SUBDIT KESEHATAN
Sumber: Rebekah Pinto, World Bank untuk Review Pembelajaran Stakeholders STB M
Nasional 10 -13 Feb 2017
Kementerian Dalam Negeri
DAMPAK STUNTING
berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit,
1 menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
Memperburuk kesenjangan/inequality
Kemiskinan antar-
Mengurangi 10% dari generasi
total pendapatan seumur hidup
Sumber: diolah dari laporan World Bank Investing in Early Years brief, 2016
Kementerian Dalam Negeri
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi
Intervensi paling menentukan pada 1.000Hari Pertama Kehidupan (HPK)
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik
• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
• 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care,
Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD*
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
5
Sumber: Kemenkes dan Bank Dunia (2017)
Kementerian Dalam Negeri
Situasi Stunting Indonesia dan Global
6
Kementerian Dalam Negeri
Situasi Malnutrisi Ibu dan Anak di Indonesia dan Global
Kelompok Negara dengan Kasus Stunting pada Balita, Anemia pada Perempuan Dewasa (WRA/Women of
Reproductive Age), Overweight pada Individu Dewasa
Stunting pada Balita≥ 20%, WRA/Anemia pada Perempuan Dewasa ≥ 20% Overweight pada
Individu Dewasa ≥ 35%
Overlap/
Indikator Total
Jumlah
populasi Negara
Negara
(juta)
Stunting dibawah 5
3 194 Ethiopia, Rwanda, VietNam
Tahun
W R A anemia 3 102 Senegal, Sri Lanka,Thailand
Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, Germany, Mexico, Paraguay, Peru,
Overweight pada
12 873 the former Yugoslav Republic of Macedonia, United States of America,
Orang Dewasa
Uruguay
7
Kementerian Dalam Negeri
Sekitar 37% (9Juta)Anak Mengalami Stunting
Stunting di seluruh wilayah dan lintas kelompok pendapatan
50,0
40,0
2007
30,0
2010
20,0 2013
10,0
-00
Q-1 (poorest) Q-2 Q-3 Q-4 Q-5 (richest)
Sumber: Estimasi dari RISKESDAS (tingkat stunting) dan proyeksi populasi BPS
8
Tingkat Penurunan Angka Prevalensi Stunting Tahun 2013 - 2018, menurut Provinsi di Indonesia
60
51.7
50 48
44.7 45.2 44.2
42.6 42.6 42.5 42.6 41.8 41.5
41.1 41 41.3 40.6 40.9
39.7 39.2 40.1
37.9 38.9 38.6
40 36.8 37.2 36.7 36.7 37.3
34.8 34.2
35.6 35.3 35.8
33.7 33.2 32.6 34.1 33.5
% PREVALENSI STUNTING
w eh
er Bal i
T e er a a
lim an r
Se g
Su gara rat
Ba tan an
Ke wa at
DO u
Su wa rta
M o
La rat
w n ten
an Pa i
gy at
a
i T ur
Ka n ta Riau
a
ur
Su Ba A
n
uk arta
Go a h
n rat
Ka esi gah
m Be t
lim ar lu
Te en ra
a
b
Su k a ara
Ka ulau imu
er i tu n
i T un
sa at tar
ar
ar
ta
DK tar
al
w Ria
ta
ga
SI
IN aluk
ta pu
Ka ngg gku
Yo a r
m
Ja Bar
w Ti m
a
an Ti m
an lat
c
ng
Ba
Ja ak a
ba
nt
la
Ut
NE
gg
Ut
la
A
p
n
en
Nu u m si U
DI si B
an a B
a
M Jak
U
T
m
la Te
lim Se
Se
Te
J
ro
l
a
a
-10
a
n
lim n
pu
ta
e
I
a
n
B
es
Ja
ta
at
Pa
al
es
la
w
la
ng
a
ng
at
m
p
la
Su
w
Su
lim
la
S
sa
Su
Ka
Nu
9
Wake up young generation….
.
.
Universal Access
.
.
.
.
Badan Pusat Statistik telah merilis survei Indeks Kebahagiaan Penduduk Indonesia tahun 2017. Indeks Kebahagiaan Indonesia
tahun 2017 merupakan indeks komposit yang disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan
(Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia).
