Anda di halaman 1dari 32

RUPTUR PERINEUM

DAN EPISIOTOMI

KEPANITERAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN PEREMPUAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
2016
Anatomi
Perineum
 Perineum adalah bagian permukaan
pintu bawah panggul yang terletak
antara vulva dan anus. Panjangnya rata-
rata adalah 4 cm.

 Perineum berperan pada persalinan


karena merupakan bagian luar dari dasar
panggul
Ruptur perineum
 Ruptur perineum adalah robekan yang
terjai pada perineum sewaktu persalinan.
Ruptur perineum
 Ruptur perineum terjadi pada saat kala II
yaitu pada saat bagian terdepan bayi
telah berada di dasar panggul, sehingga
perineum harus mengembang/
merengang.
 Peregangan perineum yang meregang
harus ditahan dengan tangan penolong
persalinan untuk menghindari terjadinya
ruptur perineum.
Ruptur perineum
 Ruptur perineum dapat terjadinya karena
ruptur spontan atau episiotomi.

 Ruptur spontan adalah luka pada


perineum yang terjadi karena sebab-
sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan
perobekan atau disengaja
 Robekan pada perineum umumnya
terjadi pada persalinan dimana :

 Kepala janin terlalu cepat lahir


 Persalinan tidak dipimpin sebagaimana
mestinya
 Sebelumnya pada perineum terdapat
banyak jaringan parut
 Pada persalinan dengan distosia bahu
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian ruptur perineum
• Faktor penolong persalinan
 cara memimpin mengejan’
• Faktor maternal  keterampilan menahan
 Partuspresipitatus perineum
 Mengejan terlalu kuat  Anjuran posisi meneran
 episiotomi
 Perineum yang rapuh dan
edema
 Primipara

 Faktor janin
 Kepala janin dan janin besar
 Presentasi bokong
 Distosia bahu
Pengertian
 Tingkat I : Robekan terjadi hanya pada selaput
lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perineum.
 Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir
vagina dan otot perineum transversalis, tetapi
tidak mengenai otot sfingter ani.
 Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai
dengan otot sfingter ani.
3a : <50% robekan mengenai sfingter ani eksterna
3b : >50% robekan mengenai sfingter ani eksterna
3c : mengenai sfingter ani eksterna dan interna
 Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai
dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum.
Klasifikasi ruptur perineum
 Robekan sekitar klitoris dan uretra dapat
menimbulkan perdarahan hebat dan
mungkin sangat sulit untuk diperbaiki.
 Harus dilakukan penjahitan reparasi dan
hemostasis.
Teknik Jahit Ruptur Perineum
A. Persiapan alat
- Minor set (needle holder, gunting benang, pinset
anatomis, pinset chirurgis, kocher)

- Benang chromic catgut/vicryl 2.0-3.0, benang seide

- Anestesi Lidokain 1%, spuit 10 cc, ukuran jarum 27G

-Bengkok, duk/underpads, ball tampon, kapas dan


air DTT

- Lampu sorot
B. Persiapan pasien
• Posisikan ibu litotomi dan senyaman mungkin
• Menjelaskan pada pasien agar memberitahu
penolong jika selama penjahitan masih nyeri.

C.Persiapan penolongan
• Memberitahu tindakan, tujuan dan meminta
persetujuan
• Mengambil posisi yang nyaman
D.Prosedur tindakan

1) Memakai sarung tangan


2) Pasang duk/underpads dibawah bokong ibu
3) Pastikan derajat robekan perineum
4) Bersihkan daerah perineum dengan kapas dan air DTT
5) Pasang ball tampon (jika perlu)
6) Lakukan anastesi dengan lidocain 1%
7) Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja.
8) Buat jahitan pertama 1cm diatas ujung laserasi
dibagian dalam vagina. Setelah membuat tusukan
pertama, diikat.
9) Tutup mukosa vagina dengan jahitan continous, jahit
kebawah, kearah cincin hymen.
10) Lanjutkan menjahit otot perineum dengan jahitan
continous
11) Ikat benang dengan membuat simpul didalam
vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar
1,5cm. Jika ujung benang dipotong terlalu
pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan
membuka.

12) Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut,


keluarkan ball tampon.
13). Cuci daerah genetalia dengan air DTT

14). Lalu keringkan dan posisikan ibu


dengan nyaman

15). Nasehati ibu:


- Menjaga perineum bersih dan kering
- Hindari obat-obat tradisional
- Kontrol 1 minggu kemudian atau jika
sewaktu-waktu ada keluhan
- Konsumsi gizi seimbang
Episiotomi
 Insisi
dari perinium untuk memudahkan
persalinan dan mencegah ruptur perinii
totalis

 Episiotomi
adalah insisi perinium untuk
memperlebar ruang pada jalan lahir
sehingga memudahkan kelahiran bayi.
TUJUAN EPISIOTOMI
1. Mempercepat persalinan dgn
melebarkan jalan lahir

2. Mengendalikan robekan perineum untuk


memudahkan menjahit

3. Menghidari robekan perineum spontan


Indikasi Episiotomi

 Terjadi gawat janin dan persalinan


mungkin harus diselesaikan dengan
bantuan alat (ekstraksi cunam atau
vakum)
 Adanya penyulit (distosia bahu,
persalinan sungsang)
Fungsi Episiotomi

• Episiotomi membuat luka yang lurus


dengan pinggir yang tajam, sedangkan
ruptura perinii yang spontan bersifat luka
koyak dengan dinding luka bergerigi.
• Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit.
• Mengurangi tekanan kepala bayi.
• Mengurangi kemungkinan terjadinya
ruptura perinium totalis.
Jenis – jenis episiotomi

• Episiotomi Medialis adalah yang dibuat di


garis tengah.

• Episiotomi Mediolateralis dari garis tengah


ke samping menjauhi anus.
Jenis episiotomi Medialis

 Otot yang terpotong


 M. Transversa perinei
 M. Bulbocavernosi
 M. Bulbococcygeal
 M. Iliococcygei
Jenis Mediolateralis

 Pemotongan dimulai dari garis tengah


fossa vestibula vagina ke posterior
ditengah antara spina ischiadica dan
anus. Dilakukan pada ibu yang memiliki
perineum pendek, pernah ruptur grade
3.
Bahaya Jenis Mediolateralis

 Penyembuhan terasa lebih sakit dan lama


 kehilangan darah lebih banyak
 Bekas luka parut kurang baik
 Pelebaran introitus vagina
Keuntungan dan kerugian dari
episiotomi
• Episiotomi Medialis : mudah dijahit, anatomi
maupun fungsionil sembuh dengan baik, nyeri
masa nifas ringan, dapat menjadi ruptur perinii
totalis.

• Episiotomi Mediolateralis : Lebih sulit dalam


penjahitan, anatomi maupun fungsionil
penyembuhan kurang sempurna, nyeri pada hari-
hari pertama nifas, jarang menjadi ruptura perinii.
PROSEDUR EPISIOTOMI
A. PERSIAPAN
PERSIAPAN ALAT:
 Bak instrument steril
 Sepasang sarung tangan steril
 Gunting episiotomi
 Kasa steril
 Spuit 5 ml
 Lidocain 2%
 Aquadest
 Kapas dalam air DTT
B. PROSEDUR TINDAKAN EPISIOTOMI
1)Lakukan antiseptic dengan cara mengusap
perineum

2)Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah)


diantara bagian terendah janin dan perineum,
kemudian lakukan anastesi dengan lidocain
(Lakukan aspirasi sebelum disuntikkan)

3)Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja

4)Gunakan gunting steril/DTT yang tajam


5) Masukkan 2 jari ke dalam vagina diantara
kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak
direnggangkan dan berikan sedikit tekanan ke
arah luar perineum. Posisikan gunting ke arah
sudut yang akan diepisiotomi

6) Gunting perineum 2-3 cm dengan 1-2 kali


gunting yang mantap pada saat kontraksi.
Hindari menggunting sedikit demi sedikit,
karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata
sehingga akan menyulitkan penjahitan dan
waktu penyembuhannya lebih lama.
7)Jika bagian terendah bayi belum lahir lakukan
tekanan pada luka episiotomy dengan dilapisi
kasa untuk mengurangi perdarahan.

9)Kendalikan kelahiran bayi untuk mencegah


perluasan episiotomi

10)Setelah kelahiran bayi dan plasenta, periksa


apakah episiotomi, perineum dan vagina
mengalami perluasan/laserasi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai