rubor
calor
dolor
Functio laesa
Phlebitis vena
Phlebitis superficial dalam atau DVT
(Deep Vein
Thrombophlebitis)
• Phlebitis superficial
– terjadi pada pembuluh darah vena yang berada
langsung di bawah kulit
– Jarang menjadi serius dan penanganannya lebih
mudah
• Phlebitis vena dalam atau DVT (Deep Vein
Thrombophlebitis)
– Biasa terjadi pada tungkai, namun bisa juga
terjadi di lengan.
– Sumbatan thrombus ini dapat lepas dan melayang
di dalam pembuluh darah sampai ke paru-paru
kematian karena terjadi emboli (sumbatan) di
paru-paru
PENYEBAB ATAU
ETIOLOGI
PHLEBITIS
Mechanical
Chemical Phlebitis Bacterial Phlebitis
Phlebitis
(Phlebitis kimia) (Phlebitis Bakteri)
(Phlebitis mekanik)
Chemical Phlebitis
(Phlebitis kimia)
• Respon yang terjadi pada tunika intima vena dengan
bahan kimia yang menyebabkan reaksi peradangan.
Trias virchow:
1) faktor pembuluh darah
2) faktor aliran darah
3) aktivasi koagulasi darah
Faktor Pembuluh Darah
• kerusakan di dinding pembuluh darah bisa
menimbulkan reaksi pembekuan darah yang
berusaha membuat sumbatan supaya darah
tidak keluar banyak dari pembuluh darah.
Kalau hal ini terjadi berlebihan, terjadi
thrombus.
Faktor Aliran Darah
• Paling sering menjadi penyebab thrombosis
vena. Aliran darah yang statis menyebabkan
darah lebih mudah membeku. Yang membuat
aliran statis ini bisa karena kegagalan katup
vena yang pada akhirnya membuat darah
menumpuk di kaki dan menjadi bengkak atau
karena imobilisasi, seperti pada kaki yang
tidak digerakkan.
Aktivasi Koagulasi Darah
• masalah di trombositnya atau di faktor - faktor
pembekuan darahnya.
Gejala Klinis
• 50% Asimptomatik.
• Jika trombosis menyebabkan peradangan
hebat dan penyumbatan aliran darah, otot
betis akan membengkak dan nyeri, terutama
jika berdiri/berjalan, disentuh, eritema dan
hangat.
• Bisa terjadi perubahan warna menjadi coklat
pada kulit, biasanya diatas pergelangan kaki
(menjadi sangat peka).
• menekankan pada kebersihan tangan
• tehnik aseptik
• perawatan daerah infus serta antisepsis kulit.
• Untuk pemilihan larutan antisepsis, CDC
merekomendasikan penggunaan chlorhexedine 2 %,
akan tetapi penggunaan tincture yodium, iodofor atau
alcohol 70 % bisa digunakan.
• Selalu waspada dari tindakan aseptic. Selalu
berprinsip aseptic setiap tindakan yang
memberikan manipulasi pada daerah infus.
Aseptic dressing
• INS merekomendasikan untuk penggunaan
balutan yang transparan sehingga mudah
untuk melakukan pengawasan.
• Penggunaan balutan konvensional masih bisa
dilakukan, tetapi kassa steril harus diganti
tiap 24 jam.
Titrable acidity
• Titratable acidity mengukur jumlah alkali yang
dibutuhkan untuk menetralkan pH larutan
infus. Semakin rendah titrable acidity larutan
infus makin rendah risiko phlebitisnya.