Anak Indonesia Hebat
.
17
Kerangka Penyebab Stunting dan Strategi Pemerintah
Kerangka Konseptual Penurunan Stunting Terintegrasi
Enabling Factor
Advokasi, JKN, NIK, Akta Kelahiran, Dana Desa, Dana Insentif Daerah, Keamanan dan Ketahanan Pangan
Kerangka Penanganan Stunting
2
kegiatan pembangunan diluar sektor
Sensitif
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat
(berkontribusi 70 %)
umum, tidak khusus untuk 1.000 HPK.
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5
Kampanye
Nasional Berfokus Konvergensi,
Mendorong
Komitmen dan pada pemahaman, Koordinasi, dan
Kebijakan Pemantauan
Visi Pimpinan perubahan Konsolidasi Program
“Nutritional dan Evaluasi
Tertinggi Negara perilaku, komitmen Nasional, Daerah,
Food Security”
politik dan dan Masyarakat
akuntabilitas
PEMEGANG KEKUASAAN
PEMERINTAHAN – PSL 4 (1)
UUD 1945
22
Surat Kemendagri kepada Gubernur dan Bupati/Walikota terkait Binwas
Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting
23
8 Aksi Konvergensi/Integrasi
Penurunan Stunting Bagi Kabupaten/Kota
PERAN DITJEN BANGDA
Aksi #1 ANALISA SITUASI BERDASARKAN PILAR 3
Aksi#2 RENCANA KEGIATAN STRANAS
Aksi#3 REMBUK STUNTING 1. Ditjen Bina Bangda memiliki peran
Aksi #4 khusus dalam memperkuat
kapasitas Pemerintah Provinsi dan
PERBUP / PERWALI
Pemerintah Kabupaten/Kota
TENTANG PERAN DESA
dalam mewujudkan konvergensi
Aksi #5 intervensi gizi prioritas bagi
KADER PEMBANGUNAN Rumah Tangga 1000 HPK di lokasi-
MANUSIA (KPM) lokasi prioritas
Aksi #6 MANAJEMEN DATA 2. Binwas Provinsi pada Periode
Transisi (hingga April 2019)
Aksi#7
menyasar pelaksanaan aksi terkait
PENGUKURAN & PUBLIKASI proses perencanaan dan
Aksi #8 penganggaran
REVIU KINERJA TAHUNAN (Aksi-1 hingga Aksi-4) oleh
kab/kota
Memastikan Kab/Kota Melakukan Kegiatan sesuai Tahapan Aksi
Jadual Reguler Tahapan Hasil Antara
Bulan Penanggung Jawab
Perencanaan-Penganggaran Percepatan Penurunan Stunting Tahapan Percepatan Penurunan Stunting
Musrenbang desa Pengorganisasian Sekda atau Bappeda Aksi # 1 dan 2 :
Januari Musrenbang kecamatan ü Mengetahui sebaran angka stunting, gap intervensi, dan kendala
Rancangan awal RKPD Aksi#1 : Analisis Situasi Program Bappeda (PIC) dan OPD penyampaian intervensi, prioritas perbaikan untuk anggaran dan
penyampaian layanan;
Pagu anggaran indikatif Aksi#2 : Penyusunan Rencana Kegiatan ü Melakukan langkah-langkah perbaikan perencanaan, penganggaran
Sekda dan Bappeda (PIC)
Februari Rancangan renja OPD dan penyampaian layanan.
dan OPD
Forum OPD/ Lintas PD Aksi#3 : Rembuk Stunting
Rancangan RKPD
Maret Bappeda (PIC) dan OPD Aksi # 3, 4, dan 5 :
Musrenbang Kabupaten/ Kota
ü Setiap tk. Pemerintahan paham tupoksi dalam penanganan stunting
Aksi # 8 :
November Pembahasan APBD dengan DPRD
ü Pemda melakukan review kinerja secara regular
ü OPD melaporkan kegiatan intervensi dan tindak lanut perbaikannya
Desember Penetapan APBD ü OPD melaporkan indikator terkait stunting dibandingkan baseline,
dan identifikasi kendala indicator yang lambat kemajuannya
Aksi#8 : Reviu Kinerja Sekda dan Bappeda (PIC) ü Pemda mengidentifikasi perbaikan alokasi anggaran berdasarkan
5
Februari T+1
dan OPD reviu kinerja
Aksi 1 : Analisa Situasi
1. Analisis sebaran stunting
2. Analisis ketersedian program/kegiatan, cakupan layanan
Ruang lingkup
3. Analisis permasalahan dalam menargetkan layanan pada 1000HPK
4. Analisis kendala rumah tangga 1000HPK mengakes layanan
5. Analisis kondisi koordinasi antar institusi
1. Prioritas alokasi sumber daya dan lokasi prioritas intervensi pencegahan stunting tahun berikutnya
OUTPUT 2. Rekomendasi kebutuhan program/kegiatan baik melalui realokasi dan atau penambahan alokasi program.
3. Rekomendasi tindakan perbaikan penyampaian layanan yang perlu diprioritaskan untuk memastikan rumah tangga 1.000 HPK mengakses
layanan.
4. Rekomendasi kebutuhan kegiatan untuk penguatan koordinasi, baik koordinasi antar OPD dalam hal sinkronisasi program/kegiatan maupun
koordinasi antara kabupaten/kota dan desa dgn dukungan Kecamatan
BAPPEDA membentuk Tim Pelaksana Analisis Situasi yang melibatkan OPD-OPD yang bertanggung jawab dalam penyediaan intervensi gizi
Penanggungjawab
spesifik dan sensitif.
1. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh bupati, perwakilan DPRD, kepala
OUTPUT desa, pimpinan OPD dan perwakilan sektor nonpemerintah dan masyarakat.
2. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati oleh
lintas sektor untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD tahun berikutnya
Peraturan Bupati/Walikota terkait peran desa dalam penurunan stunting terintegrasi dapat meliputi hal-hal berikut:
1. Kewenangan desa dalam menentukan prioritas alokasi pendanaan dalam APBDes
2. Peran kecamatan dalam mendukung pemerintah desa
3. Koordinasi pemerintah desa dengan OPD terkait dan fasilitator atau pendamping program
4. Peran kelembagaan masyarakat (Posyandu, PAUD, PKK, lainnya)
5. Dukungan untuk mobilisasi dan penyediaan insentif bagi kader pembangunan manusia
6. Dukungan untuk kampanye publik dan komunikasi perubahan perilaku di tingkat desa
Aksi 5 : Pembinaan Kader
Pembangunan Manusia (KPM)
1. Tugas KPM dalam integrasi penurunan stunting di tingkat desa
2. Sumber daya dan operasional Pembiayaan KPM
Ruang lingkup 3. Sistem insentif berbasis peningkatan kinerja KPM
4. Kinerja KPM dengan Dinas Layanan (OPD) terkait upaya penurunan
stunting
Penanggungjawab BPMD ATAU SEBUTAN LAIN BERKOORDINASI DENGAN KEPALA DESA, KELURAHAN
DAN KECAMATAN
Tahapan yang dilakukan dalam pembinaan kader pembangunan manusia (KPM) meliputi:
1. Memahami tugas KPM
BPMD atau OPD yang bertanggung jawab terhadap urusan pemberdayaan masyarakat dan desa melakukan sosialisasi
tentang peran dan tangggung jawab KPM dalam rangka integrasi penurunan stunting tingkat desa kepada OPD terkait di
kabupaten/kota.
2. Mengidentifikasi ketersediaan sumber daya dan pembiayaan KPM
3. Mengembangkan dukungan sistem untuk mengoptimalkan kinerja KPM
4. Mensinergikan kinerja KPM dengan program OPD
Aksi 6 : Sistem Manajemen Data
Semua kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan data, pengumpulan data
Ruang lingkup hingga pemanfaatan data, untuk memastikan adanya informasi yang akurat
dan mutakhir
OUTPUT Data tersedia dan mudah akses untuk pengelolaan program penurunan
stunting, kebutuhan data dalam Aksi Integrasi lainnya terpenuhi
Penanggungjawab Bappeda
Apabila diperlukan, Bappeda juga dapat mendorong pengembangan dashboard sistem manajemen data
terpadu di tingkat kabupaten/kota untuk memudahkan indikator capaian dan kinerja dari setiap OPD
yang terlibat dalam program penurunan stunting.
Aksi 7 : Pengukuran dan Publikasi Stunting
• Memantau kemajuan pada tingkat individu.
• Mengembangkan program/kegiatan yang sesuai untuk peningkatan kesadaran dan partisipasi keluarga,
Ruang lingkup pengasuh, dan masyarakat untuk menjaga pertumbuhan anak balita yang optimal.
• Menyediakan upaya tindak lanjut terintegrasi dan konseling dalam rangka komunikasi perubahan perilaku
• Peningkatan efektivitas penentuan target layanan dan pengalokasian sumber daya.
• Pemecahan masalah dan memantu proses perencanaan di level desa hingga kabupaten/kota.
• Advokasi kepada unit-unit terkait di pemerintah daerah untuk integrasi program.
ADAPUN OPSI PLATFORM YANG DAPAT DIGUNAKAN KABUPATEN/KOTA DALAM PELAKSANAAN PENGUKURAN TERSEBUT ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Posyandu
Idealnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak pada kegiatan Posyandu dilakukan rutin setiap bulan sekali oleh tenaga kesehatan
dibantu oleh KPM dan kader Posyandu
2. Bulan Penimbangan Balita dan Pemberian Vitamin A
Kegiatan pengukuran panjang/tinggi badan dapat dilakukan bersamaan dengan bulan penimbangan balita dan pemberian Vitamin A yang dilakukan
dua kali dalam setahun (bulan Februari dan Agustus). Oleh tenaga kesehatan dibantu oleh KPM dan kader Posyandu
3. Survei gizi kabupaten/kota
Kabupaten/kota disarankan untuk menggabungkan data gizi yang berasal dari fasilitas kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, posyandu) by name by
address,
Aksi 8 : Reviu Kinerja Tahunan
1. Pelaksanaan 8 (delapan) Aksi Integrasi kabupaten/kota
Ruang lingkup 2. Realisasi rencana kegiatan penurunan stunting tahunan daerah.
3. Pelaksanaan anggaran program dan kegiatan intervensi stunting.
• Kinerja program/kegiatan penurunan stunting dalam hal realisasi output ( target kinerja cakupan
intervensi gizi spesifik dan sensitif),
• Realisasi rencana kegiatan penurunan stunting.
OUTPUT • Realisasi anggaran program/kegiatan penurunan stunting
• Faktor-faktor penghambat pencapaian kinerja dan identifikasi alternatif solusi.
• Perkembangan capaian outcome (angka prevalensi stunting).
• Rekomendasi perbaikan
Penanggungjawab Sekretaris Daerah bertanggung jawab untuk memimpin dan mensupervisi proses dan hasil reviu. Bappeda
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan penyiapan materi reviu
BO KB
Sasaran Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam
Pelaksanaan Aksi Konvergensi/Integrasi
(a) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Provinsi dalam melakukan pembinaan, pemantauan
dan evaluasi kepada pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Aksi
Konvergensi
(b) Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota dalam:
• Merancang, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi implementasi Aksi Konvergensi
• Membina dan memperkuat koordinasi dengan kecamatan dan desa dalam rangka penyelarasan
pelaksanaan pelayanan intervensi gizi prioritas termasuk pemanfaatan Dana Desa
• Meningkatkan kualitas system data untuk membantu peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya
kabupaten
(c) Memperkuat kapasitas pemerintah provinsi dalam melakukan penilaian kinerja untuk
konvergensi program di Kabupaten/Kota, dan
(d) Memfasilitasi pembelajaran praktik yang baik antar kabupaten
Peran Provinsi dalam Pencegahan Stunting
1. Menyiapkan kebijakan berkaitan dengan pencegahan stunting
2. Membentuk atau memanfaatkan tim koordinasi yang sudah ada untuk pencegahan
stunting
3. Kampanye dan promosi pencegahan stunting dengan pendekatan behavior change
communication (BCC)
4. Mengalokasikan anggaran APBD Provinsi dan sumber dana lainnya yang sah untuk
program dan kegiatan pencegahan stunting kab/kota
5. Penguatan kapasitas sumberdaya provinsi dan kabupaten/kota
6. Stakeholder learning review pembelajaran antar kabupaten/kota
7. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan 8 Aksi penurunan stunting terintegrasi
di kab/kota
8. Penilaian kinerja kab/kota dalam pencapaian aksi konvergensi pencegahan stunting
9. Menyiapkan sistem reward terhadap pencapaian kinerja kabupaten/kota dalam
pencegahan stunting
Peran Provinsi dalam Pembinaan dan Pengawasan Kinerja
Kabupaten/Kota
Ukuran keberhasilan
• Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan seluruh aksi integrasi
• Tingkat realisasi program/kegiatan intervensi gizi terintegrasi di tingkat
kabupaten/kota
• Kenaikan cakupan intervensi gizi
• Kenaikan cakupan Rumah Tangga 1000 HPK yang mengakses intervensi gizi secara
simultan
2.264
38
PEMANTAUAN 8 AKSI PROVINSI JAWA TIMUR
39
PENETAPAN LOKASI PRIORITAS UNTUK
INTERVENSI GIZI SENSITIF
40
PELAKSANAAN 8 AKSI KONVERGENSI AKAN DILAKSANAKAN PENILAIAN KINERJA
• Merupakan proses penilaian 1. Aspek kinerja apa saja yang sudah baik 1. Definisi dan Tujuan
kemajuan kinerja kabupaten/kota atau yang masih perlu ditingkatkan
Penilaian Kinerja
dalam melakukan upaya untuk dari setiap kab/kota 2. Pendekatan Penilaian
memperbaiki dan melaksanakan Kinerja
2. Perbandingan kinerja kab/kota dalam 3. Ruang Lingkup Penilaian
konvergensi intervensi gizi (spesifik
dan sensitif)
wilayah provinsi Kinerja
3. Pembelajaran yang dapat 4. Indikator Penilaian
• Upaya dimaksud dilakukan melalui Kinerja
pelaksanaan 8 (delapan) aksi dimanfaatkan kab/kota dari kab/kota
lain dalam wilayah provinsi (peer 5. Hasil Penilaian Kinerja
integrasi dalam perencanaan,
penganggaran, implementasi, learning) untuk meningkatkan kualitas 6. Tahapan Pelaksanaan
pemantauan, dan evaluasi dan hasil pelaksanaan 8 aksi integrasi. 7. Tindak Lanjut Hasil
program/kegiatan
Penilaian Kinerja
PENDEKATAN
PENILAIAN
KINERJA
Menilai hasil kinerja 4 aksi integrasi menilai hasil kinerja 4 aksi integrasi menilai peningkatan
yang terkait dengan perbaikan yang berkaitan dengan konvergensi/integrasi intervensi
perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan, pemantauan, dan gizi (spesifik dan sensitif). Kinerja
pemberian dukungan kepada desa evaluasi pada tahun pertama dan 4 ini diukur melalui skor indeks
aksi integrasi yang terkait khusus penanganan stunting
perencanaan, penganggaran, dan yang dihitung secara independen
pemberian dukungan kepada desa oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
pada tahun kedua
PENANGGUNG JAWAB DAN
WAKTU PELAKSANAAN PENILAIAN KINERJA
PENANGGUNG JAWAB:
Penilaian kinerja dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan hasilnya
dikonsolidasikan oleh Bangda.
WAKTU PELAKSANAAN:
Pelaksanaannya setiap Juli s.d Agustus
• Penilaian ini untuk menentukan kab/kota yang mendapat penghargaan untuk kategori
kabupaten/kota:
Paling inspiratif; mampu menstimulasi gagasan untuk mengembangkan
cara/kegiatan/kebijakan yang lebih kreatif/inovatif
Paling replikatif; dapat direplikasi oleh kab/kota lain, baik parsial maupun menyeluruh
Paling inovatif; menunjukkan cara-cara baru (belum ada sebelumnya) atau
pembaharuan/modifikasi dari cara/praktik yang telah dilakukan sebelumnya
• Kab/kota yang menjadi peserta penilaian maupun yang menjadi peserta undangan
memberikan penilaian.
• Kabupaten/kota yang unggul pada kategori tersebut berdasarkan hasil pemilihan/dukungan
terbanyak yang disertai dengan alasan mengapa memilih
TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN KINERJA
Provinsi
• Gubernur menyampaikan rapor penilaian setiap kab/kota kepada
bupati/walikota masing-masing.
• Rapor penilaian diberikan dalam bentuk matriks kinerja kabupaten/kota
beserta rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan.
• Menyusun /memperbaharui rencana pendampingan, termasuk
pemantauan tindak lanjut rekomendasi oleh kabupaten/kota.
• Melaporkan hasil penilaian kinerja kepada Ditjen Bina Bangda
Lanjutan...
Kab/Kota
• Kabupaten/kota memiliki kewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi yang
diberikan.
• Pelaksanaan tindak lanjut ini akan dipantau secara berkala oleh provinsi
Ditjen Bina Bangda
• Melakukan dan menyampaikan hasil verifikasi laporan pelaksanaan penilaian
kinerja yang disampaikan oleh provinsi.
• Mempublikasikan hasil penilaian kinerja.
• Memberikan penghargaan kepada provinsi berdasarkan kinerja melakukan
pembinaan kabupaten/kota
HASIL PENILAIAN
KINERJA
TAHAPAN PELAKSANAAN • Menunjuk panelis tim penilai kinerja
• Briefing dan pelatihan proses penilaian kinerja
1 Persiapan Tim Provinsi • Menentukan daerah yang dinilai dan yang diundang 4 minggu sebelum
• Menyusun jadwal pelaksanaan pelaksanaan
Mengirim surat pemberitahuan dan Paling lambat 2 minggu
2 Pengumuman Pelaksanaan undangan kepada kab/kota sebelum jadwal pelaksanaan
2 KAB. LAMONGAN
3 KAB. KEDIRI
4 KAB. MALANG
5 KAB. PROBOLINGGO
5 KAB. SAMPANG
7 KAB. SUMENEP
7 KAB. BONDOWOSO
9 KAB. NGANJUK
10 KAB. PAMEKASAN
11 KAB. BANGKALAN
12 KAB. JEMBER
CONTOH DATA AKSI 1 KABUPATEN BARITO TIMUR “ ANALISISI DATA STUNTING PER DESA”
Balita dengan
Balita dengan
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA Jumlah Balita status "Sangat TOTAL %
status "Pendek"
Pendek"
1 2 3 4 5 6 7 8=(6+7) 9=(8/5)
1 Dusun Timur Tamiang Layang Sumur 32 16 11 27.00 84.38
2 Dusun Timur Tamiang Layang Harara 9 1 3 4.00 44.44
3 Patangkep Tutui Bentot Mawani 19 0 8 8.00 42.11
4 Dusun Timur Tamiang Layang Didi 43 8 10 18.00 41.86
5 Paku Tampa Runggu Raya 38 0 15 15.00 39.47
6 Paku Tampa Tampa 50 0 19 19.00 38.00
7 Paku Tampa Gandrung 32 0 12 12.00 37.50
8 Patangkep Tutui Bentot Betang Nalong 28 0 10 10.00 35.71
9 Paku Tampa Luaw Jawuk 46 0 15 15.00 32.61
10 Patangkep Tutui Bentot Jango 32 0 10 10.00 31.25
11 Paju Epat Telang Siong Maipe 13 1 3 4.00 30.77
12 Dusun Timur Tamiang Layang Pulau Patai 27 1 7 8.00 29.63
13 Patangkep Tutui Bentot Kambitin 41 0 12 12.00 29.27
14 Dusun Timur Tamiang Layang Sarapat 56 6 10 16.00 28.57
