Emulsi Injeksi - Kelompok 2 - 4fa1
Emulsi Injeksi - Kelompok 2 - 4fa1
Pengertian
Sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan secara perenteral, suntikan
dengan cara menembus, atau merobek jaringan kedalam
atau melalui kulit atau selaput lendir.
Emulsi adalah campuran partikel yang saling tak campur
dimana terdapat fase terdispersi dan pendispersi.
Pembagian Kelas Steril
Pembagian kelas steril khusus emulsi menurut CPOB tahun 2018 unt
uk PEMBUATAN dan PENGISIAN salep, krim, suspensi, emulsi umum
nya harus dilakukan di ruangan kelas A sebelum disterilisasi akhir
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Harus stabil pada autoklaf, karena suhu meningkat dapat
menyebabkan pecahnya emulsi sehingga harus memilih emulgator
yang stabil contohnya gelatin, dekstran, metilselulosa dan lesitin
Fase minyak yang paling banyak digunakan adalah minyak ikan, minyak kacang,
minyak zaitun, minyak kapas dan minyak kedelai
Emulsifiers
- Lesitin
- Polisorbat 80
- Serum albumin
Antioksidan
α tokoferol, asam askorbat
Antimikroba
Natrium benzoat dan benzil alkohol
Semua formulasi emulsi parenteral minyak dalam air , dengan minyak sebagai fase internal
terdispersi sebagai tetesan halus dalam fase air.
Emulsifier, biasanya telur atau lesitin kedelai, diperlukan untuk menurunkan tegangan antar muka
dan mencegah flokulasi dan percampuran dari fase minyak terdispersi.
Energi mekanik dalam bentuk homogenisasi, diperlukan untuk memcampur fase minyak ke tetesan
dari ukuran yang cocok. Untuk administrasi IV, ukuran tetesan harus di bawah 1 mm untuk
menghindari potensi pembentukan emboli.
Penggunaan Emulsi
Emulsi untuk injeksi intravena
Emulsi parenteral telah diselidiki untuk penggunaan makanan
dan minyak obat untuk hewan dan manusia. Penggunaan emulsi
parenteral meminta perhatian khusus selama produksi seperti
pemilihan emulgator ukuran dan kesamaan butiran tetes pada
penggunaan intravena.
Penggunaan emulsi untuk parenteral dibutuhkan perhatian khusus
dalam produksi seperti pemilihan emulgator, ukuran kesamaan
butir tetes untuk injeksi intravena.
Keuntungan sediaan
Terhindar dari perusakan obat atau inaktivasi dalam saluran
gastrointestinal
Dapat digunakan bila obat sedikit diabsorbsi dalam saluran
gastrointestinal sehingga obat tidak cukup untuk menimbulkan
respon
Bila dikehendaki, dapat menghasilkan efek obat yang cepat
(pada keadaan gawat)
Kadar obat yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan
karena tidak ada atau sedikit sekali dosis obat yang berkurang
Dapat diberikan kepada penderita yang kesulitan menelan,
misalnya muntah atau koma
Kerugian Sediaan
Efek toksik nya sulit dinetralkan bila terjadi
kesalahan pemberian obat
Harga obatnya mahal daripada sediaan oral karena
harus dibuat steril
Permasalahan dalam sediaan
Dimasukkan Di tampung
Membuat
dalam dalam botol
emulsi kasar
homogenizer steril
Diperiksa Disterilkan
sterilitas serta dalam autoklaf
ukutan butir
Evaluasi
1. Sama dengan emulsi non steril
2. Uji sterilitas
Evaluasi Emulsi
Evaluasi dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang
etiket dan dikemas
1. Evaluasi Fisika
a.Penetapan pH . (FI ed. IV, hal 1039-1040)
b.Bahan Partikulat dalam Injeksi <751> ( FI> ed IV, hal. 981-984)
c.Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131> (FI ed. IV Hal. 1044)
d.Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume (FI ed III hal. 19)
e.Uji Kejernihan Larutan (FI ED. IV, hal 998)
f.Uji Kebocoran (Dry Bath Test dan Double Vacuum Pull)
2. Evaluasi Biologi
a.Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <61> (FI ed IV, HAL 854-855)
b.Uji Sterilitas <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)
c.Uji Endotoksin Bakteri <201> (FI ed. IV, HAL 905-907)
d.Uji Pirogen <231> (FI ed. IV, HAL. 908-909)
e.Uji Kandungan Zat Antimikroba <441> (FI ed. IV, HAL. 939-942)
3.Evaluasi Kimia
a.Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
b.Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
Uji Sterilitas
Sterilisasi dalam formulasi dapat dilakukan dengan Terminal
Heat Sterilization atau dengan Aseptic Filtration. Terminal Heat
Sterilization umumnya menghasilkan sterilitas lebih besar pada
produk akhir. Jika komponen emulsi tidak tahan panas maka
digunakan Aseptic Filtration. Sterilisasi dengan filtrasi dapat
dilakukan untuk emulsi dengan ukuran droplet dibawah 200 nm
Uji sterilitas juga dapat dilakukan menggunakan otoklaf pada
suhu 115°C selama 30 menit
Pengemasan
Emulsi parenteral dikemas dengan volume 100
sampai 1000 mL dalam botol kaca
Botol silikon dengan permukaan dalam hidrofobik
dapat digunakan
Penutup karet banyak digunakan
Penutup harus tidak permeable dengan oksigen
karena dapat terjadi kontak dengan emulsi fase minyak
Contoh Sediaan
emulsi nutrien/TPN (Total Parenteral
Nutrition)
terapi pemberian nutrisi secara intravena kepada pasie
n yang tidak dapat makan melalui mulut.
Komposisi : air, protein, karbohidrat, lemak, elektrolit, tra
ce elements, dan vitamin.
Formula Omegaven 5mg/50mL
minyak ikan 5g
telur fosfolipid 0,6g
Gliserin 1,25g
dl-alfa-tokoferol 7,5-15mg
natrium oleat 0,015g
air untuk injeksi
NaoH untuk penyesuaian pH (pH 6 sampai 9)