Anda di halaman 1dari 9

Siapakah Jess?

0 Menyelesaikan program doktoral di Melbourne


University, Australia 2014
0 Saat ini Jess Melvin adalah peneliti di South Asia
Center di Sidney setelah sebelumnya mendapatkan
beasiswa postdoctoral Studi Genosida di Yale
University, Amerika Serikat
0 Datang pertama kali di Aceh sebagai mahasiswa tahun
kedua yg belum lulus, enam minggu setelah tsunami
Aceh 24 Desember 2004
Apa subjek awal
penelitian Jess?
0 Jess meneliti perkembangan konflik Aceh yang semakin memburuk pada
tahun 2003. Tentara membentuk milisi sipil untuk melakukan patroli “jaga
malam”. Siapapun yang diduga bagian dari GAM dan aktivis demokrasi yg
terlibat demonstrasi besar menuntut referendum pada tahun 1999, adalah
sasarannya. Strategi ini adalah strategi yang sama yang pernah dilakukan
tentara pada tahun 1965-1966
0 Di kampung-kampung tentara dan milisi melakukan ronda untuk
menemukan orang-orang yg dikaitkan dengan GAM. Di kota-kota, tentara
menangkapi aktivis pro-demokrasi, menahan, menginterogasi, dan
menyiksa. Banyak, aktivis yang “hilang” pada saat itu, hingga ditemukan
bangkainya beberapa lama kemudian.
0 Naluri Jess untuk melakukan wawancara terhadap korban konflik Aceh
mengantarkan dia pada kesaksian-kesaksian korban peristiwa 1965, pelaku-
pelaku pembunuhan dan persekusi hingga kelanjutan hidup para penyintas.
Semua itu dia lakukan saat menjadi relawan distribusi bantuan tsunami
bersama LSM lokal
Tsunami, faktor pemaksa
berhentinya konflik Aceh
0 Jess menyaksikan bahkan setelah tsunami, tentara masih
melakukan operasi terhadap GAM, di malam hari masih
terdengar tembakan, tank-tank dan kendaraan tempur
berkeliaran di kota
0 Dampak bencana yg begitu besar, memaksa penanganan
bencana berada pada situasi bencana nasional, yg artinya
Aceh harus terbuka terhadap bantuan dari pihak
internasional. Konskwensinya konflik harus berakhir.
0 Saat pintu gerbang Aceh terbuka utk dunia internasional,
muncul kebutuhan untuk melakukan digitalisasi dokumen
dan arsip sejarah pemerintah daerah Aceh. Proses
digitalisasi dilakukan salah satunya oleh KITLV
Kronologi
penemuan dokumen
0 Jess melakukan tiga kali penelitian lapangan
 Awal 2009
 Akhir 2010 hingga awal 2011
 Pertengahan 2011 hingga awal 2012
o Jess bisa bertemu dengan bekas anggota PKI, kerabat
korban yg terbunuh, bekas tentara, pegawai sipil, bekas
anggota milisi dan pelaku pembantaian. Jess juga menemui
saksi-saksi kunci lain yang bisa mengingat peristiwa 1965
o 70 wawancara berhasil dilakukan Jess yang dia peroleh
dari Banda Aceh, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah,
Aceh Barat, Aceh Selatan, Medan, Sumatera Barat, Jakarta,
dan Hongkong
lanjutan1, kronologi
penemuan dokumen
0 Metode wawancara yg dia lakukan adalah metode referal, dari satu wawancara dia
menemukan petunjuk yang akan mengantarkan wawancara target berikutnya
0 Para korban 65 dan keluarganya hingga saat wawancara berlangsung masih merasakan
trauma dan ketakutan walaupun sudah hampir setengah abad peristiwa berlangsung.
Sebaliknya para pelaku pembantaian malah bangga dan merasa sebagai pahlawan
nasional
0 Karena tsunami, arsip-arsip koran di Aceh sebelum 2004 kebanyakan sudah musnah.
Kebanyakan arsip itu berada di harian Serambi Mekkah yang tersapu kantornya.
0 Jess beruntung bisa menemukan koleksi perpustakaan Ali Hasymi, gubernur Aceh
1957-1964
0 BPS Aceh, Perpustakaan Provinsi, Pusat Informasi dan Dokumentasi Aceh, adalah
sumber2 resmi lainnya. Dari kalangan masyarakat sipil dia mendapatkan dokumen dari
LBH Aceh, Tikar Pandan, ICAOS, Aceh Institute, dan koleksi perpustakaan Isa Sulaiman
0 Salah satu hambatan Jess adalah saat harian tertua Waspada, yg terbit di Medan
mengatakan bahwa arsip Waspada pada periode itu mereka katakan hilang secara
misterius
lanjutan2, kronologi
penemuan dokumen
0 Terobosan besar didapat Jess setelah dia mendapatkan salinan dokumen digital dari
Douglas Kammen, peneliti Indonesianis dari Nastional University of Singapore.
0 Dokumen itu berjudul “Laporan Tahunan Lengkap untuk Kodam-I/Kohanda Atjeh
1965” yg ditandatangi oleh Komandan Militer Aceh Ishak Djuarsa 1-10-1964 sd 1-4-
1967. Dokumen itu berjumlah 250 halaman dengan 89 halaman di dalamnya
menggambarkan secara detil operasi penumpasan PKI.
0 Dokumen ini dilengkapi lampiran “peta kematian” yang mencatat oknum PKI yang mati
dilengkapi dengan diagram alur menunjukkan berbagai tingkat penumpasan di
beberapa wilayah.
0 Lampiran lain berisi tabel-tabel organisasi militer yang menjelaskan jalur komando
militer penumpasan dari tingkat provinsi hingga tingkat desa. Dalam tabel-tabel ini
dilengkapi dengan jumlah tentara yang dikerahkan beserta milisi-milisi yg terlibat
penumpasan.
0 Lampiran selanjutnya adalah 21 lembar kronologi jam-per-jam peristiwa G 30 S di Aceh
dari 1 Oktober hingga 22 Desember