15 RAREN BATUAH UNSUM LENGGANG 42 0 12 12.00 28.57
16 Patangkep Tutui Bentot Kotam 50 0 13 13.00 26.00
17 Paku Tampa Kupang Baru 31 0 8 8.00 25.81
53
CONTOH DATA AKSI 2 KABUPATEN BARITO TIMUR “ RENCANA KEGIATAN” MAPPING
PROGRAM DAN KEGIATAN YANG TERKAIT DGN INTERVENSI GIZI LINTAS PERANGKAT DAERAH
TAGGING KEGIATAN BERUPA PROGRAM DAN KEGIATAN YG TERKAIT INTERVENSI GIZI SPESIFIK DAN SENSITIF YANG
BERDAMPAK JANGKA PENDEK MAUPUPUN JANGKA PANJANG DALAM UPAYA KP2S
54
Alokasi Anggaran Fungsi Kesehatan Terhadap Total Belanja
APBD Provinsi TA 2019
triliun rupiah
9.62
4.30
3.86
2.52
1.83
1.28
1.12
1.11
0.95
0.93
0.81
0.81
0.79
0.73
0.73
0.64
0.60
0.57
0.55
0.50
0.45
0.44
0.42
0.42
0.39
0.38
0.35
0.34
0.30
0.26
0.24
0.20
0.18
0.17
a r t h h a r u n n li t a g n B a t t h i u T h u u a n a g a a t o
k art Timu Bara nga Ace apu Timu . Ria elata elata v. Ba Bara Utar pun ante . NT Utar Bara Bara nga Jamb aluk . NT nga gkul Ria kart elata ggar litun Utar Utar Bara ontal
J a a a T e v. . P n v S i v e v e n
S Pro tera es Lam v. B ro era pua tan n T ov. v. M ro si T Be ua ogy a S Ten B uku tan es Gor n a e i
KI Jaw Jaw awa Pro Prov anta Pro esi tan w . o P at Pa an nta Pr ro P e v. ula Y ter si a l n w
ov D
. ov. ov . J .
l i m l aw an uma Sula Prov Pr u m v. li m a P l aw ro ep
P D . I. ma we angk . Ma lima Sula rov.
Pr Pr Pr Prov . Ka v
u
. S . Kali
m
ov. S rov. o
a
v. S Pro v. K Kali
m
v.S
u
o
a v a
v. K rov. v. Su . Sul ov. B Pro v. K rov.
P
v o r P r o . o r P ro rov P r o P
Pro Pr Prov P P
Anggaran Fungsi
Pr Prov Kesehatan Pr P P P Pr
rata-rata 10,89%
Sumber Data:
KepMen Evaluasi APBD Induk TA 2019, Ditjen Bina Keuangan Daerah 55
CONTOH DATA AKSI 3 KABUPATEN BARITO TIMUR “ REMBUK STUNTING” DILAKSANAKAN
MELIBATKAN LINTAS PERANGKAT DAERAH, MULTISEKTOR, DAN PERANGKAT DESA.
MELAHIRKAN KOMITMEN SELURUH PEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK MENJALANKAN
PROGRAM DAN KEGIATAN DALAM UPAYA KP2S
56
CONTOH DATA AKSI 4 PERBUP/PERWALI TENTANG PERAN DESA DALAM UPAYA KP2S
PENYUSUNAN PERBUP/PERWALI MENYESUAIKAN PERMENDES NOMOR 16 TAHUN 2018
MENGENAI PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA UNTUK PERENCANAAN 2019
57
PELAKSANAAN AKSI 5 S.D. 8 DALAM PROGRESS PELAKSANAAN OLEH DAERAH YANG DITETAPKAN SEBAGAI DAERAH INTERVENSI
TERINTEGRASI TAHUN 2018 DAN 2019
PENILAIAN KINERJA PADA BULAN AGUSTUS 2019 DILAKSANAKAN TERHADAP PELAKSANAAN AKSI 1 S.D. AKSI 4
DAN KEMENDAGRI AKAN MELAKSANAKAN WORKSHOP DAN PELATIHAN TERHADAP PELAKSANAAN AKSI 5 S.D.
8 PADA BULAN AGUSTUS SERTA WORKSHOP PELATIHAN BAGI PANELIS PROVINSI PADA TGL 25 S.D. 27 JULI
2019 DI BALI MENGUNDANG PERWAKILAN BAPPEDA DAN DINKES PROVINSI