspor dengan keringanan bea ekspor (Anima, 2003). LANJUTAN …
• Salah satu perusahaan yang berbasis ekspor adalah
perusahaan mebel. Industri mebel merupakan salah satu industri padat karya yang memiliki nilai tambah yang relatif tinggi dan banyak menyerap tenaga kerja. • Industri mebel memproduksi berbagai macam variasi produk seperti lemari makan, kursi, rak, tempat tidur dan meja. Berdasarkan skala produksinya, umumnya produsen mebel berada pada skala menengah dan besar menggunakan mesin dan biasanya terintegrasi dengan industri kayu lainnnya seperti moulding, window/frame dan lain-lain. LANJUTAN
Dalam suatu perekonomian yang kompleks seperti sekarang ini, orang
harus mau menghadapi tantangan dan resiko untuk mengkombinasikan tenaga kerja, material, modal dan manajemen secara baik sebelum memasarkan suatu produk. Motivasi utama dari kegiatan bisnis adalah laba, laba didefinisikan sebagai pengurangan antara penghasilan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan Dengan tetap bercermin pada sikap optimis atas membaiknya perekonomian nasional dalam jangka menengah, hal ini akan memicu pertumbuhan sektor non-migas, tidak terkecuali untuk sektor industri mebel kayu. PT.”X” telah mengalami perjuangan yang berat selama beberapa tahun terakhir saat perekonomian Indonesia memburuk. Perusahaan ini menjadi semakin kompetitif karena industri mebel kayu (wooden furniture) hampir 95% komponennya diperoleh dari dalam negeri (Citra , 2005). LANJUTAN Dengan memperhatikan potensi pasar dunia akan wooden furniture, PT.”X” telah memutuskan untuk menangkap peluang pasar yang ada dengan meningkatkan kapasitas produksinya dan berubah orientasi produk dari outdoor furniture menjadi indoor furniture. Untuk memanfaatkan peluang pasar dan perubahan orientasi produk tersebut, maka perusahaan membutuhkan dukungan dana dari lembaga keuangan bank yang dapat membantu pencapaian tujuan dari perusahaan. Peran lembaga keuangan, perbankan dalam hal ini adalah untuk penyaluran pembiayaan dalam bentuk investasi maupun modal kerja. Untuk itu perusahaan mengajukan permohonan kerjasama dengan pihak Bank Syariah XYZ dalam rangka investasi perusahaan untuk pengembangan usaha mebel ini yang didasari dengan pembuatan studi kelayakan atas investasi yang akan dilakukan tersebut. PEMBAHASAN • Analisis Kelayakan Keuangan Analisis kelayakan dari aspek keuangan akan memberikan pemahaman tentang laporan keuangan dan berbagai kriteria penilaian kelayakan investasi. Data yang digunakan dalam analisa kelayakan adalah data pendapatan bersih, yang diperoleh dengan cara mengurangkan arus kas masuk dengan arus kas keluar. Kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan keuangan dalam kajian ini adalah PBP, NPV, B/C ratio, BEP dan IRR. Setelah diperoleh pendapatan bersih kemudian dilakukan pendiskontoan terhadap pendapatan bersih tersebut sebagai pendekatan adanya nilai uang terhadap waktu. Tingkat diskonto yang digunakan adalah sebesar 16% yang merupakan rata-rata suku bunga deposito bank umum pada saat kajian. Hasil perhitungan PBP, NPV, B/C ratio, dan IRR yang dapat dilihat dari tabel berikut : Slide Title
• Tabel Hasil Analisis Keuangan PT “X”
Berdasarkan Tabel tersebut, PT. “X” dalam berproduksi mempunyai nilai PBP 3,1 tahun, artinya perusahaan tersebut mampu mengembalikan investasinya dari modal awal selama tiga tahun satu bulan. Nilai BEP yang diperoleh dalam rupiah karena produk yang dihasilkan oleh PT.”X” adalah produk yang mempunyai satuan unit dan nilainya tidak sama, sehingga untuk mempermudah, maka satuan yang digunakan adalah rupiah. Nilai BEP yang diperoleh adalah Rp. 23.622.376, artinya jika usaha indoor furniture ini dapat menghasilkan penjualan rata- rata sebesar Rp. 23.622.376, maka usaha ini mencapai titik impas. Nilai NPV yang dihasilkan adalah Rp. 11.095.000 artinya perusahaan selama menjalankan usahanya mendapatkan keuntungan Rp. 11,095.000 setelah dikurangi modal awal. Hasil perhitungan B/C ratio diperoleh nilai 3,90 artinya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan 1 satuan akan menghasilkan tingkat pendapatan sebesar 3,90 satuan. Untuk penilaian IRR, menghasilkan nilai 45,25%, nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan suku bunga deposito bank umum pada saat kajian (16%), sehingga usaha indoor furniture ini layak untuk dilaksanakan ANALISIS SENSIVITAS • Untuk menganalisis perkiran arus kas di masa datang, perusahaan berhadapan dengan ketidakpastian. Hal ini berakibat, hasil perhitungan di atas kertas dapat menyimpang jauh dari kenyataannya. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba perusahaan. Secara jelas dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel Hasil Analisis Sensivitas LANJUTAN … • Pada analisis kelayakan dari usaha PT.”X” ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Kepekaan yang diuji adalah terhadap kemungkinan kenaikan harga bahan baku dan fluktuasi kurs. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa ternyata perusahaan memang sangat sensitive terhadap kenaikan harga bahan baku yang juga akan diikuti dengan kenaikan harga jual produk. Sedangkan terhadap fluktuasi kurs tidak terlalu berpengaruh karena perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku serta penjualan produk juga menggunakan kurs dollar. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa :
Kelayakan keuangan PBP (3,1 tahun), BEP (Rp. 23.622.376,-), NPV (Rp. 11.095.000.,-), B/C ratio 3,90 dan IRR 45,25 % .
Dari analisa Sensitivitas diketahui bahwa perusahaan sangat sensitif terhadap
perubahan harga bahan baku yang akan juga diikuti dengan kenaikan harga jual produk sampai 10%. Sedangkan terhadap perubahan kurs tidak terlalu berpengaruh karena penjualan ekspor. TERIMA KASIH