0
lanjutan3, kronologi
penemuan dokumen
0 Dokumen Douglas Kammen membuat Jess yakin bahwa dia bisa menuliskan kronologi
peristiwa 1965 berdasarkan catatan tentara sendiri. Bahan ini menjadi referensi dalam
melakukan wawancara lanjutan atas berbagai kesaksian.
0 Douglas Kammen memperoleh kopi digital dokumen itu saat ada program digitalisasi
arsip Pemerintah Daerah Aceh dalam masa rekoveri aceh yang dibantu oleh KITLV.
0 Terobosan kedua didapatkan Jess di akhir 2010 saat dia pergi ke Perpustakaan dan
Arsip Daerah Aceh yang berada di bekas kantor Badan Intelijen Aceh di Banda Aceh.
0 Jess berhasil mendapati 17 bendel arsip berdasarkan judul-judul yang dia inginkan.
0 Di antaranya ada yang berjudul Catatan Rapat Khusus Pemerintah Daerah Aceh 11
Oktober 1965, laporan dariBupati Aceh Utara, T. Ramli Angkasah, hingga catatan bekas
pegawai sipil yang terlibat G30S
0 Jess mengira hanya beberapa ratus berkas yang dia peroleh ternyata yang dia dapat
justru 3000 lembar kopian dokumen dalam kardus besar.
0 Satu kardus besar dokumen bersama dengan dokumen Douglas Kammen hingga saat ini
adalahkumentasi paling detil yang pernah didapatkan tentang peristiwa 1965.
Yang didapat dalam dokumen
0 Kronologi dan keabsahan sumber dokumentasi adalah bukti-
bukti sangat kuat tentang adanya Genosida
0 Dokumen menunjukkan alur komando tentara dan keaktifannya
dalam proses Genosida
0 Dokumen memperlihatkan perintah dari komandan di Banda
Aceh yang memulai proses pembantaian. Pembentukan milisi
sipil penumpasan dan front pembela pancasila di Aceh Timur
juga tercatat beserta kelengkapan dan logistik yang diperlukan
0 Dokumen juga mencatat kampanye Anti Cina yang dilakukan
pada bulan April 1966 yang mencatat aksi sistematik
pembunuhan rasial.
0 Dari dokumen-dokumen di atas digabung dengan temuan
wawancara buku Jess Melvin disusun.

Anda mungkin juga menyukai