Anda di halaman 1dari 11

ANTIBIOTIK SITOSTIKA

• Antibiotika adalah segolongan senyawa baik


alami maupun sintetik yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses
biokimia di dalam organisme.

• Beberapa antibiotik yang berasal dari jenis


jamur streptomyces juga berkhasiat sitostatis,
disamping kerja antibakterinya. Zat-zat ini
dapat mengikat DNA secara kompleks,
sehingga sintesanya terhenti.
• Doksorubisin : Adriamycin RD, Adriblastina.
Derivat-antrasiklin ini bersama daunorubisin,
diperoleh dari biakan Streptomyces peuticus(1971).
Zat ini menghambat sintesa dari DNA dan RNA,
mungkin melalui daya kerjanya terhadap
topoisomerase II.Lazimnya obat ini digunakan dalam
kombinasi terutama pada leukimia akut dan limfoma
(non)-Hodgkin, juga pada banyak tumor
lainnya,misal kanker ovarium, bronchus dan pada
kanker mamma yang tersebar (kombinas CAF =
cyclofosfamida + adriamycin + fluoruracil).Obat ini
memiliki khasiat imunosupresif. Berhubung plasma
T1/2-nya tinggi, kerjanya lama sekali begitu pula
turunan turunannya. Merupakan salah satu sitostikum
yang paling banyak digunakan.
• Efek samping : sangat kardiotoksis, yakni dapat merusak
otot jantung ( komulatif ) dengan gagal jantung
(dekomfensasi irreversibel ). Sifat ini mungkin diakibat
oleh terbentuknya radikal bebas yang di dalam jantung
tidak diinaktivir karena tidak adanya enzim katalase
dengan khasiat antiksidans. Juga bersifat myelotoksis,
sering rontok rambut total ( reversibel ), mual dan muntah,
amenorroea dan neutropenia selewat.

• Selama terapi biasanya dilakukan monitoring ECG dan


darah. Kemih dapat berwarna merah, juga pada dauno-,
epi-, dan idarubisin, pada mitoxantron urin berwarna biru-
hijau.

• Dosis : Infus i.v 50-75 mg/m2 sehari setiap 3 minggu.


• Daunorubisin ( Daunoblastina) adalah :
derivat dengan khasiat dan efek samping yang
sama(1966). Obat ini terutama digunakan pada
leukimia akut, resistensi-silang dengan
doksorubisin dapat terjadi.

• Dosisnya : 30-60 mg/m2 sehari sebagai infus


cepat selama 3-5 hari setiap 4-6 minggu.
• Epirubisin (FarmorobicinFD ) : adalah
stereoisomer dari doksorubisin dengan
penggunaan sama (1984).Obat ini bersifat
kurang toksis bagi jantung dan sumsum, juga
nausea dan muntah kurang. Efek samping
lainnya pun sama. Tetapi untuk efek yang sama
pada kanker mamma tersebar diperlukan dosis
yang ± 30% lebih tinggi.

• Dosisnya setiap 3 minggu 75-90 mg/m2 infus


i.v
• Idarubisin ( Zavedos ) bersifat lebih lipofil,
maka absorbsinya ke dalam sel lebih baik (
1990). Obat ini terutama digunakan pada
leukimia akut sebagai monoterapi atau terpi
kombinasi

• Dosisnya selama 3 hari infus i.v 12 mg/m2


• Mitoxantron ( Novantrone ) : adalah derivat-
doksorubisin yang kurang toksis (1984), tetapi
aktivitasnya juga lebih ringan. Obat ini terutam
digunakan pada kanker mamma yang tersebar
dan limfoma non-Hodgkin. Tidak ada
resistensi-silang dengan adriamisin.

• Dosis : infus i.v 12mg/m2 setiap 3 minggu.


• Bleomisin: Bleocin, Bleomycin. Obat ini
adalah : campuran dari dua zat yang dihasilkan
oleh streptomyces verticillus (1966). Efektif
sekali untuk kanker testis, kombinasi dengan
vinblastin dan cisplatin dapat menyembuhkan
tuntas sebagian besar dari pasien. Obat ini juga
digunakan pada limfoma Hodgkin dan kanker
lain,khususnya di daerah kepala dan leher.
Efek sitotoksisnya diduga akibat pembentukan
radikal oksigen.
• Efek sampingnya yang paling berat adalah
sifat toksisnya bagi paru-paru( pneumotoksis ),
batuk, radang, dan fibrosis (fatal 1% ).Oleh
karena itu terapi perlu disertai monitoring
fungsi paru. Selain itu sering kali merusak
kulit dan mukosa, juga dapat menimbulkan
reaksi anafilaktis. Tidak bekerja
immunosupresif dan hanya myeolotoksis
ringan.
• Dosis : i.v atau i.m 1x seminggu 5-20 UI/m2.

Anda mungkin juga menyukai